Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Thomas Trikasih Lembong bercerita soal rencana Ancol membangun marina untuk membangkitkan wisata bahari. Rencana ini merupakan strategi bisnis perusahaan untuk mendulang profit lebih deras dan menekan utang yang kini mencapai Rp 1,4 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau kita hitung-hitungan, kita ini bisnis (marina) karena sangat profitable dan unik. Di Jakarta belum ada, di Indonesia belum ada," ujar Thomas kepada Tempo, Jumat, 12 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Thomas menuturkan Ancol akan membangun dermaga berjumlah 3-4 di sisi barat untuk mendukung pengembangan marina. Proyek ini sudah dia paparkan kepada jajaran komisaris dan direksi Ancol dan disetujui. Ia mengklaim pelaksanaannya tinggal menunggu waktu.
Adapun pembangunan marina diperkirakan membutuhkan investasi Rp 2-2,5 triliun. Meski modalnya besar, dampak ekonominya berkali-kali lipat bagi Jakarta dan Indonesia.
"BUMN memang dalam hal ini ASDP sudah bangun Marina di Labuan Bajo tapi mau tidak mau Jakarta harus jadi hub untuk sektor wisata bahari," kata Thomas.
Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini menjelaskan, bisnis marina menjanjikan. Apalagi, saat ini banyak faktor pendukungnya. Salah satu faktor pendorong itu adalah kalangan kelas menengah ke atas yang terus tumbuh di Indonesia.
Di samping itu, negara-negara tetangga, seperti Australia, Singapura, hingga Malaysia yang sudah memiliki budaya berwisata bahari. Faktor lainnya, Thomas mengatakan kapal pesiar dan yacht di Indonesia kini telah bebas tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Dia yakin bisnis ini kian meningkat seiring dengan rencana tersambungnya sisi barat Ancol dengan stasiun moda raya terpadu (MRT).
"Makanya kita ada konsensus membangun marina di Ancol. Dalam hitungan saya kita buruh 3, 4 atau 5 Marina, semoga bukan ktia saja yang membangun marina, tapi Pantai Indah Kapuk juga buat marina, di Sunda Kelapa, Marunda," ujar Thomas.
Adapun sebagai wilayah kepulauan, Thomas mengatakan Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang akan dilirik pelancong. Sebab, Indonesia bisa menjadi satu-satunyanya wilayah berlayar yang musimnya sama dalam 12 bulan. Berbeda dengan wilayah lain seperti Amerika, wisata pelayaran akan terkendala dengan adanya musim badai dan angin topan sepanjang 3-4 bulan selama saru tahun. Begitu juga di kawasan Laut Cina Selatan dengan kondisi iklim serupa.
"Di indonesia kapal-kapal bisa dimanfaatkan 12 bulan setiap tahun jadi sangat efisien dan produktif lah itu padat karya sektor jasa yang sangat padat karya semua jasa-jasa yang harus dideliver semua pekerja," ujar Thomas.
Dengan hadirnya bisnis wisata bahari di kawasan utara Jakarta itu, Thomas memastikan akan terbuka lapangan kerja baru dengan kualitas pekerja dan remunerasi yang tinggi. Sebab, industri ini membutuhkan teknisi kapal di bangkel kapal, kru kapal, hingga pemandu tur.
"Itu semua lapangan kerja yang berkualitas, kan seru bagi anak muda jadi kru kapal, teknisi kapal, dan jasa-jasa pendukung lainnya, jadi tour guide ahli ekosistem maritim, dan sebagainya. Itu menurut saya bakal nendang, itu proyek dengan skala ekonomi yang sangat signfikan," kata Thomas.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.