Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (Gubernur BI) Perry Warjiyo menjelaskan penerapan teknologi digital termasuk artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memiliki beberapa risiko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal tersebut disampaikannya dalam acara diskusi virtual bertajuk “Masa Depan Ekonomi Indonesia di Era Teknologi AI” yang digelar oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Risiko pertama, kata Perry, teknologi AI itu memiliki sifat distraktif mengubah proses bisnis, serta pengembangan ekonomi dan keuangan bisa sangat berubah.
Contohnya di bidang keuangan, ke depan dengan teknologi digital termasuk AI masih juga tentu saja relevan. Karena penyediaan produk dan jasa layanan keuangan tidak lagi mengenal batas-batas bentuk institusi keuangan.
“Pelayanan dari pengumpulan dan penyaluran dana di pasar modal, di berbagai bank, non-bank, asuransi dana pensiun itu betul-betul tidak lagi mengenal batas bentuk dari kelembagaan,” ujar dia pada Senin, 7 Agustus. “Sehingga mengubah lanskap tidak hanya mengenai ekonomi tapi juga perputaran uang kita.”
Kedua, dia melanjutkan, risiko yang berkaitan dengan teknologi digital termasuk AI adalah cyber trade (perdagangan dunia maya) dan cyber crime (kejahatan dunia maya). Sekarang saja, Perry berujar, serangan tersebut sudah pernah terjadi di Indonesia khususnya di industri keuangan.
Penerapan AI akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin
“Termasuk pinjaman online ilegal, crypto, maupun berbagai hal yang tentu mempunyai risiko, tidak hanya kepada sistem keuangan secara individu, tapi juga stabilitas sistem keuangan,” tutur Perry.
Selanjutnya ketiga, risiko terhadap perilaku manusia dan pola pikirnya. Menurut Perry, transformasi digital akan menurunkan kebutuhan dari tenaga kerja, sehingga bisa beresiko terhadap pengangguran, tapi juga hubungan antar manusia yang mungkin akan hidup didunia metaverse.
“Masalah perilaku menyangkut moral dan nilai berdasarkan Pancasila dan berbagai agama kita. Apakah islam, kristen, hindu, budha sangat juga memerlukan dan menggariskan pentingnya perilaku itu,” kata Perry.
Sekretaris Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta Yan Partawidjaja juga menyinggung soal risiko penggunaan teknologi kecerdasan buatan itu. Di antaranya yakni adanya pergeseran lapangan kerja.
Menurut dia, penerapan AI akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin dan berulang yang dapat berdampak pada tingkat pengangguran dalam jangka pendek.
“Perlu adanya pengembangan keterampilan dan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi perubahan ini,” ucap Yan.