Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior, Chatib Basri menyatakan perlambatan ekonomi di Cina turut berdampak kepada perekonomian Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar Tanah Air untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina. "Karena ekspor Indonesia, baik itu nikel, stainless steel, coal, dan palm oil target marketnya di Cina, kalau Cina slow down itu kena (dampak) di Indonesia," katanya dalam acara Grab Business Forum di Kempinski, Jakarta Pusat pada Selasa, 14 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini mengatakan ekonomi di Cina pernah mencapai pertumbuhan dua digit. Namun kini mengalami penurunan, yang hanya sebesar 4,5 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, penurunan ekonomi negeri berjuluk Tirai Bambu ini sedikit banyak berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. "Analisisnya, setiap 1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi Cina, dampaknya (menurun) 0,3 persen buat ekonomi Indonesia," ujarnya.
Selain itu, ia mewanti-wanti agar pemerintah juga bersiap menghadapi tensi geopolitik. Ia menyebut salah satunya ialah pemilihan presiden pada November 2024, yang berpotensi adanya dukungan domestik politik. "Domestik politik itu dukungannya muncul kalau kita galak ke negara lain, salah satunya Cina. Jangan heran kalau nanti menjelang pemilihan, baik Biden dan Trump bikin statement yang memprovokasi Cina dalam konteks itu (dukungan domestik politik)," ucapnya.
Ia juga menyoroti soal ketatnya likuditas yang terjadi di global. Chatib menyebut ketatnya likuditas global itu disebabkan karena suku bunga acuan atau The Fed masih tinggi untuk waktu yang lama. "Dari yang awalnya high for longer, kini perkembangan terakhir menjadi higher for longer. Jadi kita akan berhadapan dengan situasi yang tidak hanya tinggi, tetapi mungkin lebih tinggi," katanya.
Ia mengungkapkan, bahwa adanya pelemahan ekonomi di Cina, tensi geopolitik global, serta ketatnya likuditas global tidak hanya menjadi perhatian Indonesia. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh negara-negara global.