Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tren Penurunan Imbal Hasil Obligasi Berlanjut

Pemilu yang digelar pekan depan diyakini tak menjadi sentimen negatif.

10 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Imbal hasil surat utang negara (SUN) menunjukkan tren penurunan. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan, menunjukkan imbal hasil SUN turun dari kisaran 8 persen ke 7 persen sejak awal tahun ini. Imbal hasil SUN seri acuan tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu bahkan mencapai 7,54 persen, terendah sepanjang tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Analis obligasi dari PT Bank Negara Indonesia Tbk, Ariawan, mengatakan tren penurunan ini dipicu minimnya tekanan dari sentimen eksternal. Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, cenderung menahan suku bunga acuannya sepanjang tahun ini, dengan proyeksi penurunan pada semester II. "Dengan tren seperti sekarang, yield kita akan dipandang sebagai instrumen yang menarik," kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan, proyeksi penurunan suku bunga acuan The Feds membuat nilai tukar dolar Amerika terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah, melemah. Penguatan rupiah mendorong pasar surat berharga negara kembali bergairah yang terlihat dari penurunan imbal hasil.

Menurut Ariawan, SUN tetap akan mencatat kinerja positif sepanjang tahun ini jika kondisi tersebut didukung situasi dalam negeri yang kondusif, seperti inflasi rendah dan rupiah stabil. Dia hakulyakin pemilihan umum yang digelar pekan depan tak akan berpengaruh menjadi sentimen negatif dari internal. Sebab, hingga pertengahan Maret 2019, aliran dana asing yang masuk tercatat sekitar Rp 74 triliun.

Senada dengan Ariawan, ekonom dari Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, menyatakan pemilihan umum tak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan imbal hasil SUN. "Kalau kedua belah pihak peserta pemilu menerima hasilnya, market kita akan bullish," ujarnya.

Sejauh ini, pergerakan lelang surat utang terpantau cukup baik. Mikail mencatat, selama sebulan terakhir terdapat dana asing yang masih masuk dari lelang senilai Rp 21 triliun. Hal ini menunjukkan investor tidak lagi menerapkan sikap wait and see menjelang pemilihan presiden.

Direktur Riset Center of Reform on Economics Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, menyatakan pesta demokrasi tak terlalu mempengaruhi pasar surat utang lantaran kondisi perekonomian dalam negeri cenderung stabil. Selain itu, pasar SUN sifatnya mudah ditinggalkan investor. Di sisi lain, Indonesia tak pernah gagal bayar. Investasi di instrumen ini berbeda dengan penanaman modal untuk membangun pabrik. "Kalau bikin pabrik lalu ada masalah terkait dengan politik, ia susah keluar," ucapnya.

Analis dari Fixed Income MNC Securities, I Made Adi Saputra, memperkirakan tren penurunan imbal hasil SUN akan terus berlanjut dengan katalis positif dari faktor eksternal. "Hanya, faktor domestik yang justru perlu diperhatikan," tuturnya.

Faktor yang dia maksudkan adalah kondisi defisit neraca berjalan dan defisit perdagangan. Hingga Februari 2019, defisit perdagangan tercatat senilai US$ 730 juta. Kendati masih cukup terjaga, Adi menilai potensi pelebaran defisit tetap terbuka lantaran Indonesia tengah menghadapi ancaman perang dagang yang dapat menurunkan permintaan barang dari dalam negeri dan kinerja ekspor. "Ini akan berdampak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan ujungnya akan berdampak negatif terhadap pasar SBN (surat berharga negara)," kata dia.

VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus