Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Wakil Presiden Departemen Riset PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, menyatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang menguat. Kalangan investor menilai data perekonomian domestik masih positif, meski selama Mei defisit US$ 1,52 miliar. "Meskipun defisit, tapi terlihat ada peningkatan ekspor dibandingkan bulan sebelumnya, dan ini sudah mulai disadari oleh investor," ujar dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada akhir sesi pertama kemarin, IHSG memang tercatat sempat melemah 0,13 persen ke level 5.814,53. Pada akhir perdagangan, indeks ditutup menguat 0,64 persen ke level 5.859,08.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik sebelumnya menyampaikan kinerja ekspor Indonesia tumbuh positif pada bulan lalu sebesar 12,47 persen (year on year), diikuti angka impor yang melonjak sebesar 28,12 persen (year on year). "Sebentar lagi akan banyak dirilis kinerja perekonomian dalam satu semester ini. Lalu ada pengumuman bunga acuan yang sudah di-price in oleh market, sehingga pastinya akan mendorong banyak penguatan IHSG," ucap William.
Para investor, kata dia, tampak memburu saham emiten bidang konsumsi seiring dengan peningkatan impor barang konsumsi bulan lalu sebesar US$ 1,73 miliar, atau naik 14,88 persen dibanding bulan sebelumnya. Salah satu saham yang aktif diburu investor adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang menguat 4,17 persen dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguat 1,81 persen. "Selain konsumsi, emiten yang masih potensial di antaranya ada emiten telekomunikasi, properti, konstruksi, dan perbankan," kata William.
Namun penguatan IHSG masih dibayangi oleh aksi jual investor asing. Hingga akhir perdagangan, jual bersih investor asing tercatat mencapai Rp 815,5 miliar.
Menurut William, hal tersebut disebabkan oleh kinerja nilai tukar rupiah yang masih melemah sebesar 0,53 persen dan ditutup di level Rp 14.105 per dolar AS. "Yang dibutuhkan investor fluktuasi kurs tidak terlalu lebar. Stabil saja akan membuat investor lebih nyaman," ujar dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah akan mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah dengan respons untuk periode menengah dan panjang. Menurut dia, nilai tukar rupiah bergerak dinamis mengikuti tren perekonomian global. "Kami tentu tidak bisa merespons secara harian, dan secara keseluruhan kita harus lihat juga benchmark dengan negara lain," ujar dia. GHOIDA RAHMAH | ANDI IBNU
Masih Berfluktuasi
Kinerja pasar saham dan keuangan di Tanah Air mengalami fluktuasi akibat pengaruh domestik dan global. Tekanan dari dalam negeri adalah defisit neraca perdagangan yang terus melebar. Adapun dari global adalah harga minyak mentah dunia. Berikut ini kinerja pasar keuangan selama Juni 2018.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Rata-rata indeks : 5.821-5.983 poin
Tertinggi : 6.116 poin
Terendah : 5.787 poin
Penjualan Asing (nett sell)
4-8 Juni sebesar Rp 22,44 triliun
20-22 Juni sebesar Rp 17,16 triliun
Januari-Juni 2018 Rp 47,28 triliun
Valuta asing per 25 Juni 2018
Rp 14.105 per dolar Amerika Serikat
Rp 16.527 per euro
Rp 13.389 per dolar Singapura
Rp 129,14 per yen Jepang
ADITYA BUDIMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo