Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

UMKM dan Pekerja Informal Paling Rentan Terhantam Corona

Sektor UMKM dan kelompok pekerja informal diprediksi menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak ekonomi corona.

21 Maret 2020 | 13.58 WIB

Lalu lintas kendaran bermotor terlihat sepi setelah meluasnya penyebaran virus Corona atau Covid-19, di Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Lalu lintas kendaran bermotor terlihat sepi setelah meluasnya penyebaran virus Corona atau Covid-19, di Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta, Jumat, 20 Maret 2020. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat yang bekerja di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta kelompok pekerja informal diprediksi yang paling rentan terhadap dampak ekonomi wabah virus corona. Direktur Keuangan Inklusi, Dana Sosial Keagamaan, dan Keuangan Mikro Syariah KNKS Ahmad Juwaini mengatakan, kelompok tersebut berpotensi kehilangan pendapatan karena penurunan drastis aktivitas harian.

"Pada akhirnya kelompok-kelompok masyarakat kecil paling terdampak. Mereka akan kehilangan pekerjaan lantaran daya beli menurun," ujar Ahmad dalam diskusi online pada Sabtu, 21 Maret 2020.

Kondisi ini menyebabkan kelompok UMKM dan pekerja informal tak mampu memenuhi tanggungan kepada kreditur. Sehingga, dalam jangka menengah, situasi tersebut akan menyebabkan tingginya kredit macet atau non-performing loan bagi bank-bank penyalur pinjaman.

Hal yang sama diungkapkan oleh Ketua Umum Forum Zakat atau FOZ Bambang Suherman. Ia mencontohkan pekerja harian seperti pedagang-pedagang harian yang berjualan di perkantoran saat ini terpaksa menutup lapak. Musababnya, pandemi corona ini mengharuskan para pegawai formal untuk bekerja dari rumah atau work from home sehingga pedagang kehilangan konsumen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100



Dengan begitu, kata dia, para pedagang yang menggantungkan pendapatannya pada penjualan harian tak mampu memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya. Dalam kondisi seperti ini, ia menyarankan instansi pengumpul zakat memanfaatkan pendistribusian bantuan kepada kelompok-kelompok kecil UMKM dan pekerja informal yang kehilangan pekerjaan.

"Jadi kita harus mengaktifkan pola-pola respons ke masalah yang relatif mendasar. Misalnya dengan menyiapkan BLT (bantuan langsung tunai) yang in line dengan pemerintah," ujar Bambang.

Bantuan sosial ini disarankan memanfaatkan basis-basis kawasan melalui lembaga penyalur zakat daerah. Bantuan pun bisa dipercepat dengan pola distribusi yang sudah diatur oleh masing-masing instansi.

Di sisi lain, untuk tetap menjaga transaksi konsumsi rumah tangga harian, ia menyarankan masyarakat menerapkan pola komunikasi peer to peer atau dua arah melalui sistem digital. Dengan begitu, pemilik warung atau rumah makan dan industri kecil lainnya bisa menawarkan pola pemesanan melalui sosial media atau perpesanan instan. "Fase krisis ini kami prediksi akan berlangsung 1 bulan. Jadi bagaimana masyarakat bisa mengelola dinamika peer to peer agar konsumsi tetap jalan," ujarnya.


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus