Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah kalangan mendesak pengawasan mutu Boeing 737 Max setelah jebolnya pintu darurat bagian tengah (mid cabin door) 737 Max 9 yang dipakai Alaska Airlines.
Boeing 737 Max termasuk pesawat aktif Lion Air.
Lion Air menjamin layanan tak terganggu insiden Boeing.
JAKARTA – Sejumlah kalangan meminta quality control atau pengendalian mutu pesawat Boeing 737 Max diperketat setelah munculnya sejumlah insiden pada seri armada tersebut. Boeing, sebagai manufaktur, harus meyakinkan konsumen global mengenai keamanan produk anyar mereka yang akan menggantikan generasi 737 Next Generation tersebut. Inspeksi serupa menjadi tanggung jawab maskapai pengguna, sekalipun seri 737 Max itu belum dipakai secara masif di Indonesia.
“Harus ada jaminan airworthy (kelaikudaraan) karena pada akhirnya seri 737 Max akan menggantikan pesawat yang lebih tua,” ujar konsultan penerbangan Ananta Wijaya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan melarang sementara pemakaian Boeing 737 Max 9 yang belakangan sedang diinspeksi oleh Administrasi Penerbangan Federal (FAA). Pemeriksaan kelaikudaraan armada berkonfigurasi 220 kursi penumpang itu dilakukan menyusul insiden jebolnya pintu darurat bagian tengah (mid cabin door) 737 Max 9 yang dipakai Alaska Airlines, tak lama setelah lepas landas dari Portland, kota di Oregon, Amerika Serikat, pada Jumat lalu. Insiden yang terjadi di ketinggian 16 ribu kaki itu memaksa pilot mendarat darurat.
Pesawat Lion Air tujuan Makassar yang batal terbang terparkir di Bandara Sultan Babullah Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, 4 Desember 2023. ANTARA/Andri Saputra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga hari berselang, Boeing dan FAA menyebarkan informasi soal panduan inspeksi kepada para maskapai pengguna jet 737 Max 9. Di Indonesia, seri 737 Max 9 hanya dipakai oleh PT Lion Mentari Airlines atau Lion Air, persisnya pada penerbangan beregistrasi PK-LRF, PK-LRG, serta PK-LRI.
Menurut Ananta, pengandangan atau temporary grounded 737 Max 9 tak akan mengusik layanan penerbangan maskapai bersimbol singa merah itu. Mayoritas operasional Lion Air masih disokong dua seri Boeing lainnya, yaitu 737-800NG dan 737-900ER. Maskapai berbiaya murah atau low-cost carrier itu pun memakai sejumlah pesawat Airbus, yaitu 330-300CEO serta 330-900NEO.
Meski begitu, manajemen tetap didesak memperkuat jaminan keselamatan seri Boeing Max yang sempat menimbulkan trauma di kalangan konsumen penerbangan domestik. Pesawat Boeing 737 Max 8—seri sebelum Max 9—sempat dilarang terbang setelah dua kali celaka. Insiden pertamanya terjadi pada Oktober 2018 di Indonesia dengan 189 korban tewas. Sedangkan yang kedua menimpa Ethiopian Airlines, lima bulan setelahnya.
“Kasus 737 Max 8 sangat berbeda dengan Max 9. Tapi jika ada kejadian lagi (pada seri B 737 Max), bisa jadi penumpang tidak mau naik lagi,” tutur Ananta yang pernah menjadi direktur teknis di salah satu maskapai niaga berjadwal di Indonesia.
Pengamat dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman mengatakan Lion Air wajib menjamin mutu armada yang ada kemungkinan akan semakin aktif dipakai di masa depan. Merujuk pada statistik tahunan Kementerian Perhubungan, jumlah pesawat yang dikelola Lion Air berkurang dari 122 unit pada 2018 menjadi hanya 110 unit pada 2022. Saat ini, kata dia, maskapai milik Rusdi Kirana itu hanya mengelola 95 pesawat. “Terdapat 88 unit yang aktif diterbangkan, sudah termasuk 737 Max 9,” ujarnya.
Petugas memeriksa bangku penumpang saat melakukan ramp check di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, 19 Desember 2023. ANTARA/Fikri Yusuf
Selain menjaga kepercayaan penumpang terkait dengan produk baru, dia meneruskan, pengendalian mutu diperlukan untuk pemutakhiran produk, bila diperlukan. Maksud Gerry adalah modifikasi tertentu dari pabrikan agar pesawat semakin laik terbang. Proses itu pun dibutuhkan dalam masa pemulihan kapasitas penerbangan di Tanah Air.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro memastikan perusahaannya sudah merotasi penggunaan pesawat sesuai dengan kebutuhan, di tengah pengandangan Boeing 737 Max 9. Manajemen sebelumnya sudah menyatakan bahwa 737 Max 9 yang dipakai di Indonesia berbeda desain dengan milik Alaska Air. “Yang kami operasikan tidak termasuk dalam kategori pesawat yang mengalami insiden,” ujarnya, kemarin.
Menurut Danang, pintu mid cabin pada Boeing 737 Max 9 Lion Air dipakai sebagai pintu darurat aktif, mengingat jumlah penumpang yang diangkut selalu menembus 200 orang. Adapun pesawat yang diinspeksi FAA di Amerika Serikat justru menonaktifkan fungsi pintu darurat tersebut—diistilahkan sebagai door plug. Meski begitu, Danang memastikan fungsi pintu tengah itu tetap diperiksa sesuai dengan standar keselamatan.
Melalui pesan tertulis kepada Tempo, manajemen Boeing memastikan sedang berkomunikasi secara aktif dengan para maskapai pemakai Boeing 737 Max 9. Perwakilan Boeing, dalam pernyataan itu, menyesali dampak insiden Alaska Air terhadap pengguna dan penumpang Boeing di seluruh dunia. “Kami berkomitmen untuk memastikan setiap pesawat Boeing memenuhi spesifikasi desain dan standar keselamatan dengan kualitas tertinggi.”
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo