Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Target pergerakan wisatawan domestik tahun ini diperkirakan meleset.
Pelaku usaha pariwisata berharap pemerintah memberikan insentif untuk menekan harga tiket pesawat.
Pemerintah akan menggenjot tingkat perjalanan wisatawan domestik tahun depan.
JAKARTA – Para penyedia jasa perjalanan mendesak pemerintah merancang stimulus agar industri pariwisata di dalam negeri lebih bergeliat. Wakil Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Budijanto Ardiansyah mengatakan insentif itu dibutuhkan untuk menggenjot pergerakan wisatawan Nusantara (wisnus)—istilah pemerintah untuk pelancong domestik—yang targetnya belum tercapai pada tahun ini. “Pemerintah masih terlalu percaya diri dalam penetapan target pergerakan wisatawan,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Budijanto, kementerian bisa merancang insentif bagi maskapai penerbangan dan pengelola perhotelan. Tujuannya agar para penyedia jasa transportasi dan akomodasi bisa memasang harga layanan yang lebih miring kepada konsumen “Kalau perlu, ada subsidi bagi kalangan masyarakat tertentu agar mau berwisata di dalam negeri.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam jumpa pers pada Selasa, 7 November 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan target perjalanan wisnus pada tahun ini sulit dicapai. Didorong optimisme pemulihan ekonomi, Kementerian sempat berambisi mendorong arus wisatawan domestik dari 550 juta perjalanan pada 2022 menjadi 1,2-1,4 miliar perjalanan.
Bila tercapai, target itu setara dengan potensi pendapatan untuk negara sebesar Rp 3.281 triliun. Tren volume perjalanan wisnus memang sedang naik dari 613,3 juta perjalanan pada 2021 menjadi 734,8 juta perjalanan pada 2022. Angka itu bahkan melampaui pergerakan wisnus pada 2019 sebanyak 722,1 juta perjalanan.
Penumpang mengambil barangnya di kabin pesawat saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 3 November 2023. ANTARA/Makna Zaezar
Perkiraan tahun ini ternyata melenceng. Sampai September lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi perjalanan wisnus baru sebanyak 626,09 juta perjalanan. Artinya, hingga kuartal ketiga, target wisnus itu baru tercapai separuhnya. Adapun target 10 juta kunjungan wisatawan mancanegara untuk 2023 hampir tercapai. Dari hitungan BPS, sudah ada 8,51 juta turis asing yang berkunjung ke Indonesia sejak Januari hingga September 2023.
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia Pauline Suharno mengatakan target mobilitas pelancong yang dipatok oleh Kementerian Pariwisata sering tidak relevan dengan kondisi di lapangan. Selama ini pemerintah mengandalkan data pergerakan wisatawan yang dihitung oleh BPS. “Perjalanan bisnis sering ikut terhitung, akhirnya tidak sesuai dengan jumlah riil wisatawan yang memang pergi berlibur,” ujarnya.
Menurut Pauline, Kementerian juga belum mengkalkulasi dampak mahalnya tarif penerbangan lokal, khususnya segmen berbiaya murah, terhadap minat berwisata masyarakat. Akibat gejolak harga avtur dan jumlah pesawat yang lebih sedikit dibanding pada 2019, tarif tiket penerbangan di sebagian besar rute pelesiran mendekati batas atas atau harga termahal. Ironisnya, kata dia, kondisi ini berbeda dengan kondisi rute penerbangan ke luar negeri yang lebih sering dibanjiri promo harga. “Harapan terhadap pergerakan di domestik jadi terlalu tinggi.”
Dari gelagat para pengguna jasa agen Astindo, Pauline meneruskan, sebagian masyarakat masih menahan bujet untuk bepergian sekalipun pada periode liburan alias peak season. Hal ini juga yang belum diperkirakan Kementerian ketika mengumumkan target pariwisata. “Secara makro, kondisi perekonomian mungkin membaik. Tapi, secara mikro, daya beli masih suffering,” tuturnya. “Masyarakat kelas menengah menjadi lebih ketat dalam keuangan.”
Mengejar Target Tahun Depan
Deputi Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Vinsensius Jemadu mengatakan pemerintah masih optimistis jumlah perjalanan wisnus tahun ini bisa mencapai 1 miliar. Untuk target 1,2 miliar perjalanan, kata dia, baru akan dikejar lagi tahun depan. “Untuk target tahun ini memang sangat berat,” ucapnya dalam jumpa pers pada Senin lalu.
Dia menyatakan Kementerian Pariwisata akan menyusun strategi baru untuk mengejar target wisatawan domestik pada tahun depan. Tanpa merinci, Vinsensius menyebutkan akan menambah agenda atau event wisata. “Di luar masalah konektivitas, instrumen paling efektif (untuk mengejar target) adalah penyelenggaraan event.”
Sementara itu, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo sebelumnya mengatakan masih menerima aduan soal minimnya pilihan jadwal keberangkatan dari dan menuju daerah tujuan pariwisata, termasuk Bali. Mayoritas aduan itu pun disertai keluhan ihwal tarif tiket yang tinggi. Meski pemulihan arus penerbangan sangat pesat, kapasitas layanan maskapai belum menyamai masa pra-pandemi. “Hal-hal ini bisa merugikan pengguna jasa,” ucapnya kepada Tempo.
Ketika maskapai berbiaya rendah memasang harga di dekat tarif batas atas, kata dia, kualitas layanan maskapai penerbangan layanan penuh yang biayanya lebih mahal justru menurun. Di sebagian rute wisata, kata dia, maskapai justru menghilangkan beberapa layanan untuk penumpang, misalnya hiburan dan makanan berat. “Padahal harganya tidak berubah.”
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo