Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jalan Panjang Produksi Mobil Listrik

Jalan untuk mengembangkan industri mobil listrik di dalam negeri masih panjang. Meski pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun LG dan Hyundai ditargetkan beroperasi pada akhir 2023, produksi mobil tak bisa serta-merta dilakukan. Butuh waktu hingga tiga tahun untuk mengadopsi baterai sebagai komponen kendaraan listrik.

31 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Produsen mobil listrik butuh waktu 2-3 tahun untuk mengadopsi baterai.

  • Satu model mobil listrik Hyundai akan diproduksi pada Maret 2022.

  • Harga mobil listrik masih di atas Rp 500 juta.

JAKARTA – Jalan untuk mengembangkan industri mobil listrik di dalam negeri masih panjang. Meski pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun perusahaan patungan LG dan Hyundai ditargetkan beroperasi pada akhir 2023, produksi mobil tak bisa serta-merta dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Kukuh Kumara, menyebutkan produsen mobil umumnya menghabiskan waktu 2-3 tahun untuk mengadopsi baterai sebagai komponen kendaraan. Selain menguji keandalan baterai, perusahaan perlu menyesuaikan baterai dengan mesin dan desain kendaraan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau cocok, akan dilanjutkan terus sampai kemudian bisa dirilis untuk produksi massal yang juga butuh pengujian tambahan,” kata Kukuh kepada Tempo, kemarin.

Menurut Kukuh, perusahaan di Indonesia bukannya tak mampu memulai produksi tanpa menunggu pabrik baterai rampung. Namun investasi untuk proyek tersebut membutuhkan dana yang sangat besar, sementara daya serapnya di dalam negeri masih rendah. Dia menyebutkan segmen pasar untuk mobil listrik hanya sekitar 1 persen. Harga mobil jenis ini masih berkisar di atas Rp 500 juta, sementara mobil dengan penjualan terbesar memiliki harga di bawah Rp 300 juta.

Kukuh menuturkan banyak pengusaha yang tertarik memproduksi mobil listrik di dalam negeri. “Tapi balik lagi, potensinya bagaimana, layak atau tidak,” kata dia. Jika biaya produksi bisa ditekan lewat pemanfaatan baterai buatan domestik serta daya beli masyarakat meningkat, potensi penjualan kendaraan jenis ini sangat besar.

PT Hyundai Motor Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang tertarik pada potensi tersebut. Satu fasilitas produksi dengan kapasitas 250 ribu unit mobil per tahun sedang dibangun di Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Chief Operating Officer Hyundai Motor Asia Pacific, Lee Kang-hyun, menyatakan satu model mobil listrik akan diproduksi mulai Maret 2022.

Suasana di Hyundai Motor Studio, Korea Selatan. REUTERS/Kim Hong-ji

Lee berharap pemerintah turun tangan membantu pengembangan industri mobil listrik. “Pangsa pasar, kalau mengandalkan konsumen, tidak bisa langsung naik. Harus ada dukungan dari pemerintah,” katanya. Dia mengusulkan agar pemerintah menganggarkan biaya pembelian mobil listrik untuk mengganti mobil konvensional yang kini digunakan untuk keperluan negara.

Selain itu, Lee berpendapat, perlu ada pelonggaran aturan mengenai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk mobil listrik yang diproduksi di Indonesia. Pemerintah mengatur TKDN sebesar 35 persen pada tahun ini dan akan ditingkatkan secara bertahap. Ketentuan tersebut dinilai akan sulit dipenuhi sebelum pabrik baterai beroperasi dan akan mempengaruhi harga jual.

Masukan lain dari Hyundai adalah percepatan penyediaan stasiun pengisian daya untuk mobil listrik. Salah satunya dengan mewajibkan pembangunan stasiun pengisian daya di gedung-gedung yang akan dibangun. “Di negara lain juga begitu,” ujar Lee.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Wanhar, mengatakan pemerintah akan membangun 98.859 stasiun pengisian daya kendaraan listrik hingga 2030. Sebanyak 31.859 unit di antaranya berupa stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan 67 ribu unit berupa stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) yang dikhususkan untuk sepeda motor.

Wanhar menyatakan pembangunan infrastruktur ini diperlukan untuk mendukung industri kendaraan listrik. “Kami menargetkan pada 2030 itu akan ada sekitar 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta sepeda motor listrik. Ini target ambisius untuk bisa mengundang investor luar agar tertarik berinvestasi di Indonesia,” katanya.

Senior Vice President Corporate Strategy & Business Development PT Industri Baterai Indonesia, Adhietya Saputra, mengungkapkan pihaknya bersiap memulai konstruksi pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia. Fasilitas produksi yang dikerjakan bersama konsorsium perusahaan asal Korea Selatan, LG, ini ditargetkan mulai membangun konstruksi pada akhir 2021. “Kalau sesuai dengan target, akhir 2023 atau awal 2024 sudah bisa beroperasi,” ujarnya.

VINDRY FLORENTIN | DICKY KURNIAWAN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus