Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wall Street Dan Uang PT Pann

PT Pann dituduh telah mendepositokan kredit dari Bank Dunia di Morgan Guarantee Trust, New York, sebanyak us$ 500.000. Dirut PT Pann membantah.(eb)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM habis orang membicarakan pembelian kapal Tampomas II, datang pula berita tentang PT PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional). Sebagai satu-satunya perusahaan yang mengatur pengadaan armada niaga di dalam negeri, maka PT (Pesero) PANN biasa mendapat pinjaman jangka panjang, dikenal sebagai shipping loan, dari Bank Dunia. Tapi yang menarik adalah yang baru-baru ini diungkapkan oleh Sinar Harapan PT PANN, demikian menurut koran itu, diam-diam telah mendepositokan uang mereka sebanyak US$500.000 (Rp 315 juta) di lembaga keuangan Morgan Guarantee Trust Co. di jantung bisnis AS, Wall Street, New York. Dan simpanan sebanyak itu berasal dari kredit yang diberikan oleh Bank Dunia. Simpanan di Wall Street itu menjadi lebih menarik karena menurut harian itu dilakukan oleh pimpinan PT PANN, "tanpa sepengetahuan Dewan Komisaris perusahaan, karena uang itu dianggap sebagai idle (nganggur)." Betulkah? J.E. Habibie, Sekditjen Perla serta-merta mengatakan itu berita "tidak benar". Ia sendiri mengaku sebenarnya tak berurusan dengan dana-dana PT PANN yang berasal dari Bank Dunia. Sekalipun ia menjabat selaku ketua tim pengarah dalam pembelian kapal Tampomas II oleh PT PANN. Sebelum bertolak ke Amerika pekan lalu, pejabat Perla yang biasa dipanggil Fanny Habibie itu, meminta agar pers mengontak Dir-Ut PT PANN, Nuzwari Chattab. Dir-Ut PANN itu sampai pekan lalu memang belum mengeluarkan keterangan untuk publik. Tapi kepada bos-nya Menteri Perhuhungan Roesmin Nurjadin, Nuwari merasa perlu memberi penjelasan duduk perkara yang sebenarnya. Menanggapi berita Sinar Harapan 16 Maret itu, Dir-Ut Nuzwari Chattab tak membantah bahwa "PT PANN pada saat ini memiliki kelebihan likuiditas, hasil dari penyewaan kapal-kapalnya. Kelebihan likuiditas ini sifatnya sementara sebelum digunakan untuk pembayaran bunga dan cicilan utang pada Bank Dunia ataupun untuk pembelian-pembelian kapal." Supaya tidak menganggur, maka Dir-Ut PT PANN mengusulkan agar memanfaatkan likuiditas itu, disertai izin dari Dewan Komisaris yang kemudian disahhan dalam rapat umum pemegang saham. Maka PT PANN pun kemudian membeli sejumlah promissory note. (surat-surat berharga yang setiap waktu bisa digunakan sebagai jaminan), dengan perincian sebagai berikut  PT Merincorp US$ 400.000 dengan tingkat bunga 16% dari 22 Januari sampai 22 April 1981. Pada lembaga keuangan (LK) yang sama telah dibeli pula promissory notes sejumlah U$ 500.000 dengan bunga 16% antara 20 Januari -- 21 April 1981.  Kepada PT Ficorinvest sebanyak Rp 500 juta, bunga 18,5%, tanggal 23 Januari-23 April 1981. Masih kepada LK Ficorinvest sejumlah Rp 700 juta dan Rp 500 juta lagi, dengan bunga masing-masing 18% dan 18,5%, berjangka tiga bulan. Maka total pembelian itu menjadi US$ 900.000 dan Rp 1,7 milyar. PT PANN sengaja memilih Ficorinvest dan Merincorp, karena kedua LK itu mereka anggap paling aman. Bank Indonesia punya saham 64,45% di situ, dan Bank Ekspor Impor Indonesia merupakan pemegang saham terbesar, termasuk memiliki 34% saham PT Merincorp. Menurut Nuzwari Chattab, dalam hal telah ditandatanganinya promissory notes atas permintaan PT Ficorinvest/ PT Merincorp, maka PT PANN melalui banknya bisa saja mentransfer sejumlah uang tersebut, pada alamat yang dikehendaki kedua LK itu. "Pentransferan uang itulah yang menurut Dir-Ut PT PANN, pernah dilakukan kepada Morgan Guarantee Trust Co. di New York atas permintaan PT Merincorp. Bagaimana dengan bunganya? Semua hasil bunga dari promissory notes itu, kata Nuzwari, seluruhnya dibukukan sesuai dengan tertib administrasi perusahaan. Jadi, seperti kata seorang pejabat Perla, "tak ada yang main kucing-kucingan dalam transfer uang PT PANN itu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus