Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Ilmu Literasi Keuangan Perlu Diperkenalkan ke Anak Muda

CEO Advisors Alliance Group (AAG) Indonesia, James Lim, mengatakan ilmu literasi keuangan harus diperkenalkan kepada anak muda.

23 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan pada tahun lalu menunjukkan celah antara tingkat pengetahuan masyarakat dan akses terhadap berbagai produk jasa keuangan masih cukup lebar. Indeks literasi keuangan masyarakat baru mencapai level 49,68 persen, sementara indeks inklusi keuangan telah mencapai 85,10 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketimpangan tersebut menggambarkan bagaimana saat ini masyarakat kian mudah mengakses berbagai produk jasa keuangan dan perbankan, tapi tanpa diikuti dengan pengetahuan yang memadai. Kondisi ini, menurut Chief Executive Officer Advisors Alliance Group (AAG) Indonesia, James Lim, bisa menjadi sumber masalah besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebab, tanpa pengetahuan dan pola pikir yang tepat, masyarakat dapat dengan mudah tergiur dan terjebak pada produk keuangan, seperti investasi atau pinjaman yang berisiko tinggi. “Karena itu, kami memandang bahwa ilmu mengenai literasi keuangan perlu disebarluaskan, terutama kepada generasi muda,” ujar James saat ditemui Tempo di kantornya pada 13 Januari 2023.

Beroperasi di Indonesia sejak 2018, AAG merupakan agensi penasihat keuangan asal Singapura yang gencar mengkampanyekan literasi keuangan kepada masyarakat. Salah satu program yang mereka jalankan untuk memasyarakatkan ilmu perencanaan keuangan adalah membuka program entrepreneurship internship yang menyasar para sarjana yang baru lulus kuliah.

Pada masa pandemi, program ini dijalankan secara daring, dengan jumlah peserta membeludak. Setelah pandemi mereda, AAG terus melanjutkan program magang tersebut, dan pada tahun ini para peserta program bakal mengadakan Finance Day Festival di Jakarta pada 28 Januari 2023 di AIA Central, Jakarta Selatan. “Lewat para peserta program magang, kami ingin menyebarkan ilmu literasi keuangan ini secara lebih luas kepada masyarakat,” kata James.

Bagaimana kiprah AAG di Indonesia dan apa saja program mereka untuk membantu peningkatan literasi keuangan di Tanah Air? Berikut petikan wawancara Tempo bersama James Lim.

Bagaimana Anda menilai kondisi literasi keuangan di Indonesia saat ini?

Harus diakui, masih banyak orang yang tak memahami ilmu perencanaan keuangan. Kebanyakan orang masih mengelola keuangannya secara tradisional dan tanpa menggunakan pola pikir yang tepat. Misalnya, saat membeli sebuah produk keuangan, bisa jadi kebanyakan orang hanya ikut-ikutan, tanpa mereka mengetahui risikonya. Meski begitu, saya menilai belakangan tingkat pengetahuan atau literasi keuangan masyarakat Indonesia terus meningkat. Ditopang dengan semakin mudahnya kita mengakses informasi.

Namun tetap saja gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan masih tinggi, meski informasi mengenai ilmu perencanaan keuangan sudah banyak. Menurut Anda, apa yang bisa dilakukan untuk mendorong peningkatan literasi keuangan tersebut?

Betul, sekarang masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi, terutama di kalangan generasi muda, di mana mereka bisa mengakses pengetahuan dari mana saja. Tapi saya melihat bahwa luasnya akses informasi itu juga belum dibarengi dengan kemampuan dalam hal mengatur atau merencanakan keuangan. Kebanyakan orang pun biasanya kebingungan ketika hendak memulai merencanakan keuangan mereka, harus mulai dari mana. Karena itu, masyarakat, terutama generasi muda, perlu mendapatkan semacam “panduan” mengenai literasi keuangan, dimulai dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya merencanakan keuangan sejak dini. Ini yang kami lakukan melalui program entrepreneurship internship.

Apa yang dilakukan AAG melalui program magang bagi para sarjana yang baru lulus?

Melalui program ini, kami menumbuhkan kesadaran akan literasi keuangan kepada mereka yang siap terjun di tengah-tengah masyarakat, baik untuk menjadi pengusaha maupun yang mulai bekerja. Sebab, ilmu mengenai literasi keuangan ini belum tentu mereka dapatkan di sekolah atau kampus. Dengan memberikan ilmu literasi dan perencanaan keuangan kepada para sarjana, kami berharap mereka bisa memanfaatkannya untuk diri mereka sendiri sekaligus menyebarkan ilmu tersebut secara lebih luas kepada masyarakat. Dengan pengetahuan keuangan yang mereka dapatkan, kami berharap mereka bisa menata masa depan secara lebih baik.

Nilai-nilai atau ilmu seperti apa yang ditanamkan kepada para peserta program tersebut?

Kami menyoroti kian mudahnya akses masyarakat terhadap berbagai produk keuangan atau investasi. Kondisi ini kerap membuat masyarakat yang sebetulnya tidak paham apa-apa terjebak dengan iming-iming hasil investasi tinggi, apalagi bila melihat karakter masyarakat yang ingin mendapatkan keuntungan besar dengan cara yang cepat dan mudah. 

Kami menekankan ihwal pentingnya memahami fundamental tentang produk keuangan atau investasi yang ditawarkan kepada mereka, kemudian memahami risikonya. Anda harus memahami dan mengenali dulu kemampuan Anda, bukan berarti karena orang lain banyak melakukan (berinvestasi) pada suatu produk, Anda perlu ikut-ikutan. Hindari melakukan sesuatu jika Anda belum memahaminya dengan baik.

Chief Executive Officer Advisors Alliance Group (AAG) Indonesia, James Lim. Dok. Istimewa

Pada tahun ini, perekonomian diprediksi melesu dengan adanya resesi global. Apa saran yang bisa Anda berikan kepada masyarakat, terutama dalam aspek pengelolaan keuangan?

Bagi masyarakat umum, selama kita masih memiliki pekerjaan dan punya gaji, semuanya akan baik-baik saja. Meski memang kita harus mewaspadai soal dampak inflasi, kenaikan harga barang yang bakal mempengaruhi keuangan kita. Karena itu, kita perlu membatasi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak perlu. Seperti biaya langganan berbagai layanan streaming

Betul, sekarang kita seakan-akan punya ketergantungan pada layanan streaming untuk hiburan.

Ini hal menarik. Kondisi ini terjadi akibat pandemi, ketika kita semua tak bisa keluar rumah, kita mendaftar dan berlangganan banyak hal untuk mengisi waktu luang kita. Setelah kondisi pandemi berangsur membaik, kebutuhan akan hiburan semacam itu sebetulnya berkurang karena hidup kita mulai kembali normal. 

Banyak orang tidak menyadari bahwa pengeluaran dari berlangganan layanan streaming itu bisa jadi cukup besar. Memang terlihat murah, tapi kalau dihitung semuanya, bisa jadi Anda mengeluarkan uang Rp 1 juta hanya untuk layanan semacam itu. Dan apakah sekarang kita masih punya waktu untuk mengkonsumsi hal tersebut? Penghematan bisa dimulai dari menyetop pengeluaran semacam itu. 

Bicara soal kondisi perekonomian, apa saran Anda bagi masyarakat yang ingin memulai berinvestasi untuk mengembangkan nilai aset mereka?

Menurut saya, sekarang merupakan waktu yang tepat jika masyarakat ingin memulai investasi. Sebab, dengan kondisi resesi, semuanya (produk investasi) menjadi lebih murah. Tentu kondisi ini ideal bagi investor untuk “masuk”. Meski begitu, saya tidak menyarankan investasi dilakukan secara lump-sump atau membeli suatu produk dalam jumlah banyak sekaligus. Sebab, situasinya masih sangat volatile.

Dua hal yang selalu saya tekankan adalah manfaatkan konsep cost average dan compounding. Artinya, investor bisa menanamkan modalnya secara rutin dengan nominal yang sama dalam rentang waktu tertentu untuk mendapatkan biaya rata-rata (cost average), setidaknya untuk 12 bulan ke depan. Lalu hasil investasinya diputarkan kembali ke produk investasi lain (compounding). 

Apakah itu artinya, dengan kondisi ini, investor lebih baik memilih produk-produk investasi jangka panjang?

Betul, selalu lihat jangka panjang dan tentu saja aman. Jangan mudah tergiur oleh produk-produk yang menawarkan imbal hasil instan dan jumlah besar karena Anda bisa saja kehilangan uang dalam waktu singkat.

Belakangan kian banyak produk yang diklaim sebagai instrumen investasi, misalnya aset kripto. Bagaimana seorang penasihat keuangan merespons kondisi ini?

Saya selalu menyarankan kepada semua orang: kenali profil risiko Anda dan perbanyak portofolio investasi Anda. Saya tidak mengatakan, Anda harus menghindari aneka produk investasi semacam aset kripto yang risikonya sangat tinggi. Produk-produk semacam ini menawarkan imbal hasil tinggi, tapi uang Anda juga bisa hilang dalam sekejap. Karena itu, jangan simpan semua uang Anda ke dalam produk semacam itu. Di sinilah pentingnya memperbanyak portofolio: bisa saham, surat berharga negara, dan lainnya dengan tingkat risiko beragam.

***

James Lim

Karier
2018-sekarang, Chief Executive Officer AAG International, Indonesia
2009-sekarang, Senior Director AAG International
2018, Deputy Head of Sales & Operations, AAG International
2015-2018, Deputy Head of AACares, AAG International
2009-2017, Life Planner AAG International

Pendidikan
1999, Bachelor of Engineering, Telecommunications Engineering, Monash University

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus