Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pemanfaatan Bursa Komoditas Belum Optimal

Jumlah investor emas, minyak, dan valuta asing di ICDX pada 2020 meningkat 1.520 persen dibanding pada 2019.

12 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • ICDX menilai gairah transaksi masyarakat di bursa komoditas semakin besar.

  • ICDX akan mengembangkan platform transaksi karbon hingga uang kripto.

  • Pemanfatan ICDX sebagai bursa komoditas belum optimal.

Gairah investasi masyarakat yang kian besar menjadi peluang baru bagi pengelola platform perdagangan dan investasi. Termasuk bursa komoditas, yang nilai transaksinya terus meningkat, bahkan saat perekonomian lesu pada masa pandemi Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satunya dialami PT Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia (ICDX). Direktur Utama ICDX, Lamon Rutten, menyatakan pertumbuhan jumlah klien dan broker meningkat secara signifikan. "Kami melihat masyarakat yang belum pernah bertransaksi di bursa komoditas kini mulai terlibat," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun Lamon menilai pemanfaatannya belum optimal dan menjangkau potensi yang ada. Dalam wawancara bersama jurnalis Tempo, Vindry Florentin, tiga pekan lalu, Lamon mengungkapkan capaian, strategi, serta persoalan di bursa komoditas. Berikut ini petikan wawancara dengan Lamon Rutten:

Bagaimana kinerja ICDX pada masa pandemi Covid-19?
Kinerja ICDX cukup baik di tengah pandemi. Total volume transaksi multilateral pada 2020 naik hingga 34 persen dibanding pada 2019. Transaksi GOFX (gold, oil, dan foreign exchange) yang terdiri atas kontrak emas, minyak bumi, dan valuta asing berkontribusi besar pada transaksi multilateral. Rata-rata pertumbuhan GOFX per tahun sebesar 900 persen sejak diluncurkan pada 2018. Seiring dengan kenaikan transaksi, jumlah investor GOFX meningkat 1.520 persen dibanding pada 2019.

Pandemi Covid-19 sepertinya belum banyak berubah. Bagaimana target Anda pada tahun ini?
Kami menargetkan volume transaksi dua digit pada tahun ini. Hingga Mei lalu, pertumbuhan transaksi GOFX mencapai 87 persen dari total transaksi 2020. Capaian ini didukung minyak mentah dan emas yang harganya sangat terpengaruh oleh peristiwa ekonomi selama masa pandemi Covid-19.

Selain GOFX, apa komoditas lain yang memiliki potensi besar?
Pertumbuhan transaksi timah cukup pesat karena banyak smelter yang mulai beroperasi dan kembali ke rencana produktifnya. Timah bisa menjadi penyumbang surplus transaksi. Harga timah ICDX mencatatkan harga tertinggi dalam satu dekade terakhir, yaitu US$ 34,810 per ton. Lebih tinggi dari London Metal Exchange. Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia sebagai pengekspor timah terbesar di dunia.

Faktor apa yang membuat Anda yakin transaksi tetap tinggi?
Cina mengalami pertumbuhan yang sangat baik. IMF (International Monetary Fund) memprediksi setengah dari produk domestik bruto (PDB) yang hilang pada tahun lalu akan pulih tahun ini. Pertumbuhan PDB global diperkirakan mencapai 5,6 persen pada tahun ini, setidaknya 50 persen lebih tinggi dibanding tren normal dan merupakan pertumbuhan PDB global tertinggi dalam 80 tahun. Kami berharap volume perdagangan di bursa komoditas akan terus bertumbuh.

Bagaimana strategi Anda menarik masyarakat bertransaksi di ICDX?
Kami berupaya meningkatkan literasi. Salah satunya melalui kolaborasi dengan anggota broker dan perusahaan keuangan untuk membangun platform edukasi. Contohnya, kami bekerja sama dengan Finansialku. Karena kami juga memiliki GOFX Micro yang merangkul investor pemula, kami menggelar GOFX Micro Trading Class untuk latihan on-boarding langsung. Kelas ini didominasi kaum milenial yang telah bekerja.

Apa inovasi yang Anda siapkan untuk mengembangkan bursa komoditas?
Belum lama ini kami menerima persetujuan Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) untuk kontrak karet dan kami juga telah menyelesaikan proposal untuk kontrak perak. Kami optimistis menyediakan kontrak berjangka indeks saham yang sangat penting untuk Indonesia dan masyarakat, yang biasanya menggunakan bursa luar negeri.

Apa saja segmen pasar baru yang bisa dikembangkan?
Kredit karbon. Mengingat Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, potensinya sangat besar dalam memimpin pelaksanaan perdagangan kredit karbon. Indonesia, bersama Brasil, dapat menyumbang sebagian besar kredit karbon yang akan dibeli negara lain. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen dan menargetkan transaksi 1,02-2,9 miliar ton karbon pada 2030. Perdagangan karbon dapat memberi kontribusi lebih dari US$ 150 miliar.

Mengapa perlu pasar yang terorganisasi untuk kredit karbon?
Bagi perusahaan yang menghasilkan karbon dan ingin menjualnya ke luar negeri, mereka harus melalui broker dengan biaya transaksi 20 persen. Sedangkan biaya transaksi melalui bursa lokal di bawah 1 persen. Saat ini, satu-satunya pasar yang terorganisasi untuk kredit karbon Indonesia adalah di Singapura, yang didukung pemerintahnya. Jika tidak ada persetujuan bursa perdagangan karbon di Indonesia, beberapa perusahaan akan pindah ke Singapura. Kami siap untuk pasar karbon dan sedang menunggu keputusan pemerintah. Jika produsen karbon di Indonesia dan pembeli internasional terlalu lama berinvestasi di sana, potensi ketertarikan untuk memindahkan perdagangan ke Indonesia akan semakin kecil.

Bagaimana dengan perdagangan kripto?
ICDX siap memperkenalkan kontrak berjangka kripto selama lebih dari dua tahun. Tapi sejauh ini pemerintah belum membuat keputusan. ICDX akan berfungsi sebagai perpanjangan tangan regulator dan mendukung penuh Bappebti dalam hal ini.

Apa saja tantangan untuk mengembangkan industri perdagangan komoditas di Indonesia?
Pasar keuangan sangat dinamis dan berkembang cepat. Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat kuat. Salah satu karakteristik dari kelas menengah ini adalah mereka memiliki penghasilan tambahan untuk diinvestasikan. Masalahnya, mereka tidak tahu bagaimana cara berinvestasi. Itulah yang disebut literasi keuangan. Banyak orang sangat rentan terhadap tawaran peluang investasi yang sangat buruk. Mereka percaya kepada janji yang tidak realistis dan kemudian kehilangan uang dalam kegiatan investasi yang tidak diatur dan tidak dilindungi. Jumlah orang yang menggunakan pasar legal jauh lebih sedikit dibanding jumlah mereka yang menggunakan pasar ilegal. Namun kebanyakan orang yang seharusnya berdagang di pasar legal ini tidak memahami bahaya bertransaksi di pasar ilegal. Ini tantangan besar bagi kami karena kami memiliki pasar yang teregulasi dan investornya dilindungi.

Dengan tantangan-tantangan tersebut, bagaimana potensi perkembangan industri perdagangan berjangka komoditas di Indonesia?
Saat saya meninggalkan bursa Multi Commodity Exchange (MCX) di India, volume perdagangan di sana US$ 3 triliun, sedikit lebih besar dari PDB India. Potensi ICDX jauh lebih besar dari ekonomi Indonesia, yakni US$ 1,1 triliun, karena kita dapat memperdagangkan produk yang jauh lebih luas dibanding MCX. Saat ini pemanfaatan ICDX sebagai bursa komoditas belum optimal. Sebagai contoh, salah satu keberhasilan terbesar ICDX ada di pasar timah. Pada pertengahan 2010, pemerintah memutuskan mengatur ekspor timah dan memberikan mandat kepada ICDX untuk mengoperasikan platform ekspor timah. Sebelum mandat tersebut, 80 persen transaksi timah Indonesia dilakukan melalui Singapura. Namun, setelah diperdagangkan di ICDX, kami berhasil menurunkan persentase ekspor ke Singapura menjadi 24 persen. Jumlah negara tujuan ekspor meningkat dari 14 menjadi 26 negara. Capaian ini menunjukkan bahwa, melalui pasar yang adil dan transparan, perdagangan komoditas dapat bertumbuh ke tingkat yang baru. Masih banyak komoditas lain yang bisa menghasilkan manfaat serupa. 


Biodata

Nama lengkap: Lamon Rutten

Pendidikan:

- Maurick College, Vught, Belanda  (1974-1980)

- Master of Science International Economic Management, Tilburg University, Belanda  (1980-1986)

Karier:

- Joint Managing Director dan Chief Executive Officer (CEO) MCX (Juli 2006-Agustus 2008)

- Managing Director dan CEO ACE Audit Control & Ecpertise, Jenewa (Agustus 2008-Juni 2009)

- Managing Director dan CEO MCX, Mumbai (Juli 2009-Juni 2012)

- Programme Manager, Policies, Markets, and ICT, CTA, Wageningen (Juli 2012-2016)

- Direktur Utama PT Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia (ICDX) (Januari 2017-sekarang)

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus