Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Waskita Karya masih menjalankan divestasi sejumlah aset jalan tol.
Divestasi empat ruas jalan tol Trans Jawa akan selesai pada awal Mei-Juni 2022.
Waskita Karya akan berfokus pada pengerjaan proyek jalan dan bendungan.
Sebagai salah satu kontraktor konstruksi milik negara, PT Waskita Karya (Persero) Tbk tak bisa lepas dari proyek penugasan pemerintah. Gencarnya investasi untuk proyek jangka panjang menyebabkan Waskita terbebani utang. Hingga akhir 2019, emiten Bursa Efek Indonesia berkode WSKT ini menanggung utang Rp 90 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agar lepas dari beban tersebut, Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, menjalankan strategi transformasi bisnis. Salah satunya, melepas aset atau divestasi proyek jalan tol. Dalam wawancara dengan tim Koran Tempo, Kamis lalu, Destiawan memaparkan sejumlah strateginya. Berikut ini kutipan wawancaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana kondisi keuangan Waskita Karya saat ini?
Arus kas kami sempat tidak baik karena utang Rp 90 triliun. Utang banyak dipakai untuk akuisisi maupun membangun jalan tol yang ditugaskan pemerintah serta untuk menyelesaikan jalan tol yang mangkrak. Akhirnya kami sudah menikmati tol Trans Jawa, Trans Sumatera, dan beberapa ruas tol di sekitar Jakarta, namun masih ada bagian yang harus diselesaikan.
Divestasi aset jalan tol masuk dalam rencana transformasi bisnis sudah Anda ungkapkan sejak beberapa waktu lalu. Bagaimana realisasinya sejauh ini?
Ada enam ruas yang kami tawarkan, tapi baru empat dulu yang ditargetkan selesai tahun ini. Sisanya masih dalam konstruksi. Investor kan inginnya konstruksi selesai dan tidak ada cost overrun. Bukan jualan tol, tapi kami alihkan konsesi yang ada di ruas tersebut. Ada empat ruas Trans Jawa, sedang diproses, mungkin awal Mei atau Juni nanti sudah final. Salah satunya adalah tol Cimanggis-Cibitung. Ada rencana transaksi dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), mudah-mudahan bisa selesai di triwulan pertama tahun ini. Satu lagi di sekitar Jakarta, juga dengan SMI. Selain itu, ada rencana pengalihan ruas tol Tebing Tinggi-Parapat. Sudah disepakati konsesi kami akan diambil oleh PT Hutama Karya. Mudah-mudahan semester I bisa tuntas dan kami bisa lepas dari beban di ruas tol tersebut.
Proyek pembangunan Jalan Tol Cimanggis – Cibitung kawasan Jalan Alternatif Cibubur, Jakarta, 25 Oktober 2021. TEMPO/Subekti.
Apakah rencana itu bisa mengurangi beban utang secara signifikan?
Kami mengejar restrukturisasi utang dengan 21 kreditor, terdiri atas bank milik negara dan berbagai bank swasta. Ini sudah terlaksana September tahun lalu. Kami pun meminta penjaminan untuk modal kerja dan refinancing obligasi dari pemerintah. Alhamdulillah bisa diperoleh tahun lalu, sebesar Rp 8 triliun modal kerja dan Rp 5,6 untuk komitmen obligasi. Dari rencana restrukturisasi utang empat anak perusahaan, sudah ada tiga yang selesai. Hanya tersisa Waskita Beton Precast, semoga bulan ini selesai.
Bagaimana dengan target kontrak baru Waskita Karya?
Kami berupaya mendapatkan kontrak baru tahun ini, karena penting untuk keberlanjutan usaha. Kontrak baru ini diharapkan bisa memperbaiki arus kas. Waskita harus bisa terus maju dengan tingkat pertumbuhan konservatif. Selain proyek pemerintah dan BUMN lain, yang jadi andalan tahun ini juga proyek ibu kota baru. Ada juga proyek di luar negeri yang kontraknya berupa imbal dagang. Ini cenderung didapatkan pada proses penunjukan langsung, sehingga harga bisa dikondisikan lebih baik.
Waskita Karya sering mendapat masukan agar kembali ke bisnis inti, yaitu jasa konstruksi. Bagaimana rencana Anda ke depannya?
Memang ada arahan dari Kementerian BUMN agar perusahaan konstruksi fokus ke bidang andalan masing-masing. Selama ini kami sudah banyak menggarap bandara, bangunan, proyek sumber daya air, jalan. Bandara sedang sepi, jadi kami mulai akan fokus pada kesiapan sumber daya di pengerjaan proyek jalan dan bendungan. Tahun lalu ada sembilan bendungan yang selesai dan berlanjut ke 2022. Ada tujuh ruas tol yang akan diselesaikan.
Biodata
Nama: Destiawan Soewardjono
Tempat, tanggal lahir: Surabaya, 10 April 1961
Pendidikan:
1987, Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya
2008, Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada
Karier:
2012-2013, General Manager Departemen Luar Negeri PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
2013-2020, Direktur Operasional III PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
2014-2020, Komisaris Utama PT Wijaya Karya Bangun Gedung Tbk
2020-sekarang, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk
Baca Juga:
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo