Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Saya Jaga Bank Ini Setengah Mati

Komisaris Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Tahir menjelaskan kondisi yang menerpa banknya. Orang terkaya ketujuh di Indonesia versi Forbes ini memastikan tak akan tinggal diam melihat likuiditas Mayapada mengkeret.

11 Juli 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHIR tak habis pikir mengapa berbagai kabar miring bertubi-tubi menerpa bisnisnya. Namanya terus dikaitkan dengan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) lantaran adanya dugaan keterlibatan Benny Tjokrosaputro, kolega bisnis sekaligus debitor PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Ketika pukulan Covid-19 mulai mengguncang, giliran hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Otoritas Jasa Keuangan 2017-2019 menyudutkan Mayapada. Meski audit menyasar kinerja pengawasan OJK, laporan pemeriksaan BPK tersebut membeberkan sejumlah dugaan pelanggaran penyaluran kredit di Mayapada. “Saya enggak beruntung aja diterpa isu. Sampai guyon apakah perlu mandi kembang,” kata Tahir ketika ditemui wartawan Tempo, Khairul Anam dan Aisha Shaidra, di Mayapada Tower 1, Jumat, 10 Juli lalu.

Tahir menampik berbagai tudingan tersebut, yang menurut dia telah memicu aksi penarikan dana nasabah di Mayapada. Orang terkaya ketujuh di Indonesia versi Forbes ini pun memastikan tak akan tinggal diam melihat likuiditas Mayapada mengkeret. “Saya enggak mau ninggalin murka untuk nasabah.”

Dari Januari audit BPK terhadap OJK yang terekspos Maret lalu, apakah penarikan dana nasabah benar terjadi di Mayapada?
Ada. Pasti ada. Saya enggak tahu detailnya. Cukup signifikan. Tapi yang masuk juga ada. Saya dan keluarga berkomitmen. Sampai saat ini deposan terbesar itu anak-anak saya, Rp 1,5 triliun. Dan minggu lalu saya baru setor modal kontan Rp 1 triliun. Saya enggak punya duit enggak apa-apa. Ini saya dapat dari jual barang. Saya lagi jagain bank ini setengah mati.

Bagaimana Anda menilai hasil audit BPK terhadap OJK yang menyebutkan performa tujuh bank, termasuk Mayapada?
Menurut saya, laporan BPK itu hanya represent dari ratusan bank yang diperiksa. Lalu ada tujuh bank ini. Isinya saya enggak ada masalah. Yang jadi masalah rombongannya itu, lho. Ada beberapa bank yang memang bermasalah bertahun-tahun. Nah, kalau saya dimasukin rombongan itu? Artinya you juga jelek. Lah, terus saya ada kekuatan apa untuk menghindar? Makanya saya sampai tambah modal, jual barang, pinjem duit. Saya keliling, lho. Itu beratnya jadi bankir.

Tapi audit itu juga mencatat pemeriksaan OJK terhadap penyaluran kredit Mayapada yang terindikasi melanggar batas maksimum penyaluran kredit (BMPK) kepada empat kelompok usaha, termasuk grup Anda.…
Enggak bener. Begini. Pengelompokan usaha itu bisa saja terjadi. BMPK itu bisa saja terjadi. Saya kasih US$ 100 juta, tahu-tahu dolar jatuh, langsung kena BMPK. Jalan keluarnya dilunasi atau dikurangi. BMPK itu bisa saja terjadi tiap tahun. Tapi saya enggak pakai uang, lho. Saya bisa bantah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berapa besar kredit yang Bank Mayapada berikan kepada grup Hanson International?
Cuma Rp 200 miliar. Kalau grup Saligading beberapa ratus miliar saya enggak tahu, karena properti semua.

Laporan BPK mencatat kredit ke grup Hanson milik Benny Tjokrosaputro sampai Rp 12 triliun….
Enggak benar. Saya sudah gendeng apa kasih Rp 12 triliun. Mungkin itu pengelompokan usaha. Misalnya kredit di properti sudah begitu besar, harus dikurangi. Harus masuk ke sektor usaha menengah, kecil, mikro, medium class. Otak saya sudah rusak kalau misalnya kasih satu grup triliunan. Jangankan Rp 12 triliun. Memberikan Rp 2 atau 3 triliun saja kepala saya sudah enggak waras. Dan itu bukan audit BPK, lho.

Ya, laporan audit BPK mencatat hasil pemeriksaan OJK terhadap Mayapada.…
OJK juga bukan menyimpulkan itu. Bukan BMPK. Selama ini kami tidak pernah berdiskusi soal itu dengan OJK. OJK hanya bilang, kalau perusahaannya enggak begitu sehat, tolong lunasi saja, tambah modal. Dan semua temuan OJK 2019 sudah kami penuhi semua. Saran-saran OJK dijalankan. Kami selalu kooperatif.

Ada juga kredit ke Grup Mayapada?
Mereka bilangnya ke grup yang berelasi. Yang berelasi kan banyak. Saya tidak diminta OJK melunasi utang, lho. Saya diminta tambah modal saja, memperkuat keseluruhan bank, dan sudah saya lakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus