Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Yellen Bantah Imbal Hasil Obligasi Tinggi Bukan inflasi Tapi Ekonomi AS Pulih

Janet Yellen mengatakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang lebih tinggi adalah tanda pelaku pasar antisipasi pemulihan ekonomi

6 Maret 2021 | 19.52 WIB

Presiden Amerika Terpilih Joe Biden menunjuk Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan Amerika yang baru (Sumber: Reuters)
Perbesar
Presiden Amerika Terpilih Joe Biden menunjuk Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan Amerika yang baru (Sumber: Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang yang lebih tinggi adalah tanda pelaku pasar mengantisipasi pemulihan yang lebih kuat, bukan meningkatnya kekhawatiran inflasi.

"Saya tidak melihat bahwa pasar memperkirakan inflasi naik di atas sasaran inflasi 2,0 persen yang Fed miliki sebagai tingkat inflasi rata-rata dalam jangka panjang," kata Menkeu AS Janet Yellen dalam wawancara PBS Newshour, Jumat 5 Maret 2021.

Dia menambahkan Amerika Serikat membutuhkan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang lebih cepat dari capain bulan Februari. Dia berharap lapangan kerja terbuka penuh pada tahun depan sesuai dengan rencana stimulus Presiden Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan kemarin ditutup di zona merah seiring ekspektasi pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).

IHSG ditutup melemah 32,05 poin atau 0,51 persen ke posisi 6.258,75. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 7,11 poin atau 0,75 persen ke posisi 941,36. 

"Pelemahan hari ini selain faktor teknikal, sentimen eksternal cukup dominan," kata Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan di Jakarta, Jumat 5 Maret 2021.

Cadangan devisa Bank Indonesia naik dari 138 miliar dolar AS per akhir Januari 2021 ke 138,8 miliar pada Februari 2021. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Data terbaru terkait cadangan devisa per akhir Februari 2021 juga tampaknya turut menopang IHSG dari potensi pelemahan atau koreksi lebih dalam," ujar Valdy.

Dari eksternal, penguatan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali membayangi pergerakan IHSG. Penguatan tersebut salah satunya dipicu oleh spekulasi kenaikan inflasi seiring dengan pemulihan ekonomi AS, menyusul rilis data klaim tunjangan pengangguran awal, dan tingkat pesanan pabrik terbaru yang melampaui ekspektasi.

BACA: Akhir Pekan, IHSG Ditutup Negatif karena Sentimen Ekonomi AS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus