Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

"Harga" Sebuah Obat

Eraldin, obat jantung akan ditarik dari peredaran karena efek sampingnya parah. timbul kelompok aksi eraldin di negara barat. percobaan dilakukan terhadap 2100 pasien atas pengawasan 90 dokter. (ksh)

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ERALDIN yang sejak semula dianggap sebagai obat jantung yang mujarab, kini terancam akan ditarik samasekali dari peredaran, karena efek sampingnya yang parah terhadap mata, telinga, kulit dan perut. Obat yang dibuat oleh perusahaan farmasi ICI dan dipasarkan sejak tahun 1970 itu, di luar kemauan telah mengakibatkan paling tidak 18 orang meninggal karena kerusakan selaput perut sebagai akibat sampingnya. Lebih dari 100 orang menderita sakit perut yang sama dan dua di antara mereka terpaksa menjalani operasi meskipun tetap tak tertolong juga. Sedang 40 orang lainnya menderita kerusakan mata dua puluh di antaranya buta. Inilah deretan korban yang jatuh dari para pemakai Eraldin di seantero dunia. Tetangga kita sendiri, Singapura, sejak Juli yang baru lalu telah melarang impor obat tersebut. Sementara kalangan dokter dan perwakilan ICI yang ada di Indonesia mengatakan bahwa obat jantung tersebut tidak pernah masuk ke mari. ICI telah mengirimkan surat kepada para dokter dan ahli farmasi seluruh dunia bahwa sejak 1 Oktober 1975 obat tersebut hanya boleh dipakai oleh pasien rumahsakit dan dalam jangka pemakaian yang pendek saja. Namun sepuluh bulan setelah surat itu diedarkan masih saja ada dokter yang menuliskannya dalam resep. Keputusan ICI itu sendiri diambil setelah bertubi-tubinya laporan tentang efek samping dari obat yang dibuatnya. "Pada pagi hari bola mata saya lengket paaa pelupuknya dan saya tak bisa menggerak-gerakkannya kecuali kalau saya teteskan obat tetes mata", keluh seorang penderita. Mata tersiksa seakan-akan tersiram pasir, seperti terbakar dan tak kuat melihat cahaya. Pendengaran juga rusak. Sekitar 20 orang menderita peradangan telinga parah yang juga disebut systenuc upus erythematosus (SLE). Berapa ratus orang mengidap kudis dan sisikan. "Di Inggeris saja hampir 600 orang jadi korban Eraldin ini dan kira-kira sejumlah itu pula yang jatuh di bagian dunia lain. Namun jumlah yang pasti belum bisa dikatakan sekarang. Karena efek samping obat itu baru akan muncul kalau si pemakai sudah menghentikannya", tulis Christine Doyle dalam harian Observer. Di negara-negara barat di mana para konsumen mendapat perlindungan dan selalu peka terhadap sesuatu yang akan merugikan kesehatan mereka, peristiwa Eraldin ini juga mendapat tanggapan yang bersungguh-sungguh. Para kotban membentuk suatu perkumpulan yang mereka sebut dengan Eraldin Action Group (Kelompok Aksi Eraldin) dan mengingatkan para dokter agar lebih berhati-hati dengan efek samping obat dan lain kali supaya memperhatikan benar-benar kecurigaan pasien bahwa penyakit yang mereka derita kemungkinan akibat samping dari obat yang mereka makan. Dan janganlah serta-merta percaya terhadap perusahaan farmasi mentang-mentang mereka telah mengeluarkan jutaan dollar untuk penelitian dalam rangka memprodusir sesuatu obat. Seorang laki-laki dari Midlands, tulis koran Inggeris itu, pada tahun 1973 Dernah mencurigai bahwa dia menderita penyakit yang kemungkinan diakibatkan oleh Eraldin. Tapi dokternya tak menggubrisnya. Berat badannya melorot dan matanya hampir buta karena kering. Setelah mendekam beberapa lama di rumahsakit, laki-laki tadi bunuh diri karena tak sanggup menanggung sakit lebih lama. Beberapa kecurigaan seperti ini terjadi beberapa kali, di beberapa tempat. Ketika malapetaka muncul di mana-mana, banyak dokter yang beranggapan bahwa tak banyak yang bisa dilakukan untuk memperkecil korban. "Ini merupakan bagian dari harga yang harus dibayarkan masyarakat untuk keselamatan obat. Sedangkan bagi pasien, dokter dan pengusaha farmasi kejadian itu merupakan sial belaka". Sementara itu para korban yang bergabung dalam Kelompok Aksi Eraldin beranggapan bahwa pikiran seperti itu berbahaya sekalipun mereka tetap berpendapat bahwa reaksi jelek dari obat modern memang tak terelakkan. Kelompok ini menganjurkan agar diadakan penyelidikan yang lebih luas ke tengah-tengah masyarakat, sebab siapa tahu korban yang jatuh lebih banyak dari yang tercatat sekarang."Dengan menganjurkan penyelidikan semacam ini kami tidak bermaksud untuk membuat malu ICI maupun dokter. Kami hanya menghendaki supaya tragedi ini dihadapi dengan sikap jujur dan menarik pelajaran dari padanya", kata mereka. Pil Lelaki Bagaimanapun pemasaran obat jantung ini tidak dilakukan secara serampangan. Satu percobaan yang kabarnya lebih ketat dari yang dianjurkan oleh Committee on Safety of Medicines (Komite Keselamatan Obat). Selama percobaan klinis yang berlangsung tiga tahun, 2100 pasien telah meminum obat itu di bawah pengawasan 90 dokter dan tersebar di seluruh dunia. Semua berjalan baik. Dalam percobaan tersebut memang sudah kelihatan efek samping Eraldin, berupa mabuk, muntah, pusing, letih dan kudis-kudis ringan. Namun dianggap biasa, sebab obat lainpun akan menunjukkan hal yang sama. Tetapi kebanyakan pasien yang ikut dalam percobaan klinis itu hanya menggunakannya dalam satu-dua bulan saja. Hanya 223 yang meminumnya untuk masa yang lama, rata-rata 10 bulan. Sedangkan efek samping yang serius dikatakan akan muncul kalau obat itu diminum sampai 20 bulan. Obat ini digunakan untuk penyakit dengan denyut jantung yang tak beres dan menekan darah tinggi. Dari pengalaman dokter, kelihatan Eraldin bekerja baik untuk penderita jantung yang juga menderita bronchitis dan asma. Berbeda dengan obat jantung yang lain, dia tidak berpengaruh jelek terhadap saluran pernafasan. Di Inggeris saja dia sudah dipakai oleh seperempat juta orang. Obat yang dalam sekejap jadi terkenal kemanjurannya itu, terkenal pula dengan sebutan "pil lelaki", karena kaum inilah yang kemungkinan besar telah dan akan dapat serangan jantung. Inggeris telah ditimpa malapetaka. Sedangkan Amerika Serikat terhindar dari kejadian itu, sama seperti mereka luput dari thalidomide. Hanya karena kebetulan Food and Drug Administration membutuhkan waktu yang lebih lama dalam percobaan-percobaannya. Sikap yang berhati-hati ini malangnya mendapat kecaman juga dari tukang kritik. "Ini hanya akan membikin orang mati karena tak diizinkan menggunakan obat selain yang sudah disyahkan", kata mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus