Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

'Menutup' Kawah di Wajah

Lubang bekas jerawat berukuran jumbo bisa diatasi dengan subcision. Lebih cepat dan tepat.

6 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amelia bangun dari tempat tidur di klinik perawatan kulit di bilangan Jalan Kertajaya Indah, Surabaya. Tak sabar, perempuan 27 tahun ini meminta cermin kepada Adri Dwi Prasetyo, dokter spesialis kulit dan kelamin yang menanganinya. Padahal belum genap semenit dokter muda itu selesai memermak bekas-bekas jerawat di wajah Amelia. "Saya ingin segera melihat wajah saya," kata Amelia.

Pada saat berkaca, ia memperhatikan wajahnya dengan teliti. Sesekali, Amelia memalingkan mukanya ke kanan dan ke kiri. Punggung tangannya menyentuh-nyentuh kedua pipinya yang terlihat lebih halus. "Sempurna," Amelia bergumam.

Selasa sore pekan lalu, di klinik yang dikelola dokter Adri, Amelia baru saja rampung menjalani terapi subcision alias subcutaneous incision. Ini adalah teknik khusus untuk mengatasi parut bergelombang akibat tarikan jaringan ikat ke dalam kulit. Lebar parut bekas jerawat ini lumayan besar, yakni 4 milimeter atau lebih. Dalam dunia kedokteran, kawah sebesar ini disebut rolling scars.

"Sebenarnya, teknik ini sudah lama dikenal, tapi belum terlalu banyak dokter yang mempraktekkannya," kata Adri kepada Tempo. Agar penerapannya lebih luas, pada Sabtu sore dua pekan lalu, teknik ini menjadi salah satu bahasan dalam The 5th National of Aesthetic Medicine & Cosmetic Surgery di Surabaya. Adri, yang pernah belajar kedokteran estetika dan bedah kulit di Darmstadt, Jerman, menjadi instruktur dalam workshop itu.

Jerawat merupakan problem orang banyak, baik saat remaja maupun dewasa. Gangguan kulit ini pada kelompok usia 11-30 tahun diperkirakan mencapai 80 persen, sedangkan pada dewasa di atas usia 30 tahun tercatat 5 persen. Luka bekas jerawat sering menimbulkan parut (scars). Literatur menyebutkan angka kejadian pada pria mencapai 77 persen lebih banyak dibanding wanita, yang mencapai 58 persen. Munculnya parut yang permanen ini sangat mengganggu penampilan dan meruntuhkan kepercayaan diri. Lubang itu seperti kawah yang muncul setelah gunung meletus.

"Kalau diajak pergi ke salon oleh teman-teman, saya sering minder," kata Amelia, yang menjalani bedah subcision untuk enam lubang besar di pipinya. Lubang-lubang bekas jerawat itu muncul sejak ia lulus SMA. Untuk membuang lubang itu, Amelia rajin mencoba berbagai pil ataupun krim. Tapi hasilnya nihil. Kelegaan mengguyur hatinya setelah lubang jerawat itu ditangani Adri. "Tak seperti yang saya takutkan, terapinya tidak sakit dan hasilnya memuaskan," katanya.

Manfaat subcision juga dirasakan secara instan oleh Sherly, sebut saja begitu. Mahasiswa ekonomi Universitas Petra Surabaya ini menjalani operasi di klinik Adri sebulan lalu. Kini, setelah lubang bekas jerawat yang bertebaran di pipinya amblas, pipinya kembali mulus, kepercayaan dirinya tumbuh. Apalagi pada bekas lubang jerawat yang sudah dioperasi tak tumbuh jerawat lagi. Untuk menebus tindakan operasi dan obat yang diberikan Adri, Sherly merogoh kocek Rp 1,3 juta.

l l l

Dalam perawatan ini, Adri menggunakan jarum NoKor. Jarum yang amat kecil ini akan memotong jaringan ikat fibrotik–pertumbuhan ke dalam jaringan ikat fibrosa–pada parut. Jarum ini dipilih karena hasilnya lebih bagus dibanding jarum yang lain. Sebabnya, ujung jarum NoKor yang berbentuk seperti tombak segitiga lebih efektif merobek jaringan ikat penyebab parut dibanding jarum biasa. "Jarum NoKor instrumen yang benar dan hasilnya signifikan," kata pria 30 tahun yang lulus dokter spesialis dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada pertengahan 2011 ini.

Setelah jaringan ikat dipotong, produksi kolagen akan terangsang dan kontur kulit akan kembali rata. Adri menganalogikan lubang parut di pipi seperti tenda terpal pedagang kaki lima yang cekung karena ditarik oleh tali-temali di empat sisinya. "Agar kembali rata, tali-talinya harus diputus," ujar dia.

Saat melakukan subcision, Adri meminta Amelia tersenyum agar lubang parut di pipinya kian terlihat. Lalu Adri melingkari lubang-lubang itu dengan spidol hitam. Selanjutnya, satu per satu lubang dibius. Sebelum disuntik bius, pipi Amelia ditempeli buliran kecil es agar tak sakit.

Sepuluh menit kemudian, ia mencoblos kulit pipi Amelia dengan jarum NoKor. Tusukan jarum seukuran benang itu tak tepat pada lubang atau tanda lingkaran spidol, tapi di luarnya. Pola tusukannya tidak vertikal, melainkan horizontal. Tusukan horizontal ini bertujuan memutus jaringan ikat yang menarik kulit hingga terjadi lubang. Setelah semua jaringan putus, perlahan-lahan kulit yang semula berlubang menjadi rata kembali. Proses seperti itu dilakukan pada setiap lubang.

Setiap satu lubang beres ditangani dan jarum ditarik keluar, terjadi sedikit perdarahan dan meninggalkan warna kebiruan. Namun, hanya sekali usap, darah itu pun lenyap. Adapun kulit yang membiru akan hilang sendiri dalam tujuh hari. Enam lubang selesai dalam satu jam. Agar tak terjadi infeksi, bekas tusukan diolesi salep antibiotik.

Adri mengaku telah melakukan subcision sejak 2008 dan sudah ratusan pasien ditangani. Bila lubang parut tidak dalam, sekali terapi langsung beres. Untuk lubang yang dalam, paling tidak harus dilakukan dua kali terapi. "Lebih dari 90 persen pasien puas," kata dia. "Berdasarkan foto sebelum dan sesudah terapi, 95 persen kasus memberikan hasil yang signifikan."

Di Ibu Kota, teknik subcision untuk mengatasi rolling scars juga dipraktekkan Enrina Diah, dokter spesialis bedah plastik di Klinik Ultimo, serta Edwin Djuanda, dokter spesialis kulit dan kelamin, di Jakarta Skin Centre.

Menurut Enrina, subcision memiliki kelemahan, yakni bila lubang bekas jerawat terlalu banyak atau dalam. Itu sebabnya, di kliniknya, subcision biasa digabung dengan teknik lain. Bila lubangnya terlalu dalam dan kolagen tubuh pasien tak mencukupi, misalnya, bisa ditambahi dengan isian lemak.

Dwi Wiyana, Kukuh S. Wibowo (Surabaya)


Lubang-lubang di Wajah

Rolling scars adalah parut bergelombang yang terjadi akibat tarikan jaringan ikat ke dalam kulit dengan lebar empat milimeter atau lebih. Dasar lubang dari parut jenis ini terasa keras bila disentuh. Ukuran rolling scars paling besar dibanding parut lain yang timbul akibat jerawat. Sekadar pembanding, ada ce-pick scars (lubang parut kecil dan dalam dengan diameter 1-2 milimeter, biasanya di pipi), boxcar scars (parut dengan tepi yang tegas dan berdiameter 2-4 milimeter, mirip parut bekas cacar air, banyak ditemukan di pelipis dan pipi), dan hypertrophic scars (jaringan parut yang menebal, tapi tidak melebar melebihi luka jerawat aslinya, dan membaik dengan berjalannya waktu). Jenis parut akan menentukan teknik penanganan yang dilakukan dokter.

DW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus