Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

20 Puisi tentang Ayah, Penuh Haru dan Menginspirasi

Di hari Ayah internasional, Anda bisa memberikan hadiah berupa puisi tentang ayah yang isinya penuh hari. Berikut inspirasinya.

12 November 2024 | 16.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puisi merupakan karya sastra yang terdiri dari baris dan bait, disusun dengan rima dan irama tertentu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, puisi adalah seni berbahasa yang mampu membangkitkan emosi, mencerminkan pemikiran, dan menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan penuh estetika. Beragam tema dapat diangkat dalam puisi, dan salah satunya adalah puisi tentang ayah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ayah adalah sosok istimewa dalam kehidupan setiap orang. Banyak orang mengekspresikan rasa terima kasih dan cinta kepada ayah melalui puisi. 

Puisi tentang ayah mencerminkan berbagai emosi, mulai dari rasa bangga, haru, hingga rindu serta menyampaikan penghargaan yang mendalam atas semua pengorbanannya. 

Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa contoh puisi tentang ayah. Puisi ini menjadi bentuk apresiasi bagi mereka yang telah berjuang dan berkorban demi keluarga.

Puisi tentang Ayah

Jadikan Aku Ksatria - Arih Numboro

Ibu, dongengi aku hikayat para ksatria

Yang gagah berani membela kebenaran

Dan kehormatan dan harga diri bangsa

Ayah, ceritakan padaku

Raden Gatutkaca

Yang dimasukkan ke kawah candradimuka

Yang bahan bakarnya senjata para dewa

Ibu

Jangan kasihan padaku

Cubit saja aku bila aku rewel dan membuat jengkel

Siapkan rotan dan pukullah aku

Bila tidak patuh perintahmu

Jangan manjakan aku, ibu

Ayah

Janganlah engkau marah

Pada guru yang menghukum aku

Dengan pukulan kecil di lenganku

Karena memang akulah yang tidak taat dan salah

Jangan bela aku, ayah

Ayah

Ibu

Jangan kasihan padaku

Jangan segan menghukumku

Jangan enggan memarahiku

Biarlah para guru ikut membina dan mendidikku

Ayah

Ibu

Jadikan aku ksatria yang gagah

Atau selamanya aku akan menjadi orang yang kalah

Ayah dan Ibu - Bambang Tri Subeno

Engkau berdua adalah samudra

Menampung segala keluh kesah

Anak-anakmu

Seperti matahari

Selalu menghadirkan kehangatan

Juga angin

Memberi kesejukan tanpa diminta

Kalian adalah musik syahdu

Tak pernah jeda

Menghibur dan menenangkan

Boneka dari Ayah - Nadia Kris Ayu

Boneka itu

Sudah terlihat kusam

Betul-betul kusam

Tak pernah kubersihkan memang

Agar bau ayahku tidak hilang

Aku masih ingat

Ayahku yang memberikannya

Di hari ulang tahunku

Saat ia masih bisa hadir

Merayakan setiap hari bersejarah bersamaku

Aku tak ingin kehilangan boneka itu

Bagiku sangat bersejarah memang

Ayahku sudah tiada sekarang

Maka dari itu

Aku bisa memeluk boneka itu ketika rindu ayahku

Superhero - Raeditya Andung Susanto

Aku suka sekali Spiderman

Batman dan Superman

Aku juga suka Power Rangers

Kamen Rider dan Ultraman

mereka semua adalah superhero yang kuat

dan hebat

Tapi ada superhero yang lebih kuat

dan hebat dari mereka

yaitu ayahku

la jauh hebat dan kuat daripada mereka

dan aku sangat mengidolakannya

Berangkat Sekolah - Raeditya Andung Susanto

Suara hujan mengetuk pintu rumahku

sejak subuh tadi

dingin masih enggan beranjak pergi

padahal sudah pukul enam pagi

Hujan bukanlah halangan untukku

menimba ilmu

aku tetap berangkat sekolah

dengan jas hujan kecil pemberian ayah

Meski sepatuku basah

itu bukan masalah

karena ilmu lebih berharga

daripada menunggu hujan itu reda

Anak Pantai - Sri Wanidah

Senja telah tiba

Bocah kecil tanpa tutup kepala

Duduk termangu di bibir pantai

Seolah ada yang ditunggu

Pandangan matanya lurus

Tanpa kedip

Menyapu deburan ombak

Kaki kecilnya, menyibak pasir

Membentuk sumur kecil

Tangan mungilnya, diangkat ke langit

Mulutnya komat-kamit

Merapikan doa suci

Berharap

Sang ayah kembali selamat

Membawa berkah rezeki

Untuk keluarga tercinta

Sebuah Kamar - Chairil Anwar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini

pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam

mau lebih banyak tahu.

"Sudah lima anak bernyawa di sini,

'Aku salah satu!"

Ibuku tertidur dalam tersedu,

Keramaian penjara sepi selalu,

Bapakku sendiri terbaring jemu

Matanya menatap orang tersalib di batu!

Sekeliling dunia bunuh diri!

Aku minta adik lagi pada

Ibu dan bapakku, karena mereka berada

di luar hitungan: Kamar begini,

3X4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa

Mata Hitam - Karya WS Rendra

Dua mata hitam adalah mata hati yang biru

Dua mata hitam sangat kental bahasa rindu

Rindu bukanlah milik perempuan melulu

Dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu

Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi

Kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi

Dua mata hitam adalah rumah yang temaram

Secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam

Akulah Si Telaga - Sapardi Djoko Damono

Akulah sitelaga: belayarkan di atasnya;

Berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;

Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

Sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

Perahumu biar aku yang menjaganya

Demikian 10 puisi tentang ayah yang bisa Anda jadikan sebagai inspirasi. Karena hadiah puisi terbaik untuk ayah adalah puisi hasil karangan Anda sendiri. Selamat hari Ayah.

Perjamuan Petang - Joko Pinurbo

Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya

di gerbang depan rumahnya.

"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang."

Dua puluh tahun yang lalu ia tak punya celana yang cukup pantas untuk dipakai ke kota.

Terpaksa ia pakai celana ayahnya.

Memang agak kedodoran, tapi cukup keren juga.

"Selamat jalan. Hati-hati, jangan sampai celanaku hilang."

Senja makin menumpuk di atas meja.

Senja yang merah tua.

Ibunya sering menangis memikirkan nasibnya.

Ayahnya suka menggerutu,

"Kembalikan dong celanaku!"

Haha, si bangsat akhirnya datang.

Datang di akhir petang bersama buku-buku yang ditulisnya di perantauan.

Ibunya segera membimbingnya ke meja perjamuan.

"Kenalkan, ini jagoanku." Ia tersipu-sipu.

Saudara-saudaranya mencoba menahan tangis

melihat kepalanya berambutkan gerimis.

"Hai, ubanmu subur berkat puisi?" Ia tertawa geli.

Di atas meja perjamuan jenazah ayahnya

telentang tenang berselimutkan mambang.

Daun-daun kalender beterbangan.

"Ayah berpesan apa?" Ia terbata-bata.

"Ayahmu cuma sempat bilang, kalau mati ia ingin mengenakan celana kesayangannya: celana yang dulu kaupakai itu."

Diciumnya jidat ayahnya sepenuh kenangan.

Tubuh yang tak butuh lagi celana adalah sakramen.

Celana yang tak kembali adalah testamen.

"Yah, maafkan aku. Celanamu terselip

di tetumpukan kata-kataku.”

Ayah - Hadi Mulyadi

Kami bangga padamu Ayah.

Tak pernah terlihat berkeluh kesah,

kau hidupi kami tanpa kenal lelah.

Kami sayang padamu Ayah.

Tak terbilang keringat mengucur basah,

selalu berjuang mencari nafkah.

Kami cinta padamu Ayah.

Tak cukup kata mengungkap kisah,

tentang pengorbanan yang penuh sejarah.

Kami panjatkan do’a untukmu Ayah,

agar hidup dan matimu penuh barokah.

Sang Pahlawan Keluarga

Ayah, kau adalah sang pahlawan tak bersayap,

tiap langkahmu penuh harap.

Kerja kerasmu tiada lelah,

demi kami, keluarga tercinta.

Di kala gelap menghampiri,

engkaulah pelita yang menemani.

Tak pernah kau mengeluh letih,

meski badai datang silih berganti.

Kasih Tak Bertepi

Ayahku, kasihmu luas tak bertepi,

terasa hangat dalam pelukan sunyi.

Kau ajarkan arti kuat dan tegar,

menjadi penuntun di setiap langkah besar.

Kala senja datang menyapa,

aku teringat pada senyummu, Ayah.

Rindu ini menggebu tak tertahan,

ingin kembali ke dekapanmu, pahlawan.

Di tiap tutur katamu, ada bijaksana,

kau bimbing kami dengan penuh cinta.

Meski tak selalu mudah kau ungkapkan,

dalam diam, kasihmu selalu terasa dalam.

Puisi tentang Ayah

Goresan raut di wajahmu semakin meninggi

Seiring bertambah usia para buah hati

Walau begitu, engkau tak kenal merintih

Hanya demi sesuap nasi

Terima kasih ayah

Engkau memang tak pandai mengucap cinta

Tak ahli pula perihal romansa

Namun perjuanganmu tak pernah sirna

Pahlawan Kesuksesanku - Ardiyani Muninggar

Fajar telah menyapa pagi ku

Kau jadikan hari mu,hari untuk pengorbanan.

Pengorbanan mencari rezki,pengorbanan untuk mencari awal yg baru.

Kau ajarkan aku arti perjuangan,kau ajarkan aku arti kesuksesan.

Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..

Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri ditengah tengah impian ku..

Impian untuk meraih keberhasilan

Impian untuk mencapai kemenangan...

Untukmu Ayahku - Dina Sekar Ayu

Di keheningan malam

Datang secercah harapan

Untuk menyambut jiwamu datang

Sebercik harapan agar kau kembali pulang

Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan

Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata

Tapi apalah daya

Semua harapan hilanglah sirna

Karena kau telah tiada

Ayahku tercinta.

Sang Pahlawan Senyap

Di pagi buta kau berangkat tanpa suara,  

Meniti jalan tanpa lelah dan keluh kesah,  

Keringatmu adalah doa tanpa kata,  

Untuk kami, kau pahlawan yang tak pernah menyerah.  

Tak terlihat, tak terdengar, namun selalu terasa,  

Kasih sayangmu dalam tatapan penuh makna,  

Terima kasih, Ayah, atas setiap langkahmu,  

Yang tak pernah berhenti mengukir senyum di wajah kami.

Telaga Ketabahan

Ayah, engkau bagai telaga ketabahan,  

Menampung segala gundah dan resah kami,  

Meski lelahmu tak pernah kau nyatakan,  

Dalam diam kau tetap teguh berdiri.  

Kau ajarkan kami arti keberanian,  

Melalui sunyi dan langkahmu yang teguh,  

Terima kasih, Ayah, atas setiap pelajaran,  

Kau pahlawan dalam setiap nafas hidupku.

Dalam Doa dan Langkah

Di setiap langkahmu, ada doa yang terucap,  

Mengiringi kami dalam setiap hembus napas,  

Engkau tak pernah meminta puji atau sanjung,  

Hanya ingin melihat kami tersenyum dan bahagia.  

Terima kasih, Ayah, atas segala pengorbanan,  

Yang tak pernah kau hitung dengan kata atau angka,  

Kau adalah cahaya di tengah gelap perjalanan,  

Penopang yang tak pernah lelah mendampingi.

Cinta Tanpa Suara

Ayah, cintamu mungkin tak bersuara,  

Namun terasa dalam setiap tatapan dan tindakan,  

Kau ajarkan kami tentang arti perjuangan,  

Dengan senyuman yang tak pernah goyah.  

Meski letih, kau tetap melangkah untuk kami,  

Memberikan dunia yang lebih baik tanpa keluhan,  

Terima kasih atas cinta yang diam dan tulus,  

Engkaulah pelita di gelapnya malam kami. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus