Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

Perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.

8 April 2024 | 12.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kesulitan tidur sering terjadi selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga, ketika rasa tak nyaman, mulas, sering buang air kecil, dan gangguan tidur sering mengganggu tidur. Akibatnya, perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut laporan Psychology Today, satu dari lima wanita akan mengalami komplikasi kesehatan mental selama masa perinatal, dan tiga dari empat wanita akan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur yang buruk, atau gangguan tidur. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk tujuan ini, kesehatan mental dan pola tidur memiliki hubungan dua arah yang kuat. Artinya, selama kehamilan dan masa nifas, ibu dengan gejala kesehatan mental yang lebih parah melaporkan gangguan tidur yang lebih besar, dan ibu dengan kualitas tidur yang buruk lebih mungkin mengalami komplikasi kesehatan mental.

Pola yang terbawa sejak masa kehamilan

1. Gangguan tidur

Bayi yang baru lahir biasanya perlu diberi makan dan diberi popok setiap dua hingga tiga jam, yang berarti pengasuhnya mengalami gangguan tidur yang signifikan. Tidur dalam waktu singkat dan jadwal yang tak teratur dapat mengganggu ritme sirkadian seseorang, pola 24 jam yang mengatur siklus tidur-bangun. Ritme sirkadian yang tak sinkron dapat menyebabkan seseorang merasa mengantuk ketika ingin bangun dan terjaga ketika ingin tidur.

2. Perubahan hormon 

Dikutip dari Sleep Foundation, orang mengalami fluktuasi dramatis dalam hormon mereka setelah melahirkan termasuk penurunan kadar progesteron dan estrogen. Progesteron memfasilitasi relaksasi dan kantuk, sedangkan estrogen mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tertidur dan berapa kali seseorang terbangun di malam hari. Jadi, penurunan hormon-hormon ini dapat memicu masalah tidur  setelah melahirkan.

3. Nyeri

Nyeri dan insomnia nampaknya memiliki hubungan dua arah selama periode postpartum. Banyak orang mengalami rasa sakit yang berhubungan dengan persalinan, menyusui, dan pengasuhan. Rasa sakit itu bisa membuat Anda lebih sulit tidur. 

Namun insomnia juga tampaknya meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami nyeri tubuh dalam dua tahun setelah melahirkan, terutama bila disertai dengan gejala depresi.

4. Kesehatan Mental

Orang yang mengalami masalah tidur pada masa nifas memiliki risiko lebih tinggi berkembangnya depresi dan kecemasan. Pun sebaliknya, gangguan mood pascapersalinan dapat memperburuk gejala insomnia. 

Hal ini dapat menciptakan siklus yang terus berlanjut. Individu yang mengalami kehamilan atau kelahiran traumatis mungkin juga mengalami masalah tidur yang berhubungan dengan gangguan stres pasca trauma .

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus