Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

5 Permainan Tradisional Anak yang Mulai Ditinggalkan Gen Z

Beberapa permainan tradisional mulai jarang dimainkan terlebih di perkotaan oleh anak-anak Gen Z. Jangan sampai gobak sodor dan gasing hilang.

22 Juli 2023 | 08.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kini, anak-anak Gen Z lebih memilih memainkan permainan modern, seperti berbagai games yang terdapat di gadget dan Playstation. Padahal Indonesia memiliki beragam permainan tradisional yang dapat dimainkan anak-anak. Melansir Antaranews, pesatnya teknologi serta minimnya ruang terbuka untuk bermain menyebabkan permainan tradisional ditinggalkan dan jarang dimainkan oleh anak-anak. 

5 Permainan Tradisional yang Mulai Ditinggalkan Anak-anak Gen Z

1. Gobak Sodor

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gobak sodor atau dikenal sebagai galah asin adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari Yogyakarta. Gobak sodor termasuk ke dalam permainan yang dapat melatih strategi anak agar dapat menghalangi lawan untuk mencapai garis finish. Biasanya, permainan ini dimainkan oleh satu tim penghalang dan satu tim penyerang. Biasanya, tim tersebut berisi 3 orang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Permainan gobak sodor diawali dengan pengundian terhadap posisi penyerang dan penjaga. Saat bermain, jika tim penyerang harus melewati garis depan dan menghindari tim penjaga. Apabila penjaga menyentuh penyerang dan tidak menyentuh garis maka ia dianggap mati. 

2. Kelereng

Permainan kelereng atau gundu biasanya terbuat dari bola-bola kecil yang terbuat dari tanah liat, kaca, ataupun marmer. Cara bermain kelereng disebut dengan main tombok. Permainan ini membutuhkan dua orang dan maksimal lima orang pemain. Mengutip Dinas Kebudayaan Jakarta, kelereng bisa dimainkan di tanah dengan cara membuat lingkaran yang berdiameter 7 centimeter. Setiap pemain harus meletakkan 1 kelereng dalam lingkaran tersebut. 

Setelah itu, para pemain berdiri di belakang garis dan mengundi dengan cara melempar kelereng hingga sedekat mungkin dengan yang ada di dalam lingkaran. Permainan ini biasanya dilakukan dengan cara menyentil kelereng sekuat mungkin hingga mengenai 1 kelereng yang ada di dalam lingkaran. 

3. Egrang

Egrang biasanya terbuat dari sepasang bambu yang memiliki tumpuan kaki dari kayu. Permainan anak yang satu ini berguna untuk melatih pengendalian diri, seperti fokus, percaya diri, dan keseimbangan. Jika melihat anak-anak di masyarakat Jawa, mereka mengenal egrang dengan tempurung kelapa. Mereka akan berdiri di atas tempurung kelapa dan menjepitkannya di sela-sela kaki dengan tali yang sudah dipasang. 

4. Bola Bekel

Bola bekel adalah permainan tradisional yang terpengaruh dari budaya Belanda. Biasanya permainan ini terdiri dari bola karet dan beberapa biji bekel yang berjumlah 10 hingga 12 biji. Permainan ini dapat dimainkan dengan dua anak atau lebih. Caranya, lambungkan bola bekel dan tabur biji bekel secara bersamaan. Ketika bola masih melambung ke atas, pemain harus mengambil biji bekel yang ada sudah ditabur sebelumnya. 

5. Gasing 

Gasing adalah permainan tradisional yang terbuat dari kayu atau plastik. Sementara tali gasing biasanya terbuat dari kulit pohon. Permainan gasing dapat dimainkan di atas tanah yang keras dan padat dengan membentuk lingkaran. Cara memainkannya, yaitu lilitkan tali ke leher gasing dan ayunkan ke arah tanah sambil melepas tali secara cepat. Gasing yang memiliki putaran terlama adalah pemenangnya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus