Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Anjing Edan Menebar Maut

Wabah rabies menghantui Maluku dan NTT, dua wilayah yang selama ini dikenal sebagai zona bebas rabies. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

5 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada darurat sipil di Ambon. Bukan ditujukan buat manusia, melainkan bagi kaum anjing. Jenis apa pun, anjing ras ataupun kampung, piaraan siapa pun, pejabat atau orang biasa, tidak bolehberkeliaran bebas tanpa tuan pendamping. Guguk yang bandel akan ditembak matitanpa ampun.

Memang, situasi darurat sipil bagi anjing itu tidak diundangkan resmimelalui berita negara. Tindakan itu diserukan Jopie Papilaja, Wali Kota Ambon.Dinas pertanian setempat juga menggelar isolasi: tak boleh ada seekor pun anjing,kucing, dan kera—hewan perantara virus rabies melalui gigitan—yangkeluar-masuk Pulau Ambon.

Rabies alias penyakit anjing gila memang sedang menghantui kawasanAmbon. Sejak awal September, sampai tulisan ini diturunkan, sedikitnya 700orang digigit anjing rabies dan 13 di antaranya meninggal. Angka inidikhawatirkan terus melonjak mengingat tidaksedikit kasus yang telat mendapat pertolongan medis, terutama di awal-awal wabah.

Ambon tentulah cemas. Rabies—disebabkan oleh virus familiRhabdoviridae, yang beraksi di sistem sarafpusat—memang salah satu penyakit yang paling ditakuti umat manusia. Jika virussudah merasuki otak, dengan masa inkubasi dua minggu sampai dua tahun(tergantung lokasi gigitan), pasien dipastikan bakal meninggal dalam kondisimengenaskan. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan 10 jutaorang terinfeksi rabies dan 40 ribu di antaranya meninggal lantaran rabies setiaptahun di seluruh jagat, terutama di negara berkembang.

Wajarlah bila penduduk Ambon merasa khawatir. "Seram," kata VinoSoewarlan, penduduk Desa Passo, Kecamatan Teluk Baguala, Ambon. Penduduksegan lari pagi karena takut disenggol anjing edan. Ibu-ibu ke pasar sambilmembawa tongkat panjang untuk mengusir setiap anjing yang mendekat. Kewaspadaanterutama disetel maksimum jika menyaksikan anjing bertanda rabies—ekornyaselalu bergerak, air liur terus menetes, agresif, dan gelisah.

Pemerintah pun sudah menanggapi. Direktur Kesehatan HewanDepartemen Pertanian mengirim 32 ribu vial vaksin antirabies untuk 32 ribu populasianjing yang menghuni Ambon. Namun, dosis ini dipastikan masih kurang,mengingat yang perlu disuntik vaksin bukan hanya anjing tapi juga kaum kucing dankera, baik yang piaraan maupun yang liar tanpa tuan.

Persoalan rumit juga terjadi dalam pengadaan vaksin antirabies untukmanusia yang kena gigit anjing. Pemerintah tidak punya stok vaksin dalamjumlah memadai lantaran harga yang amat mahal—satu dosis sekitar Rp 200ribu—dan harus pula diimpor dari luarnegeri. Padahal, satu seri vaksinasi membutuhkan empat kali suntikan. Untunglah,dua lembaga internasional, yakni WHO dan Medical San Frontiers (MSF) telahberkomitmen membantu memasok vaksin antirabies untuk manusia.

Andai pasokan dari dua lembaga itu tetap kurang, Wali Kota AmbonJopie Papilaja berjanji bakal habis-habisan mengerahkan tenaga dan dana."Kalau perlu, dana bisa diambil dari pos gajiwali kota," kata Jopie, "Sebab, ini wabahsudah luar biasa." Belakangan, dilaporkan rabies sudah menyerang PulauAmbon dan menyebar ke Pulau Piru, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

Bukan hanya Ambon yang kelabakan. Flores, Nusa Tenggara Timur, jugaditerjang merebaknya rabies yang mematikan. Dalam rentang 2000-2003, tercatat1.915 orang digigit anjing dan 56 di antaranya meninggal.

Merebaknya rabies di Maluku dan NTT sungguh mengherankan.Maklumlah, sejak zaman Belanda sampai era 1990-an, ada empat wilayah Indonesiayang dikenal sebagai zona bebas rabies, yakni Maluku, Bali, NTT, dan Papua. Statusini pun selalu dipertahankan sejak zaman Belanda (Staatblad 1912 No. 432) dandiperbarui dengan Undang-Undang No. 16/Tahun 1992. Berdasarkan duaperaturan itu, anjing, kucing, dan kera tak bisa seenaknya memasuki zona bebasrabies tanpa melalui pemeriksaan dan karantina ketat.

Tapi, mendadak muncul ledakan kasus dalam jumlah besar lagi merisaukan.Status zona bebas rabies lenyap dalam tempo singkat. Ada apa gerangan?

Dokter drh. Mangkoesitepu, pensiunan staf senior Badan Penelitian danPengembangan (Balitbang) Departemen Kesehatan, mencoba merunut dariperspektif kebijakan kesehatan masyarakat yang bergeser. "Ini pernah dibahas dalamdiskusi internal di Departemen Pertanian," kata Mangkoe.

Pada awal tahun 2000, kerusuhan meledak di seantero Kepulauan Malukudan ribuan orang mengungsi ke pulau-pulau sekitarnya termasuk ke Buton,Sulawesi Tenggara. Rupanya, di tengah situasi kisruh, ada orang yangmemperdagangkan anjing dari Pulau Buton ke Floresuntuk keperluan konsumsi. "Tentu saja ini perdagangan ilegal dan anjingnya pastitanpa vaksinasi," kata Mangkoe, yang dokter hewan sekaligus dokter manusia.

Berikutnya bisa ditebak, rabies me-nyebar di Flores dan merambah keAmbon. Penyebaran kian diperparah dengan ketidaksiapan pemerintah daerahmemagari wilayahnya dari serangan rabies.

Sejak otonomi daerah diterapkan, pada 1999, dinas peternakan dilebur dandigabung dengan dinas pertanian sehingga di Ambon kini ada Dinas Pertanian danPeternakan Kota Ambon. Tenaga ahli, dokter hewan, ditarik pemerintah pusat,sementara pemda tidak punya sumber daya pengganti. Petugas di pusat karantinahewan di pelabuhan Ambon, misalnya, hanya ada tiga orang. Padahal, jumlahyang ideal adalah 15 orang.

Lantas, bagaimana mengatasi mimpi buruk rabies yang telanjur muncul?Dokter Mangkoe sepakat dengan program vaksinasi massal untuk semuabinatang yang potensial menjadi rantai penularan. "Kita harus memotong akarnya,"katanya.

Soalnya, rabies hanya akan menular melalui gigitan hewan yang sudahterinfeksi virus famili Rhabdoviridae. Memang, ada penularan rabies melaluigigitan orang yang terinfeksi ke orang lain. Tapi, "Kasus seperti ini sangat jarangterjadi," kata Mangkoe. Karena itu, vaksinasi massal bagi anjing, kucing,dan kera akan sangat efektif. Tentu saja program ini perlu kerja keras, terlebihkarena wilayah Ambon tidak memiliki cukup tenaga ahli.

Penting pula untuk menggeber kampanye penyadaran. Masyarakatpedalaman pengguna jasa anjing pemburu, misalnya, perlu diingatkan agarmelakukan vaksinasi terhadap piaraan mereka. Orang-orang yang punya hobimenyantap daging anjing juga tak boleh luput untuk memastikan anjing santapanmereka bebas rabies.

Pedoman langkah darurat dan praktis dalam mengatasi gigitan anjingmutlak pula disebarluaskan. Sebab, dalam konteks rabies, respons yang tepat dancepat adalah kunci segalanya. Sedikit saja terlambat, sungguh kematianmengenaskan yang bakal menyongsong.

Mardiyah Chamim (Ambon) dan Sri Wahyuni (TNR Jakarta)


Gejala Rabies

  • Pusing, demam, kaku di sekitarlokasi gigitan.
  • Mual, gampang lelah,tenggorokan kering.
  • Air liur amat banyak (hipersalivasi).
  • Pada tahap lanjut, dada terasa sesak.
  • Super-sensitif terhadapair (hydrophobia). Jika kulit ditetesi air, penderita akan kaget setengah mati.

Perjalanan Sang Virus

  • Anjing digigit hewan lain yangterinfeksi rabies.
  • Virus rabies menyebar ke seluruhtubuh anjing melalui saliva (air liur) hewan penggigit. Kawanan virus iniberjalan menuju jaringan otak. Perjalanan membutuhkan waktu 3-12 minggu,dan selama itu si anjing tampak sehat-sehat saja.
  • Begitu kawanan virus sampai dijaringan otak, mereka akan menduplikasi diri sampai berlipat-lipat. Saat inilahanjing menampakkan gejala sakit: air liur terus menetes, mata membesar merah,dan agresif.
  • Dalam situasi gelisah, si anjing gilaakan berlari sambil menggigit anjing atau manusia yang dia temui. Biasanyasi anjing tewas setelah berlari 10 km.

Sumber: CDC, WHO Rabies Fact Sheet

Langkah DaruratJika Tergigit Anjing

  • Lokasi gigitan anjing sangatlah menentukan. Semakin dekat dengan kepala, semakin cepat virus penyebab rabies menyebar ke jaringan otak. Biasanya pasien meninggal karena otak tidak lagi bisa memerintahkan paru-paru untuk bekerja menyebarkan oksigen.
  • Setiap kali tergigit anjing, bersihkan gigitan tersebut dengan sabun dan air. Virus rabies tidak tahan dengan senyawa basa di dalam sabun. Jika perlu, perlebar luka gigitan dengan pisau steril agar darah mengalir keluar bersama virus. Usahakan mencuci luka sebelum lewat enam jam setelah gigitan.
  • Jangan bersihkan luka gigitan dengan alkohol atau obat merah, karena virus tidak akan mati dan hanya menggumpal di dalam darah.
  • Bila yang tergigit daerah kepala, leher, dan bahu, minta dokter secepat mungkin melakukan vaksinasi. Dulu, vaksin disuntikkan 14 kali di wilayah pusar—ini area yang paling memudahkan penyerapan. Kini, vaksin cukup disuntikkan di lengan atas, kiri-kanan, satu kali seminggu selama 3-4 kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus