Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Antibiotik Bukan untuk Mengobati Batuk Pilek

Musim flu seperti sekarang membuat banyak orang mengandalkan antibiotik. Praktik ini dapat menimbulkan resistansi antibiotik.

16 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Banyak orang yang terserang batuk dan pilek pada musim pancaroba seperti saat ini berobat ke dokter yang memberinya resep obat berikut antibiotik.

  • Pakar kesehatan menyatakan penggunaan antibiotik secara berlebihan berisiko tinggi, yaitu tubuh tak lagi merespons antibiotik saat benar-benar dibutuhkan.

  • Resistansi antibiotik menjadi masalah kesehatan global.

Tenggorokan yang gatal, sakit kepala, demam, dan tubuh rasanya tidak enak merupakan gejala-gejala sakit yang kita takuti. Tekanan pekerjaan dan komitmen janji dengan berbagai orang sering membuat orang mencari solusi cepat dengan pergi ke dokter umum atau tenaga profesional kesehatan lainnya. Solusi cepat ini berupa antibiotik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bukti menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik sedang meningkat, sehingga menyebabkan kekhawatiran karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat mengakibatkan resistansi antimikroba. Resistansi antimikroba adalah kemampuan mikroorganisme seperti bakteri dan virus untuk berevolusi sehingga antimikroba (antibiotik dan antivirus) menjadi kurang efektif dalam membunuh atau bekerja melawannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Resistansi antibiotik mengakibatkan perawatan standar berupa pemberian antibiotik kepada orang yang sakit menjadi tidak efektif. Hal ini membuat orang yang membutuhkan antibiotik untuk perawatan infeksi yang serius menjadi rentan.

Masalah ini telah diakui sebagai masalah global dalam sebuah penelitian yang disponsori pemerintah Inggris. Temuan ini membuat National Institute of Clinical Excellence (NICE) mengeluarkan standar kualitas untuk membantu dokter ketika meresepkan antibiotik guna memperlambat peningkatan resistansi antimikroba.

Ilustrasi obat antibiotik. Shutterstock

Harapan Antibiotik

Hasil penelitian, di mana saya terlibat, menemukan bahwa banyak pasien rentan punya risiko tinggi terhadap resistansi terhadap mikroba. Mereka termasuk orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan kronis, yang banyak di antaranya memiliki obat-obatan antibiotik di rumah mereka. Pemberian resep berulang ini sering dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup untuk mendukung penggunaannya atau menyoroti kekurangannya, sehingga pemberian resep yang tidak diperlukan bisa dilakukan terus-menerus.

Keyakinan serta ekspektasi pasien, tenaga kesehatan, dan masyarakat telah menjadi pendorong utama dari penggunaan antibiotik berlebihan. Dari sudut pandang pasien, keinginan sembuh lebih penting daripada pertimbangan eksternal seperti kampanye yang menganjurkan pembatasan penggunaan antibiotik. Sedangkan bagi tenaga profesional kesehatan, kepentingan masyarakat luas terjadi di luar praktik konsultasi dengan dokter sehingga sering diabaikan, begitu juga dengan hasil penelitian. Hal ini melahirkan siklus ekspektasi dan kepentingan pribadi yang menguntungkan dokter maupun pasien, tapi mengabaikan masalah sosial yang lebih luas.

Maka, mungkin banyaknya resep antibiotik yang dikeluarkan, terutama pada musim flu, didorong oleh ekspektasi-ekspektasi ini—baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Ini tidak hanya berlaku untuk resep antibiotik. Penelitian kami sebelumnya menemukan perilaku serupa dengan terapi oksigen. Meski banyak bukti dan pedoman yang dikeluarkan, pemberian resep dan pemberian terapi oksigen yang buruk tetap ada dan sering diberikan secara rutin untuk sesak napas pada pasien.

Prioritas Medis

Laporan dari komite perawatan kesehatan dan sosial parlemen Inggris tentang resistansi antimikroba telah menyarankan agar masalah ini dimasukkan ke “lima besar prioritas kebijakan” pemerintah Inggris dengan menekankan perlunya mendukung industri farmasi untuk mengembangkan antibiotik baru.

Bagaimana Brexit akan mempengaruhi nilai investasi untuk penemuan obat antibiotik yang baru masih tidak jelas. Namun tetap ada kebutuhan mendesak untuk mempromosikan pemberian resep yang bertanggung jawab dan tepat melalui pendidikan, penelitian, pedoman, dan kampanye.

Ilustrasi obat antibiotik. Shutterstock

Khasiat Antibiotik

Laporan pemerintah Inggris baru-baru ini telah menyerukan penggunaan tes diagnostik yang cepat untuk penentuan pemberian resep antibiotik. Pendekatan ini akan mencegah dokter menebak-nebak memberi resep antibiotik atau tidak dengan tes darah yang menandakan adanya infeksi. Temuan dari percobaan berskala besar yang dilaksanakan di Inggris diharapkan akan diumumkan segera.

Namun, kadang kala pemberian resep antibiotik tak hanya diharapkan pasien dan tenaga kesehatan, tapi juga karena unsur lebih murah dan lebih mudah. Jadi, akan dibutuhkan upaya bersama untuk mempromosikan pemberian resep yang bertanggung jawab dan mendidik semua tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat untuk tidak menggunakan antibiotik.

Jadi, ketika menderita flu, alih-alih bergegas ke dokter saat Anda merasakan gejala awal, cobalah beberapa hal ini lebih dulu. Tidur yang cukup, mengurangi stres, dan meningkatkan asupan cairan Anda, semuanya telah terbukti membantu menghentikan pilek dan flu. Anda juga harus sering mencuci tangan untuk mencegah kuman-kuman berkembang menjadi sesuatu yang lebih ganas.

---

Artikel ini ditulis oleh Carol Ann Kelly, pakar ilmu kesehatan pernapasan dari Edge Hill University, Inggris. Terbit pertama kali di The Conversation.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus