Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Apakah Normal BAB setelah Makan? Berikut Penjelasannya

Orang mengalami rasa ingin buang air besar (BAB) ketika selesai makan adalah sebuah hal yang normal.

19 Juni 2024 | 06.40 WIB

Ilustrasi wanita di toilet. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi wanita di toilet. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang mengalami rasa ingin buang air besar (BAB) ketika selesai makan. Menurut dokter spesialis anak dan konsultan gastroenterologi hepatologi anak di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Frieda Handayani Kawanto, itu merupakan hal yang normal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dia menjelaskan bahwa proses pencernaan pada umumnya membutuhkan waktu tiga hingga empat jam untuk sampai ke anus. Sehingga makanan yang baru masuk tidak langsung keluar, melainkan makanan yang telah dimakan tiga jam sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Timbulnya rasa ingin BAB setelah makan biasanya berhubungan dengan refleks gastrokolika, yakni refleks tubuh saat lambung diisi, kemudian usus besar terangsang sehingga menimbulkan sensasi ingin buang air besar.

"Ada refleks normal atau disebut refleks gastrokolika. Makanan masuk mengirimkan sinyal ke otak (agar saluran cerna mengeluarkannya jika penuh)," tutur Frieda.

Refleks bisa terganggu karena, misalnya, sembelit yang terus-menerus. Biasanya hal ini juga terjadi ke anak-anak. Bila anak-anak mengalami ini, para orangtua bisa menerapkan "toilet training", yakni membiasakan anak duduk di kloset (atau jongkok pada kloset jongkok) setiap setengah jam setelah makan selama 3-5 menit.

Cara ini menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dianjurkan pada anak yang berusia di atas satu tahun atau sudah bisa duduk. Sehingga, jika terjadi pada anak-anak, tidak perlu dikhawatirkan. Ini merupakan hal yang normal.

Hal yang perlu diwaspadai adalah konstipasi fungsional yang sudah lama, berbulan-bulan atau bertahun tahun, dapat menyebabkan refleks gastrokolika hilang karena sering menahan proses defekasi.

Konstipasi sering disebabkan karena trauma. Trauma defekasi pada anak disebabkan karena tinja yang keras, sehingga menyebabkan nyeri saat defekasi dan menimbulkan trauma.

ANTARA | IDAI.OR.ID

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus