Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pascabencana gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan kualitas air di provinsi tersebut menurun dan ditemukan adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) di kandungan airnya.
Baca juga: Efek Psikologis Gempa dan Tsunami Palu, Ini Kata Psikolog
"[Tim] Kesehatan Lingkungan, memeriksa kebersihan air di sana, positif E. coli luar biasa, saya terkejut," tuturnya dalam acara Penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Berkelanjutan Eka Pratama kepada 23 Kota dan 1 Provinsi di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.
Padahal, air bersih sangat dibutuhkan masyarakat Palu, Donggala, Sigi, dan sekitarnya yang menjadi korban bencana. Untuk sementara, berbagai pihak termasuk TNI dan Polri sudah mengupayakan penyaluran air bersih bagi masyarakat.
Nila Moeloek menerangkan bakteri tersebut muncul karena sudah banyak jenazah yang membusuk. Kemudian, septic tank di rumah yang ambruk mengalami kerusakan atau bergeser sehingga secara tidak langsung airnya pun terkontaminasi.
Dia mengaku telah meminta Tim Kesehatan Lingkungan untuk membantu mengatasi keadaan ini. Upaya lain yang dilakukan adalah meminta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) untuk tidak mengevakuasi jenazah yang ditemukan.
"Basarnas setuju dan akan menyemprot lewat helikopter. Namun, saya tidak setuju, yang paling tepat menutup dengan tanah yang agak tebal dan dikubur dalam suatu lapangan. Kita ikhlas mereka meninggal dengan mati sahid, dengan izin tokoh masyarakat di sana. Air bersih dan sanitasi [di kawasan bencana] hal utama," tegas Nila Moeloek.
Baca juga: Bangkit dari Bencana ala Warga Pulesari, Mencoba jadi Tarzan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini