Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bagaimana Menghindari AIDS

AIDS di Indonesia tak akan meledak mengingat berbagai cara penularan (homoseks, narkotik, dst) relatif kecil. Beberapa gejala AIDS & upaya menghindarinya. Obat antivirus HTLV III sedang diujicoba. (ksh)

5 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AIDS memang ada di Indonesia. Namun, jumlahnya menurut perkiraan para dokter tak akan meledak. Kecilnya jumlah itu karena angka homoseks tidak tinggi di Indonesia, dan pecandu narkotik terbilang sedikit. Kelompok-kelompok itu masuk dalam dua peringkat teratas yang memiliki risiko tinggi ketularan virus AIDS. Kedudukan ketiga dipegang penderita penyakit darah. Karena penderita penyakit ini senantiasa membutuhkan transfusi darah, maka risiko penularan langsung melalui darah dari donor pun menjadi tinggi. Kelompok ini dalam diagnosa juga dikategorikan memiliki risiko tinggi. Tentu penularan tercatat pula melalui cara lain. Di antaranya hubungan seks normal, ciuman lidah, kontak cairan tubuh penderita dengan luka terbuka, bahkan juga susu ibu. Namun, cara-cara penularan ini kecil saja persentasenya. Karena itu, pelakunya tidak dikategorikan memiliki risiko terkena AIDS. Bila Anda tidak tergolong memiliki risiko tinggi, AIDS barangkali tak perlu dicemaskan. Namun, bila ya, sebaiknya Anda berhati-hati terhadap sejumlah gejala. Tahun lalu, dr. Zubairi Djoerban, seorang ahli hematologi, mencatat gejala AIDS sebagai berikut: 1. Rasa lelah dan sakit kepala yang menetap. 2. Panas yang menetap dan keringat yang berlebih. 3. Penurunan berat badan secara drastis. 4. Benjolan pada kulit dan semacam panu berwarna ungu. 5. Batuk-batuk berat dan lama. 6. Berak-berak berkepanjangan. 7. Sariawan yang menetap pada mulut dan tenggorokan. 8. Perdarahan pada mulut, hidung, dan anus. Namun, gejala ini tak segera memastikan Anda menderita AIDS. Penegakan diagnosa AIDS mutlak harus disertai pemeriksaan darah di laboratorium. Selain penghitungan jumlah sel-T, dilacak pula adanya antibodi menghadapi virus HTLV III dalam pemeriksaan darah itu. Pemeriksaan darah ini masih harus pula disertai observasi klinis, mendeteksi serentetan penyakit yang berkaitan dengan AIDS. Berdasarkan statistik, diketahui AIDS hampir senantiasa diikuti sejenis radang paru-paru pneumonia pneumocytis carinii, juga pembesaran kelenjar getah bening dan kanker sarcoma kaposi. Di samping itu, tercatat pula virus HTLV III menyerang otak. Gejalanya antara lain kekacauan neurologis dan dementia (sulit mengingat). Bila seseorang masuk kategori memiliki risiko tinggi, merasakan beberapa gejala yang digariskan dr. Zubairi, dan berdasar pemeriksaan dokter dinyatakan kena radang paru-paru, dan punya benjolan-benjolan aneh, ia kemungkinan menderita AIDS. Bila pemeriksaan laboratorium positif, diagnosa segera bisa ditetapkan. Usaha menghindari AIDS tak sepanjang usaha mendeteksi AIDS. Ikhtiar itu, pada garis yang ditetapkan WHO, adalah menertibkan hubungan seks pada hanya satu pasangan, termasuk kaum homoseks. Khususnya pada homoseks, hubungan seks anal hendaknya dihindari. Usaha mengatasi AIDS hingga kini masih terus diteliti. Belakangan telah ditemukan virus HTLV IV yang mirip saudaranya, tapi tidak menimbulkan penyakit. Virus ini diharapkan bisa menjadi vaksin - membangun antibodi untuk menyerang HTLV III. Di samping itu sedang dicobakan sejumlah obat antivirus, yaitu obat yang mampu menghancurkan enzim transkriptase pada HTLV III. Di antaranya amantadine, vidabarine -- acyclovir, dan AL 721. Di laboratorium, AL 721 ditemukan mampu merusakkan selaput protein HTLV III. Tinggal dicari, cara menghancurkan enzim transkriptase si pemalsu komando sel-T itu. Masih ada lagi usaha lain menaklukkan HTLV III. Gen khas pada virus itu -- disebut TAT -- yang memiliki kemampuan menerobos isolsi, juga telah diketahui strukturnya, dan cara menghancurkannya. J.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus