Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK biasa kedapatan wanita mabuk bahkan jarang terlihat mereka menenggak minuman keras di tempat umum. Alasannya yang umum sering disebut adalah berkaitan dengan kepantasan yang berakar pada tata kesopanan. Padahal, ada alasan spesifik tapi jarang diungkapkan: sebenarnya, wanita sadar bahwa ia lemah menghadapi alkohol. Sudah lama diketahui, perempuan lebih cepat mabuk dibandingkan dengan pria. Artinya, setiap saat setelah meneguk beberapa sloki whisky, ia bisa hilang kendali. Sehingga, tidak ada kesempatan menyelinap pergi untuk menyembunyikan muka. Dan, sekali teler, diperlukan waktu lama baginya melepaskan diri dari pengaruh alkohol. Jika keadaannya demikian, pelbagai ancaman bisa terjadi. Mungkin itulah sebabnya, di beberapa negara, pernah ada larangan masuk bar bagi wanita. Selain, demi keamanan, ada bar khusus bagi kaum perempuan saja. Mengapa wanita lebih cepat dipengaruhi alkohol dibandingkan dengan pria? Ada teori menyebutkan: Karena tubuh wanita lebih kecil dari pria, perjalanan penyerapan alkohol lebih pendek. Dalam waktu singkat, alkohol mencapai jaringan tubuh, khususnya ke sel otak. Teori lain berkira-kira, kadar alkohol dalam darah wanita senantiasa tinggi, karena kandungan air pada tubuh wanita lebih sedikit. Namun, teori-teori yang kedengarannya ilmiah itu tidak pernah sesungguhnya terbukti. Belum lama ini, bukti ilmiah ditemukan oleh dua penelitian di Amerika Serikat, di Mount Sinai School of Medicine dan Pusat Penanggulangan Kecanduan Alkohol, RS Veteran Bronx. University of Trieste, Italia, ikut pula dalam penelitian ini. Dua pekan lalu, hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal kedokteran terkenal New England Journal of Medicine. Bukti ilmiah itu penjelasan perbedaan kondisi kimiawi pada tubuh pria dan wanita, yaitu perbedaan jumlah enzim dehydrogenase, yang tak lain adalah penangkal alkohol. Dr. Charles Lieber, seorang di antara peneliti, mengungkapkan jumlah enzim itu pada tubuh wanita sangat minim. Persisnya, enzim dehydrogenase berfungsi memecahkan unsur-unsur alkohol dalam perut, sehingga tidak seluruh alkohol yang ditenggak diserap dinding-dinding usus. Dehydrogenase, juga menurunkan kemurnian kadar alkohol yang diserap usus. Karena enzim ini, para peneliti menemukan alkohol yang masuk ke dalam darah menurun kadarnya. Kini jelas, alkohol yang diserap usus pada wanita jauh lebih banyak daripada pria. Kadarnya yang masuk ke darah juga lebih keras. Kenyataan ini dibuktikan oleh para peneleliti, dengan mengamati pengaruh alkohol pada 43 pria dan wanita. Kondisi fisik mereka itu sama, yaitu tinggi, berat badan, dan tingkat kesehatannya. Ketika para sukarelawan tersebut diminta menenggak alkohol, lalu terungkap: Tubuh wanita menyerap alkohol 30% lebih banyak daripada tubuh pria. Pada wanita kadar alkohol yang masuk ke dalam darah juga lebih keras 20%. Pengaruhnya pada kesadaran terlihat nyata, 1:2. Dengan dua sloki Vodka, sukarelawan wanita rata-rata sudah mulai puyeng. Pada pria, keadaan itu baru terlihat setelah empat sloki. Yang lebih mencemaskan adalah: Kecanduan alkohol bisa menyusutkan jumlah dehydrogenase. Pada pria yang sudah kecanduan alkohol, enzim ini ditemukan hanya tinggal separuh dibandingkan dengan pria yang minum alkohol "untuk pergaulan". Pada wanita yang kecanduan (ini gawatnya), Lieber menemukan dehydrogenase sirna sama sekali. Maka, jumlah alkohol yang diserap usus jadi persis sama dengan jumlah yang ditenggak. Sedangkan yang mengalir dalam darah semurni alkohol yang ada dibotol. Lieber mengutarakan, keadaan ini sama seperti menyuntikkan whisky atau brandy langsung ke dalam darah. Karena kondisi alam yang tidak menguntungkan itu, para peneliti menyimpulkan: Alkohol sangat berbahaya bagi wanita. Bahkan, Charles Lieber khusus menunjuk ancamannya pada liver. Karena yang harus disaring liver adalah alkohol berkadar tinggi, organ itu otomatis harus bekerja lebih keras. Akibatnya yang paling parah sudah umum diketahui: kanker hati. Tentang kerusakan liver akibat alkohol, Lieber sudah menelitinya, Juni 1986 -- juga di Pusat Penanggulangan Kecanduan Alkohol, RS Veteran di Bronx. Ia menemukan alkohol menimbulkan kerusakan genetik pada liver. Proses kerusakan ini sangat rumit, karena itu tidak pernah diamati sebelumnya. Lieber menemukan tingginya kadar sesuatu senyawa kimia yang kemudian diberinya nama cytochrome P-450 pada liver pecandu alkohol. Di liver, senyawa ini mengubah alkohol menjadi acetaldehyde. Senyawa ini sangat berbahaya, sebab mengubah berbagai zat yang berguna menjadi racun yang merusak. Pengubahan ini terjadi ketika zat-zat berguna itu dibawa aliran darah melewati liver. Senyawa acetaldehyde yang berasal dari alkohol itu, bila sekali lagi bereaksi dengan alkohol, akan menghasilkan senyawa yang susunannya mendekati morfin. Karena itu, Lieber menyimpulkan, acetaldehyde adalah awal penyebab kecanduan alkohol. Di samping itu, acetaldehyde juga mengubah zat-zat analgesik (kandungan obat penghilang rasa sakit) menjadi sejenis racun yang merusak liver. Lieber juga menemukan, senyawa ini mengaktifkan zat-zat karsinogenik yang terjaring di liver, organ yang fungsinya menyaring darah. Itulah sebabnya pecandu alkohol punya risiko tinggi terserang kanker liver. Pada wanita, semua ancaman pada liver itu berlipat ganda. Karena kurangnya dehydrogenase di perut, alkohol memproduksi lebih banyak cytochrome P-450. Selanjutnya acetaldehyde punya kesempatan lebih besar membentuk komposisi morfin yang menimbulkan kecanduan. Di liver, selain kerusakan jaringan, senyawa-senyawa karsinogenik menjadi lebih aktif. Justru itu, dalam pernyataan resminya, tim Lieber mengutarakan, "Hai, wanita peminum, pelajari informasi ini sungguh-sungguh." Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo