Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Belanja Kompulsif tak Terkendali secara Terus-menerus, Apa Itu Compulsive Shopping?

Compulsive shopping atau belanja kompulsif jenis gangguan kontrol perilaku untuk berbelanja terus-menerus

4 Agustus 2022 | 19.34 WIB

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com
Perbesar
Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Compulsive shopping atau belanja kompulsif jenis gangguan kontrol  perilaku untuk berbelanja terus-menerus. Mengutip American Psychiatric Association menjelaskan, seseorang yang mengalami belanja kompulsif tak menganggap perilakunya sebagai masalah. Para peneliti pun masih memperdebatkan belanja kompulsif tergolong gangguan adiktif, obsesif kompulsif, kesulitan mengendalikan suasana hati, atau kontrol impuls.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Belanja kompulsif juga tidak tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Sebagian besar orang yang berbelanja secara memaksakan diri melakukan itu untuk menutupi emosi yang sulit, seperti stres, kecemasan, dan harga diri yang rendah. Namun berbelanja hanya memberikan kelegaan sementara. Ketakmampuan untuk mengendalikan belanja rentan menimbulkan rasa bersalah dan malu.

Penyebab belanja kompulsif

Mengutip Verywell Mind, pengeluaran kompulsif terkadang sulit ditentukan karena hampir semua orang berbelanja sampai tingkat tertentu. Tapi, hanya sekitar 6 persen dari populasi di Amerika Serikat yang diperkirakan memiliki kecanduan compulsive shopping. Adapun rentang umur 30 tahun. Gangguan belanja kompulsif muncul pada usia 18 tahun hingga 20 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip National Institute on Drug Abuse, kecanduan belanja dianggap sama dengan perilaku kompulsif lainnya. Seseorang yang mengalami compulsive shopping berhubungan dengan beberapa perilaku dan emosi yang menjadi penyebab kecanduan belanja.

1. Reaksi terhadap kekecewaan, stres, kemarahan, atau ketakutan karena berbelanja.

2. Memiliki perasaan kebiasaan belanja setiap orang berada di luar kendali. Akibatnya, menyebabkan gesekan atau konflik dalam suatu hubungan yang cenderung mengarah untuk mengalahkan kebiasaan belanja seseorang.

3. Merasakan euforia sekaligus kecemasan secara bersamaan ketika berbelanja.

4. Mengalami perasaan ingin melarikan diri terhadap sesuatu yang dilarang ketika berbelanja.

5. Merasa sangat bersalah atau menyesal telah berbelanja, terutama ketika bertentangan  janji kepada diri sendiri atau orang yang dicintai.

6. Membeli barang yang tidak pernah digunakan atau dengan kata lain membeli tanpa alasan, selain untuk kepuasan sesaat. 

7. Berbohong tentang kebiasaan berbelanja kepada teman dan keluarga.

8. Terlalu merasa asyik karena mempunyai kartu kredit sehingga kalap ketika berbelanja.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus