Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Belum Ada Vaksinnya, Jangan Pernah Abaikan Demam Berdarah

Obat dan vaksin untuk melumpuhkan nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) belum ada sehingga penting untuk mencegah infeksi.

16 Mei 2022 | 04.23 WIB

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Di antara banyaknya penyakit yang merebak saat ini, jangan abaikan demam berdarah. Entomolog Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Fairuz Hayati, mengingatkan obat dan vaksin untuk melumpuhkan Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus pada kasus demam berdarah dengue (DBD) belum ada sehingga penting untuk mencegah terinfeksi nyamuk tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurutnya, pencegahan gigitan nyamuk penyebab DBD perlu diperhatikan karena selain obat yang belum ada, faktor utama penyembuhan adalah kekebalan tubuh penderita yang berbeda-beda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih terus dikembangkan, maka cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus di lingkungan kita," ujarnya.

Menurutnya, 3M plus, yakni menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan. Penting juga mencegah gigitan dan pengembangbiakan nyamuk dengan delapan langkah, yaitu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidur menggunakan kelambu, dan memasang kawat kasa di lubang ventilasi.

Selanjutnya, menggunakan losion antinyamuk, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, memasang perangkap telur nyamuk yang disebut ovitrap/lavitrap/mosquito trap dan pengendalian larva atau jentik nyamuk dengan pemberian larvasida, yang bertujuan untuk membunuhnya. Upaya itu, lebih baik dari pada harus mengalami DBD yang sampai saat ini penyembuhannya masih bergantung kepada asupan makanan penderita.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus demam berdarah dengue masih tergolong tinggi, mencapai 32.213 kasus sejak awal tahun hingga 12 April 2022. Sementara, pada 2021 total sebanyak 73.518 kasus dengan jumlah kematian 705 kasus.

Kemenkes juga menjelaskan penanganan terhadap penderita DBD belum menggunakan obat khusus, melainkan obat yang disesuaikan dengan gejala yang timbul. Beberapa upaya pertolongan awal terhadap penderita dapat dilakukan antara lain bedrest, perbanyak asupan cairan atau banyak minum sekurangnya 2 liter per hari, kompres hangat. Bila demam tinggi dapat diberikan obat pereda demam seperti parasetamol.

Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk, seperti pasien tampak semakin lemas, muntah-muntah, gelisah, atau timbul pendarahan spontan seperti mimisan, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, dan lainnya, diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus