Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan penunggang skateboard meluncur dari Jalan Juanda menuju pusat Kota Bandung. Suara roda-roda kecil yang menggelinding terdengar bergemuruh. Mereka merayakan hari skateboard sedunia pada 21 Juni lalu. Menurut Ketua Pelaksana Bandung Go Skateboarding Day 2011, Diding, tak kurang dari 1.700 pengguna papan luncur ikut merayakan hari itu.
Tapi perayaan itu tak hanya milik para pemain papan luncur berukuran normal. Para pemilik jari yang gemar menunggangi skateboard mini—panjangnya sekitar 10 sentimeter—juga memperingatinya. Nama permainan itu adalah fingerboard. Seperti halnya skateboard, aksi "papan jari" ini perlu latihan dan keahlian. Kompetisinya pun ada.
Faisal Firdaus, 19 tahun, dan teman-temannya, misalnya, baru saja mengikuti kompetisi fingerboard tingkat nasional di kawasan Summarecon Serpong, Tangerang Selatan, akhir Maret lalu. Meski tak ada lomba, mereka pun tetap berlatih, seperti yang dilakukan di kawasan Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu.
Lihatlah aksi jemari Faisal yang melakukan gerakan mirip sepasang kaki ketika menunggangi skateboard: meluncur, melompat, berpindah bidang, melewati bidang miring. "Latihan ini imajinasi untuk dipraktekkan di skateboard," kata mahasiswa tingkat dua di Jakarta itu.
Faisal rutin bermain fingerboard seminggu sekali. Lokasinya di beberapa tongkrongan di Jakarta yang menyediakan fasilitas mini-park, arena bermain fingerboard, seperti di mal atau toko khusus skateboard dan fingerboard. "Setiap kali bermain bisa dari siang sampai malam," katanya.
Fingerboard berawal pada akhir 1970 ketika Robert Lance Mountain, pemain skateboard dari Amerika Serikat, menciptakan papan skateboard mini dari cuilan kayu, kardus, penghapus pensil, pengaduk kopi, serta roda mobil mainan Hot Wheels bekas. Beberapa pabrik mainan, seperti Tech Deck, kemudian menyambar inisiatif itu, dan memproduksinya secara massal. Dari sekadar aksesori skateboard, fingerboard pun menjadi alat permainan tersendiri.
Para pemain fingerboard memang bisa memperlakukan papan mungil itu untuk beraksi layaknya di atas papan ukuran normal. Hanya, permainan ini praktis dan bebas dari risiko cedera. Sebab, dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan tengah, papan mini pun siap dimainkan. "Membayangkan seperti di atas skateboard saja," kata Faisal, yang juga pemain skateboard.
Nah, selanjutnya terserah kepada para pemain fingerboard untuk mengasah kemampuan meluncur, melompat, berputar, dan melakukan gerakan kombinasi yang "ekstrem". Dasar melompatkan papan sama, yakni dengan kombinasi menekan bagian belakang dan depan papan. Melompat pun bervariasi, dari yang biasa, yakni menekan bagian belakang, hingga mengungkit bagian depan, atau sebaliknya. Mengangkat papan jadi lebih bergengsi jika dikombinasikan dengan memutar papan. Memutar papan pun bermacam-macam, dari 180 derajat sampai 360 derajat. "Asyiknya bagaimana memadukan jadi trik," kata Albar Maulana, 16 tahun, juara kompetisi nasional fingerboard, King of Fingerboard 2010, Desember tahun lalu.
Trik-trik tersebut bisa dipraktekkan di arena fingerboard yang formatnya sama dengan arena skateboard. Ada medan miring, lintasan berundak (stair set), juga palang besi (rail). Semuanya bisa ditaruh pada meja berukuran 1 x 1,5 meter persegi. "Dalam kompetisi, yang dinilai kemampuan menghadapi rintangan dengan bermacam trik," Albar menjelaskan.
Hampir setiap hari sepulang sekolah, siswa kelas dua sekolah menengah atas itu berlatih. Tak cukup di arena khusus, tapi juga di mana pun saat senggang dengan fingerboard yang dibawanya. "Kalau di rumah kadang di wastafel, latihan medan miring," katanya. Karena kebiasaan itu, saat tidak beraksi pun, dua jari kelingking dan jari manisnya kadang agak menekuk.
Beberapa toko khusus menyediakan arena secara cuma-cuma kepada pemain fingerboard. "Sebenarnya sudah lama, tapi gila-gilanya setahun terakhir," kata Bima Gerindra, 29 tahun, pemilik Stepa, toko perlengkapan skateboard dan fingerboard di Jakarta Selatan. Tokonya menjual sedikitnya 30 set fingerboard per bulan. Harga satu set dari Rp 300 ribu sampai Rp 1,5 jutaan.
Alldika Ganesha, 25 tahun, pemilik toko Fingerplant di Bekasi, juga merasakan lonjakan permintaan fingerboard setidaknya dua tahun terakhir. Rata-rata 100 set terjual setiap bulan. "Sekarang fingerboard sudah ke daerah-daerah, seperti Solo, Medan, dan Samarinda," katanya.
Alldika mulai menaruh perhatian pada fingerboard sejak 2001, sewaktu masih aktif bermain skateboard. Pada awal masuk Indonesia pada 2000-an, fingerboard hanya menjadi aksesori skateboard.
Bagi Alldika, memainkan fingerboard menjadi pengganti aksi skateboard yang sudah ditinggalkannya. "Bukan umurnya lagi, selain menghindari risiko," kata dia.
Awalnya, peminat fingerboard adalah pemain-pemain skateboard. Selain untuk mengobati keinginan bermain skateboard saat kondisi tidak memungkinkan—sedang cedera atau sakit—beraksi dengan jari memuaskan dan bisa menjadi ajang latihan.
Para pemain fingerboard ini pun terhimpun dalam beragam komunitas, salah satunya Komunitas Papanjari, yang anggotanya bertemu di ranah maya atau nyata untuk saling berbagi. Komunitas-komunitas serupa muncul di berbagai kota lain. Peminatnya tak hanya yang punya latar belakang skateboard, tapi juga kalangan "awam".
Setiawan, 30 tahun, misalnya, bermain fingerboard bukan karena hobi, melainkan lantaran permainan itu menjadi semacam terapi untuk menjinakkan jari-jarinya yang tak bisa diam. Dia punya kecenderungan menggerak-gerakkan jari untuk mengulik barang sekitar, kadang sampai rusak. "Robekan kecil di sofa bisa jadi bolong besar," dia mengisahkan. Karyawan bank di Jakarta itu pernah mencoba mengalihkan kesibukan jarinya dengan memain-mainkan alat tulis, tapi tak manjur karena kehabisan variasi.
Akhirnya dia melirik fingerboard dalam setahun terakhir. Pilihannya itu juga didorong minatnya bermain skateboard yang dipendam. "Ingin atraksi ekstrem dengan skateboard, tapi mencoba meluncur saja sudah takut jatuh," katanya. Kini papan luncur mini dibawanya terus dan dimainkan saat iseng. Jari-jarinya tak bingung lagi mencari kesibukan lain.
Harun Mahbub
Berbagai Gerakan Fingerboard
Meluncur
Cara standar memindahkan fingerboard. Tempatkan jari telunjuk pada tengah papan dan jari tengah di belakangnya. Pemula dapat menggunakan tiga jari lainnya untuk kontrol tambahan.
Lompatan (Ollie)
Saat meluncur, tempatkan jari telunjuk di depan pusat papan. Sentak ke bawah pada bagian ekor dengan jari tengah. Pada saat bersamaan, geser jari telunjuk ke bagian depan papan.
Memutar (Shove It)
Memutar papan 180 derajat. Berikan tekanan tambahan di bagian belakang papan dengan jari tengah, putar dengan jari telunjuk.
Lompatan memutar (Kick Flip)
Hampir sama dengan teknik ollie, tapi jari telunjuk ditempatkan di pinggir luar papan. Telunjuk memutar papan saat mulai melayang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo