Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADALAH seorang ahli patologi Australia, Reye namanya. Dalam
tahun 1963 ia menurunkan satu tulisan di majalah Lancet tentang
ditemukannya gejala-gejala penyakit baru dan ganas yang
menyerang anak-anak. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan
bagian atas. Mirip-mirip serangan flu, dan membangkitkan
peradangan di situ. Kadang-kadang muncul pula cacar-air.
Biasanya gejala-gejala ini sembuh dengan sendirinya. Tapi
malangnya beberapa hari kemudian si penderita terserang panas
lagi dan dibarengi dengan muntah-muntah. Dalam waktu singkat
kesadaran si penderita menurun. Dia jadi begitu gelisah dan
sekujur tubuhnya kejang-kejang dan hilang kesadaran. Tak seorang
pun lari penderita yang ditemukan orang Australia itu yang bisa
ditolong.
Semenjak tulisan itu, Reye jadi terkenal di kalangan ahli
penyakit anak-anak. Para peneliti mulai menumpahkan perhatian
terhadap penyakit tersebut dan berusaha untuk menemukan apa
gerangan yang jadi pasal. Peneliti di Amerika Serikat memperoleh
kesan bahwa penyakit ini ada hubungan dengan infeksi yang
diakibatkan virus. Sementara ahli dari negara-negara lain
menduga penyakit ini disebabkan racun atau produk sampingan
obat-obatan yang menimbulkan suatu keadaan kepekaan yang
berlebihan yang mengacaukan fungsi sel tubuh. Sebegitu jauh
belum ada dalil yang meyakinkan. Karena itu belum ada pula
kesatuan pendapat para ahli mengenai penyakit ini. Kesatuan
pendapat baru tercapai dalam hal pemberian nama untuk penyakit
baru ini. Syndroma Reye, demikianlah dia disebutkan, sebagai
penghargaan terhadap penemunya.
Di Indonesia?
Di Indonesia sendiri gejala-gejala penyakit tadi ditemukan pada
bulan Juli 1974. Reye sendiri kabarnya pernah mengunjungi
Indonesia untuk mengetahui ada tidaknya penyakit tersebut di
sini. Tetapi sebegitu jauh yang menemukannya baru Bagian Anak
Rumahsakit Sumber Waras, Jakarta. "Sejak Juni 1974 ada 40 orang
yang masuk rumahsakit ini dan 60% dari mereka tak tertolong"
kata dr Hansa Wulur. Dia dan beberapa orang teman sejawatnya
telah menyampaikan keadaan penyakit ini dalam seminar mengenai
penyakit anak-anak bulan Nopember 1975 di Bangkok.
Di luarnegeri penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur
sekitar 6 tahun. Tapi di sini menurut catatan pukul rata berumur
2 1/2 tahun. Dan seorang dari penderita yang tergeletak di
rumahsakit itu berumur 8 tahun. Grafik menunjukkan pula bahwa
penyakit ini banyak mengambil korban dalam bulan Desember.
"Apakah penyakit Reye ini ada hubungannya dengan flu, belum bisa
kami pastikan, karena belum ada kepastian tentang menyebarnya
flu hanya dalam bulan Desember", ulas Hansa. Dan nenurut dokter
ini kalau Reye pada permulaan penyelidikannya tidak menemukan
seorang anak pun yang bisa ditolong, di sini gejala penyakit itu
bisa sembuh sendiri, kalau penyakitnya memang tak terlalu berat.
Radang Otak
Ia memperkirakan para orang tua bisa terkecoh dengan penyakit
ini. Orang bisa mengira anaknya hanya terserang step atau
panas-kejang. Tetapi menurut dokter tadi perjalanan penyakit ini
berbeda dengan step. Perjalanan penyakitnya akan melalui fase
permulaan, berupa panas yang kemudian bisa sembuh sendiri
beberapa hari kemudian disusul panas lagi dengan diiringi
muntah-muntah, kejang dan hilang kesadaran. "Ibaratnya kalau
anak itu dicubit, dia tidak akan merasa sakit lagi", katanya.
Sedangkan panas-kejang kalau sudah sembuh anaknya akan sadar
kembali. Sedangkan pada Reye habis kejang-kejang, kesadaran jadi
anjlog. Namun untuk menentukan Reye atau tidak, para dokter
biasanya akan bekerja sesaksama mungkin. Di Sumber Waras
misalnya para dokter anak di situ akan mengambil secuil kecil
jaringan hati si anak dari luar dengan alat khusus jaringan
organ itu diperiksa dulu, barulah ditentukan apa sesungguhnya
yang terjadi. "Anak yang terserang gejala Reye akan terjadi
perobahan pada hatinya, begitu juga pada jantung dan ginjalnya",
katanya.
Orang awam bisa terkecoh dengan paulas-kejang, sedangkan dokter
mungkin bisa terkelabui dengan penyakit infeksi otak. Sebab
radang otak juga bikin muntah-muntah. Menurut Hansa
gejala-gejala penyakit ini memang akan menganggu otak, berupa
pembesaran alat berfikir itu karena banyaknya cairan yang masuk
ke sekitarnya. Cairan ini jadi berlimpah karena rusaknya hati.
Keadaan di mana hati menjadi rusak selama serangan penyakit ini,
menurut dia, membawa para peneliti di Muangthai melakukan
penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa penyakit tersebut
diakibatkan oleh keracunan.
Dalam tahun-tahun permulaan betapa menyedihkan usaha para ahli
untuk menolong penderita yang masih kanak-kanak itu. Sepuluh
tahun yang lalu angka kematian mencapai 100%, tapi kini kemajuan
yang menggembirakan sudah dibuat para ahli. Setengah dari
penderita penyakit ini bisa disembuhkan. Karena kematian dalam
penyakit ini disebabkan oleh pembengkakan otak, maka para dokter
akan memberikan obat yang dapat menyembuhkan pembengkakan itu.
Dan sama saja dengan semua penyakit lainnya, pemeriksaan
secepat mungkin tetap jadi kunci pertolongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo