Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
IDAI meminta orang tua memperhatikan aktivitas anak selama cuaca panas ekstrem.
Anak rentan terserang mimisan, dehidrasi, dan lainnya.
IDAI tetap menyarankan orang tua untuk mengajak anaknya berjemur matahari pagi demi vitamin D.
Indonesia mulai memasuki musim kemarau dan mengalami peningkatan suhu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat suhu maksimum di 20 stasiun cuaca melebihi 34 derajat Celsius pada 26 April dan 27 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenaikan suhu dibarengi lonjakan indeks ultraviolet sinar matahari. Efek samping dari akumulasi panasnya cuaca tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti dehidrasi, sengatan panas, dan ruam kulit.
Masalah umum yang terjadi selama musim panas adalah mimisan yang kerap menyerang anak. Himawan Aulia Rahman, anggota Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan udara kering dan cuaca panas bisa meningkatkan risiko hidung berdarah. “Terutama yang pembuluh hidungnya tipis,” ujar Himawan pada Kamis, 27 April lalu.
Ilustrasi anak-anak mengalami mimisan. SHUTTERSTOCK
Mimisan adalah kondisi ketika kapiler—pembuluh darah kecil—pecah karena udara panas. Bisa juga akibat mengorek lubang hidung alias mengupil. “Penyebabnya, lapisan lendir pelindung di dalam hidung kering sehingga keluar darah dari hidung,” ujar dokter spesialis anak ini.
Mimisan dapat disertai dengan gejala sakit kepala jika intensitas paparan sinar matahari berlangsung lama. Menurut Himawan, mimisan umumnya tidak berbahaya. Namun, jika berlangsung berulang, perlu diperiksakan ke rumah sakit.
Selain mudah mimisan, bahaya cuaca panas ekstrem dan paparan sinar ultraviolet merupakan dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi ketika cairan tubuh keluar lebih banyak ketimbang yang masuk. Anak yang keasyikan bermain di luar ruangan terkadang lupa minum air putih jika tidak diingatkan orang tuanya. Hal ini kerap dirasa sepele, tapi berbahaya jika dibiarkan. Saat berkeringat berlebih dan kurang minum, anak sangat mudah mengalami dehidrasi, bahkan dapat menyebabkan gangguan elektrolit.
Anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena memiliki cadangan air yang lebih sedikit. Dehidrasi berat pada anak gejalanya bisa berupa demam, mulut atau lidah kering, serta urine yang sedikit dan berwarna pekat. Dalam kasus yang parah, dehidrasi dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Paparan sinar ultraviolet (UV) juga berbahaya bagi kulit anak, terutama yang sensitif. Ketika tersengat dalam waktu yang lama, anak dapat mengalami sunburn dan ruam di kulit.
Dokter spesialis kulit dan kelamin, I Gusti Nyoman Darmaputra, mengatakan, untuk melindungi dari paparan sinar matahari saat beraktivitas di luar ruangan, anak boleh menggunakan tabir surya. Namun perlu pengawasan orang tua untuk memilih sunscreen dengan bahan-bahan yang aman. “Pilih bahan yang tidak berpengharum dan berpengawet,” kata dia. Bagi anak remaja, sebaiknya pilih yang berbahan gel. “Hindari yang krim karena dapat membuat kulit berminyak dan memperparah jerawat.”
Ilustrasi anak-anak menggunakan krim tabir surya. SHUTTERSTOCK
Untuk menjaga anak tetap sehat menghadapi cuaca panas ekstrem, Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso menekankan perlunya menghindari paparan langsung cahaya matahari. Salah satunya bisa dengan mengenakan topi. “Menghadapi cuaca ekstrem kuncinya adalah defense. Cara menyiasatinya cuma dengan menghindari paparan langsung terus-menerus,” kata dia.
Meski perlu menghindari panas ekstrem, Piprim mengingatkan para orang tua bahwa sinar matahari tetap dibutuhkan anak. Misalnya, vitamin D yang didapat dengan berjemur. "Tapi hanya boleh di pagi hari dan tidak boleh terlalu lama,” kata dia. Anak dengan kulit cokelat, seperti kebanyakan warna kulit orang Indonesia, disarankan berjemur tak lebih dari 15 menit untuk mengurangi risiko kepanasan dan dehidrasi. Waktu berjemur untuk anak dengan kulit berwarna terang lebih singkat.
ILONA ESTERINA PIRI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo