Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Debu Perusak Paru-paru

Menderita batuk selama puluhan tahun membuat Syaiful Anwar kurus kering. Diduga ia menghirup debu asbes.

8 Agustus 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI napasnya masih terse-nga-l, keadaan Syaiful Anwar sudah membaik. Lelaki 60 tahun ini sudah bisa duduk di sam-ping istrinya, Sukaesih, yang setia menemani di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. ”Ini sudah lumayan. Sebelum cairan dikeluarkan, dia selalu batuk parah sekali. Perutnya membuncit dan kakinya bengkak hingga sulit berge-rak,” kata sang istri kepada Tempo, dua pekan lalu.

Orang Palembang itu sebelumnya memang menderita sesak napas dan batuk yang kronis, tapi dahaknya t-idak berdarah seperti penderita tuberkulosis. Tubuh Syaiful pun menipis karena tidak doyan makan. Dia pernah dirawat di Rumah Sakit Muhamad Husien, Palembang. Setelah diperiksa, diketahui bahwa pada paru-parunya ada cairan. Tim dokter lalu mengeluarkan cairan itu de-ngan cara menyayat rusuk kiri-nya. Tak kurang dari 10 botol kecil cairan kuning kehitaman dikeluarkan dari pa-ru-paru.

Untuk perawatan lebih lanjut, do-kter di Palembang menganjurkan agar ia ber-obat ke RS Dharmais. Soalnya diduga dia terkena asbestosis, penyakit yang di-sebabkan oleh debu asbes.

Datang ke RS Dharmais pada perte-ngahan Juli lalu, dia langsung dita-ngani secara intensif. Benar, dipastikan Syaiful mengidap asbestosis. Penyakit ini muncul dalam bentuk jaringan ikat (fibrosis) di paru. ”Biasanya asbestosis baru muncul setelah bertahun-tahun menghirup debu asbes,” kata dokter Tjandra Yoga Adhitama, ahli paru-paru yang direkomendasikan oleh RS Dharmais.

Menurut Iskandar Sitorus dari Lembaga Bantuan H-ukum Indonesia, yang mengantar Syai-ful berobat ke Dharmais, kasus asbestosis tergolong langka. ”Bisa jadi ini adalah kasus pertama di Asia Pasifik,” katanya. Dia khawatir penyakit ini sudah lama ada di masyarakat, tapi tak muncul ke permukaan karena banyak orang menduga-nya tuberkulosis.

Seingat istrinya, Syaiful mulai men-derita batuk pada usia 35 tahun. ”Biasa-nya saya mengobatinya dengan jamu obat tradisional: campuran kunyit, ku-ning telur, dan daun pepaya,” kata Sukaesih. Upaya ini tidak bisa menyembuhkan batuknya secara total. Terbukti sejak awal 2004, dua tahun setelah pensiun dari Dinas Arsip Provinsi Sumatera Selatan, dia mulai mengeluhkan dadanya yang sakit sekali.

Menurut Yetti, salah seorang putri Syaiful, selama bekerja di Dinas Arsip, ayahnya biasa mengurusi surat-surat masuk dan keluar. Jadi, selama bertahun-tahun dia bergulat dengan kertas-kertas. ”Ruangannya memang ber-AC, tapi lembab,” katanya. Padahal, selama bekerja sang ayah selalu menggunakan jas panjang seperti dokter serta mas-ker tipis.

Belum bisa dipastikan dari mana sebe-narnya debu asbes yang merusak paru-paru Syaiful. Apalagi, menurut Tjandra Yoga, penyakit asbestosis umumnya hanya menyerang para pekerja industri asbes. Sebenarnya, menggunakan genting asbes untuk rumah tidak berbahaya. ”Sayangnya, kita tidak punya data prevalensi pengidap asbestosis di Indonesia dan seberapa besar bahaya yang mengancam mereka,” ujar Tjandra.

Gejala yang dialami para penderita asbestosis mirip penyakit paru-paru lainnya seperti tuberkulosis, asma, dan juga flu burung. Mereka akan mengalami batuk dan sesak napas. Hampir mi-rip dengan pasien asma, penderita asbestosis mengalami sesak napas lebih berat ketimbang batuknya. Kadang-kadang, orang juga bisa mengidap asbestosis tanpa gejala yang menonjol dan hanya bisa dideteksi dengan foto rontgen.

Asbestosis terbilang penyakit berbahaya karena bisa menimbulkan kanker paru-paru dan kanker selaput paru-paru alias mesotelioma. Jika kanker telah muncul, maka pengobatannya men-jadi lebih rumit. Karena itu, selain mengurangi gejala penyakit ini, perlu juga dilakukan pembasmian kanker lewat pembedahan, radioterapi, dan sitostatika. ”Tentu cara pengobatan mesti disesuaikan dengan stadium penyakitnya,” kata Tjandra.

Untuk menghindari penyakit itu, Tjandra meng-anjurkan agar orang me-njauhi kebiasaan me-rokok, sebab kebiasaan buruk ini pun bisa memperbesar risiko terkena asbestosis. Dia juga menyarankan agar para pekerja di tempat berdebu mengen-akan masker dan baju pelindung.

Utami Widowati, Arif Ardiansyah (Palembang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus