Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Berita Tempo Plus

Gairah Alih Sepeda Motor Bensin ke Listrik

Penggemar otomotif mulai ramai mengkonversi mesin sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi listrik. Performa sepeda motor listrik yang tak kalah galak dibanding mesin bensin menjadi pemicunya. Namun biaya tinggi masih menjadi ganjalan konversi itu. 
 

9 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Pekerja menyelesaikan konversi mesin motor listrik Vespa di Elders Garage, Jakarta, 23 Agustus 2022. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pekerja menyelesaikan konversi mesin motor listrik Vespa di Elders Garage, Jakarta, 23 Agustus 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Melalui media sosial Instagram dan YouTube, Den Dimas, vlogger otomotif ternama di Indonesia, memamerkan sepeda motor barunya, dua pekan lalu. Sepeda motor sport berkelir putih dan kuning itu ia geber di jalan raya. 

Uniknya, tak terdengar suara bising dari knalpot khas sepeda motor balap. Bahkan sepeda motor milik Dimas—sapaan pria berkacamataitu—tak memiliki knalpot. Suara berdesing justru terdengar saat Dimas menarik gas sepeda motornya. 

Ya, sepeda motor Suzuki GSX-R miliknya sudah menanggalkan tangki bensin dan mesin berkapasitas 150 cc. Sebagai gantinya, baterai berkapasitas 6,5 kWh dan motor listrik ditancapkan ke rangka GSX-R. 

Dalam video yang diunggah di YouTube, Dimas menyebutkan performa sepeda motor yang kini ia beri nama GSX-E itu jauh lebih bertenaga. Berbekal tiga pilihan mode berkendara, Dimas bisa mengatur seberapa galak tarikan sepeda motornya. 

Kepada Tempo, Dimas mengatakan proses pengerjaan konversi mesin dilakukan 3-4 bulan. Berbeda dari kebanyakan orang yang mengejar kemudahan dan efisiensi sepeda motor listrik, Dimas memilih performa tinggi. Walhasil, kini sepeda motor GSX-E miliknya menjadi lebih kencang dibanding versi aslinya. "Karena sepeda motor listrik itu bisa lebih cepat dibanding sepeda motor yang berbahan bakar bensin," tutur pemilik akun Instagram @buburayamracer itu. 

Den Dimas. Dokumentasi Pribadi.

Soal biaya, tutur Dimas, ongkos konversi mesin bensin ke setrum tak bisa dipukul rata. Menurut dia, harga konversi bergantung pada spesifikasinya. Konversi versi sederhana bisa mencapai belasan hingga 20 jutaan rupiah. Sementara itu, jika menginginkan perubahan mesin listrik dengan kinerja kencang, biaya yang diperlukan akan bertambah. "Kemarin aku bisa (menghabiskan ongkos) di atas Rp 40 juta. Mungkin Rp 50 juta bisa. Itu semua tergantung pilihan. Intinya, performa mempengaruhi harga." 

Dimas ingin idenya mengkonversi mesin bensin menjadi mesin listrik dilirik banyak orang. Khususnya pada orang-orang yang memang hobi otomotif. Sebab, konversi jalur performa ini bisa menjadi pilihan lain bagi penggemar sepeda motor kencang. Sebab, selama ini, modifikasi yang dilakukan untuk membuat sepeda motor semakin kencang biasanya dengan mengoprek mesin atau menambah kapasitas mesin. "Ini bisa jadi solusi baru. Harga memang bersaing, tapi performanya luar biasa," kata dia. 

Saat ini, Dimas punya dua unit sepeda motor yang sudah berganti mesin setrum. Ia menyarankan masyarakat yang ingin mengganti mesin listrik memakai jasa bengkel berpengalaman. Sebab, urusan konversi mesin listrik tak bisa dilakukan sembarangan orang. 

Berbeda dengan Dimas, Guruh memilih mesin listrik yang tak terlalu kencang untuk dibenamkan ke sepeda motor tua miliknya, Honda C70. Baru enam bulan lalu, Guruh, yang berdomisili di Kabupaten Bogor, menyulap sepeda motor tua peninggalan ayahnya menjadi sepeda motor kekinian. Soal biaya konversi, Guruh tak mau menyebutkan secara jelas. "Ya, bisalah untuk beli skuter matik baru," kata pria berusia 36 tahun itu sembari tertawa. 

Guruh merasa harga tersebut sepadan dengan sensasi berkendara yang ia dapatkan. Menurut dia, sepeda motor tua berkelir merah miliknya jadi lebih nyaman dikendarai. Selain itu, sepeda motornya kini jadi pusat perhatian. "Banyak orang yang melihat dan penasaran dengan sepeda motor yang saya pakai. Nyentriklah," ujarnya.

Sementara itu, Aditya, pemilik bengkel listrik Mandhasia Garage, mengaku sudah mengkonversi puluhan mesin sepeda motor kliennya. Pandemi Covid-19 justru menjadi momentum bengkelnya mendapat banyak pesanan konversi mesin listrik. Mayoritas sepeda motor listrik yang ia buat bergaya trail. Adapun komponen sepeda motor listrik dan baterai sebagian besar ia dapatkan dari Cina. 

Soal biaya, konversi sepeda motor trail listrik rata-rata menelan ongkos Rp 35 juta ke atas. "50-60 persen harga untuk baterai," kata Aditya. 

Menurut Aditya, sensasi berkendara yang berbeda menjadi minat utama kliennya memilih mesin listrik. Senyapnya mesin, tenaga yang bisa lebih besar, tanpa panas mesin, serta tanpa kopling dan persneling menjadi daya tarik. Soal performa, Aditya mengatakan rata-rata sepeda motor listrik garapannya bisa menempuh jarak 100 kilometer dalam sekali isi daya. Sementara itu, soal tenaga, tergantung pilihan masing-masing klien. 

Aditya mengklaim perawatan sepeda motor listrik juga cukup mudah. Cukup diisi daya selama empat jam, baterai sepeda motor sudah mencapai 100 persen. Sementara itu, baterai yang dipakai pada sepeda motor listrik hasil konversi buatannya dapat bertahan 3-5 tahun, bergantung pada jenis baterai yang digunakan. Soal biaya perawatan, jauh lebih irit. 

"Sepeda motor listrik hanya butuh biaya listrik Rp 6.000 untuk isi baterai dari kosong sampai penuh dan bisa dipakai sampai jarak 100 km. Cukup murah dibanding mesin bakar aslinya." 

Aditya mengaku memulai bisnis bengkel alih mesin listrik secara otodidaktik. Berangkat dari hobi utak-atik sepeda motor, ia mengubah sepeda motor pribadinya menjadi sepeda motor listrik. Dari situ, ia memamerkan karyanya kepada kawan lain. Bak gayung bersambut, sejumlah kawan Aditya meminta bantuannya mengubah mesin sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi mesin elektrik. "Lama-lama jadi bisnis."  

Sejatinya, konversi kendaraan listrik pernah dilakukan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun lalu. Saat itu, Kementerian ESDM mengkonversi 100 sepeda motor dinas menjadi sepeda motor listrik. Tahun ini Kementerian ESDM berencana melanjutkan program tersebut menjadi seribu sepeda motor. Sedangkan yang disasar adalah sepeda motor dinas milik badan usaha milik negara dan pemerintah daerah. 

Targetnya, Kementerian ESDM akan menyediakan 13 juta sepeda motor listrik dari motor listrik baru ataupun hasil konversi. Kementerian berharap masifnya kendaraan listrik bisa berdampak positif dalam pengurangan energi dan polusi udara. 

#Info KTAP Gaya Hidup 5.1.1-Syarat Konversi Sepeda Motor Bensin ke Listrik

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi belum lama ini berencana mempertimbangkan memberikan subsidi bagi konversi sepeda motor berbahan bakar bensin menjadi kendaraan listrik. Budi mengatakan pihaknya bersama kementerian/lembaga akan membahas subsidi untuk mendukung konversi kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik. "Khususnya untuk sepeda motor,” kata Budi. 

Menurut Budi, subsidi konversi ini dapat dilakukan dari pengalihan alokasi anggaran subsidi BBM. Pemerintah daerah juga bisa menginisiasi untuk mengalihkan anggaran yang kurang produktif agar dialihkan untuk memberi subsidi biaya konversi kendaraan listrik

FEBBYENTI SUCI RAMA TANIA (Magang) | INDRA WIJAYA

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus