Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Gejala Post Holiday Blues dan 5 Kiat Mengurangi Risikonya

Suasana liburan yang terbawa saat memulai rutinitas bekerja mempengaruhi perasaan atau gangguan emosi. Kondisi itu menandakan post holiday blues

17 April 2024 | 16.27 WIB

Ilustrasi foto liburan. Freepik.com
Perbesar
Ilustrasi foto liburan. Freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Suasana liburan yang terbawa saat memulai rutinitas bekerja mempengaruhi perasaan atau gangguan emosi. Kondisi itu menandakan post holiday blues.  Perasaan kesedihan setelah liburan cenderung berlainan, menurut co-director Johns Hopkins Anxiety Disorders Clinic Paul Nestadt. Orang-orang selama liburan menerima dorongan dopamin dan serotonin. Itu dua hormon perasaan senang, saat menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Ketika liburan berakhir, suasana hati juga meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Setelah masa libur lebaran atau Idulfitri, orang-orang yang merayakannya akan kembali dalam rutinitas bekerja “Setelah acara seru seperti liburan, sering kali muncul perasaan kecewa,” kata psikolog klinis di Lenox Hill Hospital, New York City Naomi Torres-Mackie, dikutip dari Health.

Gejala Post Holiday Blues

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejala post holiday blues mengalami gangguan kecemasan dan suasana hati. Ada perasaan mudah tersinggung, insomnia, dan sulit berkonsentrasi. Meskipun begitu, perasaan post holiday blues bersifat sebentar saja biasanya, bukan jangka panjang.

“Depresi melibatkan suasana hati yang buruk hampir sepanjang hari selama dua minggu atau lebih,” kata Torres-Mackie. “Durasi post-holiday blues akan lebih singkat dan tidak terlalu merugikan kehidupan sehari-hari. Ini juga akan dikhususkan untuk periode waktu pascaliburan.”

Gejala ini dikategorikan serius dan dianjurkan untuk memeriksakan diri kalau benar-benar mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Misalnya, sulit bangun dari tempat tidur, meninggalkan rumah, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil.

Lazimnya saat liburan seseorang akan menerima peningkatan hormon dopamin dan serotonin, dua hormon perasaan senang. Berakhirnya liburan secara tiba-tiba dapat menimbulkan disorientasi dan memicu perasaan sedih usai liburan.

Cara Mengurangi Post Holiday Blues

1. Tidur yang Cukup

Menjaga waktu tidur penting untuk diperhatikan. Sebab, selain menjaga kesehatan mental waktu tidur yang tepat menjaga kondisi tubuh dari berbagai penyakit.

2. Konsumsi Makanan yang Bergizi dan Seimbang

Untuk menjaga mental tetap stabil, mengonsumsi makanan yang bergizi harus dilakukan. Stres dan cemas setelah liburan bisa saja bersumber dari makanan dengan lemak yang tinggi dan gula berlebihan. Sebab itu, sebaiknya mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

3. Aktivitas Fisik

Melakukan beberapa gerakan dan terapi dapat bermanfaat untuk mengurangi adanya gejala depresi atau kecemasan. Untuk mempertahankan motivasi, dapat meminta anggota keluarga atau teman untuk olahraga bersama.

4. Mencoba Sesuatu yang Baru

Jika berencana membuat rencana untuk aktivitas, sebaiknya tetap melakukan sesuatu yang menyenangkan, seperti menjadwalkan permainan bersama teman dekat. Bisa juga mencoba aktivitas baru seperti mencoba resep baru di rumah, jika suka memasak.

5. Membuat Jadwal

Psikolog Nicole Hollingshead mengatakan, orang-orang cenderung berisiko tinggi mengalami kesedihan pascaliburan jika tidak memiliki sesuatu untuk dinantikan setelah liburan. “Jika beberapa bulan belakangan terfokus pada persiapan liburan,” kata Hollingshead. "Maka idealnya Anda memiliki hal lain, seperti aktivitas yang dinantikan setelah liburan.”

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus