Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Hadapi Polusi Udara Jakarta, Jaga Pertahanan Tubuh dengan Probiotik

Mengobrol di udara terbuka tanpa masker saat polusi udara Jakarta tinggi jadi jalan polutan masuk ke sistem pencernaan. Lawan dengan probiotik.

25 Agustus 2023 | 09.28 WIB

Ilustrasi buah dan sayur segar. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi buah dan sayur segar. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara Jakarta yang buruk masih terus menjadi sorotan. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH mengatakan konsumsi probiotik dapat membantu menjaga kesehatan mikrobiota usus yang bisa terganggu akibat masuknya polutan ke sistem pencernaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kegiatan seperti mengobrol di udara terbuka tanpa masker saat polusi udara tinggi menjadi salah satu jalan polutan masuk ke sistem pencernaan, kata Guru Besar ilmu penyakit dalam Universitas Indonesia itu dalam webinar kesehatan di Jakarta, Kamis, 24 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sistem pencernaan tidak siap kalau menerima racun. Oleh karena itu perlu juga perhatikan menjaga kesehatan semisal konsumsi probiotik untuk menjaga mikrobiota sehat," jelasnya.

Ketika mikrobiota terganggu akibat polutan, yang juga bisa secara tidak sengaja dikonsumsi melalui makanan, maka terjadilah masalah kesehatan seperti diabetes, obesitas, dan gangguan metabolik. Dia menyarankan untuk mengonsumsi makanan dari sumber alami seperti buah dan sayur dibanding suplemen kesehatan.

"Itu salah satu solusi karena buah dan sayur banyak mengandung antioksidan. Kalau kita sehat, tidak ada masalah pada lambung dan hipertensi, saya rasa kopi bisa jadi solusi. Kopi itu antioksidan, teh juga begitu," papar Ari.

Kanker usus besar
Dia pun menyoroti kasus kanker usus besar yang belakangan cenderung dialami orang muda dan Indonesia termasuk negara yang disorot karena kecenderungan kasus pada usia muda. Kondisi itu kemungkinan terkait polusi udara atau mikrobiota usus sudah terganggu karena seringnya orang tak sengaja mengonsumsi polutan-polutan melalui makanan.

"Secara langsung ketika makanan mengandung polutan, pasien bisa jadi diare. Dalam jangka panjang menyebabkan peradangan pada usus besar yang kemudian terjadi IBD (inflammatory bowel disease atau penyakit karena peradangan pada saluran pencernaan)," jelas Ari.

Menurutnya, menjaga kesehatan lingkungan menjadi upaya yang harus dilakukan pemerintah bersama masyarakat. Merujuk kepada negara-negara Eropa, sudah ada upaya mencegah terjadinya pembakaran dari kendaraan dengan beralih ke kendaraan listrik dan ini bisa menjadi upaya yang juga bisa diterapkan di Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus