Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan di 2024 adalah yang ke-28. Menjadi tua atau lanjut usia adalah bagian siklus hidup manusia yang pasti dialami setiap orang yang diberi umur panjang. Menurut Kementerian Kesehatan, yang dimaksud dengan lansia adalah orang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lansia pun tentu ingin selalu sehat agar tidak menjadi beban bagi diri sendiri maupun keluarga. Agar dapat berdaya guna bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat, lansia harus sehat dan memiliki pola hidup yang baik dan berkualitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakar diet di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Fitri Hudayani, mengatakan aspek penting dalam mencapai proses menua yang sukses dan menjadi lansia yang tetap aktif adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, salah satunya melalui penerapan gizi seimbang. Ia mengatakan proses menua secara alamiah akan berdampak pada berbagai fungsi fisiologis tubuh karena proses menua menyebabkan perubahan susunan tubuh, yakni menurunnya massa dan fungsi otot atau dikenal sebagai sarkopenia, yang berdampak pada status kesehatan dan tingkat kemandirian.
Lansia mungkin saja mengalami berbagai masalah kesehatan sehingga akan ada perbedaan kebutuhan gizi dengan yang berusia lebih muda. Karena itu, makanan yang dikonsumsi juga harus disesuaikan agar gizi tetap terjaga demi tercapainya lansia berdaya dan berkualitas.
Kebutuhan gizi khusus
Kebutuhan gizi orang lanjut usia berbeda dengan yang berusia lebih muda sehingga makanan pun harus disesuaikan. Jika akan menjalankan diet atau mengatur makanan tertentu, itu tergantung kondisi kesehatan lansia. Lansia rata-rata memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, hipertensi, atau asam urat. Bagi yang memiliki penyakit, seperti diabetes melitus, mereka harus menerapkan diet diabetes melitus untuk mencapai kesehatan yang diinginkan di usia senja.
Prinsip diet diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Pada lansia dengan hipertensi maka harus menerapkan pola makan dengan membatasi garam seperti ikan asin dan telur asin, makanan berpengawet, serta yang tinggi lemak.
Untuk penderita asam urat, disarankan membatasi atau bahkan menghindari makanan dengan sumber purin seperti jeroan, air kaldu, lemak hewani seperti tetelan, dan kacang-kacangan dalam jumlah terbatas. Namun yang terpenting, semua lansia harus menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak dengan aturan yang disarankan oleh Kemenkes, yakni 50 gram (empat sendok makan) gula, 2.000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (satu sendok teh), dan lemak hanya 67 gram (lima sendok makan minyak).
Menjaga pola makan sangat berdampak pada gizi lansia karena sangat rentan mengalami kekurangan gizi. Sebisa mungkin lansia tidak asal ikut-ikutan mengikuti diet yang sedang tren tanpa mengetahui kondisi tubuh dan konsultasi terlebih dulu dengan dokter. Mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah menjadi cara yang mudah untuk mendapatkan tubuh sehat.