Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan masa epidemi HIV di Indonesia berkolerasi erat dengan naiknya kasus sifilis atau Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan bakteri Treponema Pallidum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Epidemi HIV, khususnya di Indonesia, sangat berkaitan dengan peningkatan kasus sifilis, baik di populasi kunci maupun pada populasi umum,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, Kamis, 11 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imran menjelaskan IMS merupakan salah satu penyebab permasalahan kesehatan, sosial, dan ekonomi, di banyak negara. Padahal, banyak penyakit akibat IMS yang dapat dicegah dan diobati. Sayangnya, terkadang karena stigma di masyarakat membuat penderita enggan diperiksa dan malas berobat. Padahal, pengendalian HIV berhubungan erat dengan sifilis karena IMS merupakan pintu masuk infeksi HIV.
Di sisi lain, sifilis dapat meningkatkan risiko tertular HIV sampai 300 kali lipat. Kondisi yang berisiko itulah yang kemudian bisa memicu anak terlahir cacat akibat sifilis atau positif sifilis sejak dalam kandungan. Akibat lainnya, infertilitas akibat gonore, angka kelahiran mati semakin meningkat, dan infeksi human papillomavirus (HPV) sebagai pencetus kanker mulut rahim yang juga menjadi penyebab kematian cukup besar saat ini.
“Maka pengendalian IMS sudah seharusnya menjadi program yang harus dilaksanakan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama hingga fasilitas kesehatan tingkat lanjut,” ujarnya.
Kelompok berisiko
Menurutnya, infeksi sifilis juga erat hubungannya dengan kaum terpinggirkan seperti kelompok risiko tinggi ibu dan anak. Berdasarkan data yang diperolehnya, prevalensi IMS yang sangat tinggi pada populasi kunci dan jembatan (bridging population) laki-laki, sementara data dari skrining sepanjang 2022 menunjukkan 0,5 persen ibu hamil terkena sifilis.
“Hasil pemodelan beban dan tren IMS di Indonesia tahun 2020 memperkirakan prevalensi sifilis pada populasi kunci lima hingga 15 kali lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum,” ungkap Imran.
Sebagai bentuk pencegahan agar kedua penyakit tidak semakin bertambah, Kemenkes berfokus tidak hanya pada program pengobatan saja tetapi juga pencegahan melalui edukasi seksual pada kelompok risiko tinggi dan juga informasi IMS pada kelompok masyarakat umum.
Secara spesifik pada layanan kesehatan Kemenkes telah mengupayakan Intervensi Perubahan Stigma dan Diskriminasi (IPSD) dengan memperkuat pelayanan kesehatan. Pendekatan strategi yang digunakan memastikan akses ke layanan IMS yang berkualitas tinggi untuk semua populasi, mengurangi penularan IMS dengan cepat pada populasi kunci, pasangan, pekerja seks serta pelanggannya, serta memastikan data yang berkualitas untuk memandu respons.
Pilihan Editor: Pemicu Penyakit Sifilis, Awas Hubungan Seks Berisiko
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.