Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ke RSCM Saja

Sejak nopember 1978, RSCM Jakarta meningkatkan pelayanan kegawatan jantung untuk masyarakat. Dengan karcis Rp 300, pasien dilayani. (ksh)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG supir taxi tergeletak di tempat tidur. Di sebelahnya menanti defibrilator, alat yang akan mengeluarkan arus listrik untuk menyelamatkan jantungnya, kalau tiba-tiba berhenti berdebar. Ranjang dan ruangannya sederhana saja. Tanpa AC. Namun pelayanan yang dia peroleh biasanya hanya bisa dinikmati para direktur dan pejabat tinggi. Alat penolong yang siap siaga itu berharga Rp 12 juta. Kalau ia terbaring seperti itu tiga bulan lalu, mungkin seisi rumahnya harus digadaikan. Perawatan jantung dengan peralatan mutakhir paling tidak memakan ongkos Rp 30.000/ hari. Sekarang tidak semahal itu di RS Cipto Mangunkusumo, Bagian Kardiologi. Sejak Nopember, RSCM di Jakarta meningkatkan pelayanan masyarakatnya dengan membuka unit pelayanan kegawatan jantung. "Kita tidak melihat pasien kaya atau miskin. Yang penting mereka harus mendapat pertolongan," kata dr Burman, spesialis yang masih sibuk merencanakan perluasan pelayanan Bagian Kardiologi. Dengan karcis Rp 300, pasien sudah bisa mendapat pelayanan. "Untuk pasien tidak mampu, seperti supir taxi, malahan kami bebaskan dari biaya," sambung dr Barita Sitompul, yang sedang bertugas jaga di bagian jantung tersebut. Bagian Kardiologi RSCM menampung semua jenis keluhan yang berhubungan dengan penyakit jantung. Termasuk korban kecelakaan lalulintas maupun orang yang pingsan karena panas matahari. "Peralatan di sini termoderen yang pernah dimiliki Indonesia," urai dr Burman. Modernisasi peralatannya dimungkinkan setelah banyak sumbangan yang masuk. Antara lain dari Ny. Tien Soehartodan Yayasan Dewi Sartika. Yayasan tersebut didirikan 4 tahun lalu untuk mengenang gadis cilik Dewi Sartika, penderita lemah jantung. Ia meninggal karena komplikasi setelah alat pacu jantung dipasangkan ke tubuhnya. Peralatan modern tadi menuntut diselenggarakannya penataran perawat khusus. Sejumlah 25 orang berasal dari Bagian Kardiologi sendiri, ditambah 14 dari Yayasan Jantung Dewi Sartika, selama setengah tahun. Sejak 15 lesember mendapat pendidikan khusus untuk menjadi perawat jantung. Mereka dari YJDS itu baru lulus menjadi perawat. Setamatnya dari penataran ini mereka akan dikembalikan ke YJDS yang kemudian akan menempatkan mereka di pusat-pusat kesehatan jantung yang sedang dirintis. Antara lain di Gelanggang Olahraga Kuningan. Mereka terutama akan bertugas melayani para peserta perkumpulan Jantung Sehat yang berlatih 2 kali seminggu di situ. "Dengan perawat jantung khusus itu, para dokter tak perlu lagi menjalankan sendiri peralatan. Cukup perawat yang menanganinya," sambung dr. Burman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus