Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG supir taxi tergeletak di tempat tidur. Di sebelahnya
menanti defibrilator, alat yang akan mengeluarkan arus listrik
untuk menyelamatkan jantungnya, kalau tiba-tiba berhenti
berdebar. Ranjang dan ruangannya sederhana saja. Tanpa AC. Namun
pelayanan yang dia peroleh biasanya hanya bisa dinikmati para
direktur dan pejabat tinggi.
Alat penolong yang siap siaga itu berharga Rp 12 juta. Kalau ia
terbaring seperti itu tiga bulan lalu, mungkin seisi rumahnya
harus digadaikan. Perawatan jantung dengan peralatan mutakhir
paling tidak memakan ongkos Rp 30.000/ hari. Sekarang tidak
semahal itu di RS Cipto Mangunkusumo, Bagian Kardiologi. Sejak
Nopember, RSCM di Jakarta meningkatkan pelayanan masyarakatnya
dengan membuka unit pelayanan kegawatan jantung. "Kita tidak
melihat pasien kaya atau miskin. Yang penting mereka harus
mendapat pertolongan," kata dr Burman, spesialis yang masih
sibuk merencanakan perluasan pelayanan Bagian Kardiologi.
Dengan karcis Rp 300, pasien sudah bisa mendapat pelayanan.
"Untuk pasien tidak mampu, seperti supir taxi, malahan kami
bebaskan dari biaya," sambung dr Barita Sitompul, yang sedang
bertugas jaga di bagian jantung tersebut.
Bagian Kardiologi RSCM menampung semua jenis keluhan yang
berhubungan dengan penyakit jantung. Termasuk korban kecelakaan
lalulintas maupun orang yang pingsan karena panas matahari.
"Peralatan di sini termoderen yang pernah dimiliki Indonesia,"
urai dr Burman.
Modernisasi peralatannya dimungkinkan setelah banyak sumbangan
yang masuk. Antara lain dari Ny. Tien Soehartodan Yayasan Dewi
Sartika. Yayasan tersebut didirikan 4 tahun lalu untuk mengenang
gadis cilik Dewi Sartika, penderita lemah jantung. Ia meninggal
karena komplikasi setelah alat pacu jantung dipasangkan ke
tubuhnya.
Peralatan modern tadi menuntut diselenggarakannya penataran
perawat khusus. Sejumlah 25 orang berasal dari Bagian Kardiologi
sendiri, ditambah 14 dari Yayasan Jantung Dewi Sartika, selama
setengah tahun. Sejak 15 lesember mendapat pendidikan khusus
untuk menjadi perawat jantung. Mereka dari YJDS itu baru lulus
menjadi perawat. Setamatnya dari penataran ini mereka akan
dikembalikan ke YJDS yang kemudian akan menempatkan mereka di
pusat-pusat kesehatan jantung yang sedang dirintis. Antara lain
di Gelanggang Olahraga Kuningan. Mereka terutama akan bertugas
melayani para peserta perkumpulan Jantung Sehat yang berlatih 2
kali seminggu di situ.
"Dengan perawat jantung khusus itu, para dokter tak perlu lagi
menjalankan sendiri peralatan. Cukup perawat yang menanganinya,"
sambung dr. Burman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo