Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mencegah Diabetes Anak di Kandungan

Diabetes pada anak kian mengancam. WHO dan Kementerian Kesehatan menyatakan upaya pencegahannya dimulai sejak masa kehamilan.

20 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Angka kasus diabetes anak Indonesia meningkat 70 kali lipat dibanding periode 2010.

  • WHO dan Kementerian Kesehatan menyatakan upaya pencegahan diabetes pada anak dimulai sejak dalam kandungan.

  • Ibu hamil perlu lebih banyak aktivitas fisik dan peningkatan pengetahuan diet.

Kasus diabetes anak di Indonesia terus meningkat dan telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan, pada Januari 2023, jumlah kasus diabetes anak naik tujuh puluh kali lipat dibanding periode 2010. Telah banyak riset yang menyerukan pembatasan jumlah asupan gula per hari pada anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama menggaungkan pentingnya aktivitas fisik pada anak dan mewaspadai adanya kandungan gula tersembunyi pada makanan dan minuman berpemanis. Namun eskalasi jumlah kasus itu belum mendorong pendekatan pencegahan diabetes anak yang lebih baru, yakni upaya preventif sejak masa kehamilan ibu. Kementerian Kesehatan dan profesional kesehatan masyarakat perlu segera mempertimbangkan pencegahan diabetes pada anak sejak dalam kandungan.

Dampak Kadar Gula Darah Tinggi Saat Hamil

Sebuah penelitian pada 2019 menyatakan ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi memiliki risiko kesehatan pada diri dan bayinya. The International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) membuat batasan bahwa kadar gula darah ibu hamil masuk kategori tinggi saat gula puasanya 92mg/dl, atau satu jam setelah diberi cairan glukosa dalam tes toleransi glukosa oral (TTGO) mencapai 180mg/dl, atau dua jam setelah TTGO angkanya 153mg/dl.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak kadar gula darah tinggi bisa terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek pada ibu di antaranya mempersulit proses persalinan akibat bayi besar serta meningkatnya risiko terjadinya persalinan caesar dan preeklamsia. Sedangkan efek negatif jangka panjangnya adalah ibu berisiko tujuh kali lipat untuk terkena diabetes tipe 2 pada masa mendatang.

Pada bayi, dampak jangka pendek yang terjadi bisa berupa stillbirth (lahir mati), lahir prematur, ataupun hipoglikemia (gula darah rendah) saat lahir. Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah bayi yang lahir akan lebih mudah mengalami obesitas pada usia anak, dan lebih berisiko mengalami diabetes.

Ilustrasi kehamilan. Shutterstock

Karena itu, mengelola kadar gula darah ibu pada masa kehamilan adalah satu hal kecil tapi berdampak besar bagi masa depan anak. Bila kadar gula darah ibu hamil yang tinggi bisa dikelola dengan baik, maka dengan sendirinya risiko anak terkena diabetes pun dapat diminimalkan.

Pada masa hamil, tubuh ibu menggunakan insulin secara kurang efektif (resistansi insulin) yang menyebabkan naiknya kadar gula darah. Keadaan ini disebut diabetes gestasional.

Biasanya masyarakat menganggap ini adalah perubahan biasa yang akan hilang saat bayi lahir atau lazimnya disebut "bawaan bayi". Padahal kondisi ini sebagian ada yang hilang setelah persalinan, tapi juga ada yang menetap.

Menurut riset pada 2015, kondisi ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi bisa ditangani dengan beberapa cara. Pertama, modifikasi gaya hidup yang bisa dilakukan meliputi perubahan pola makan, pengaturan berat badan selama hamil, dan aktivitas fisik.

Seorang ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi perlu mendapatkan informasi dan pengetahuan seputar pengaturan makanan mereka. Sebaiknya tenaga kesehatan tidak hanya memberi saran umum untuk sekadar mengurangi nasi dan gula, seperti yang selama ini sering kita dengar. Namun diperlukan juga informasi spesifik yang menjelaskan jenis dan jumlah makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu hamil.

Kedua, pilihan makanan yang tepat akan menentukan keberhasilan diet sehat ibu. Makanan bergizi, seperti sayuran, biji-bijian, dan protein, sangat penting bagi ibu. Makanan yang mengandung tinggi gula dan karbohidrat sederhana sebaiknya dihindari. Konsumsi buah perlu menjadi perhatian karena beberapa buah mengandung gula alami yang tinggi.

Hal-hal tersebut di atas membantu ibu mengelola berat badannya selama hamil. Perubahan pola makan ini merupakan hal yang gampang-gampang susah. Pola makan seseorang adalah kebiasaan yang telah terbentuk dalam kurun waktu lama yang biasanya sulit dimodifikasi. Karena itu, ibu hamil perlu mendapat dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengubah pola makan.

Ilustrasi kehamilan. Shutterstock

Manfaat Olahraga Rutin dan Obat

Selain perubahan pola makan, ibu hamil dengan kadar gula darah tinggi perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin. Olahraga ringan seperti jalan pagi dapat membantu mencegah terjadinya lonjakan kadar gula darah.

Sayangnya, masih jarang kita lihat ibu hamil yang melakukan aktivitas fisik. Kehamilan sering kali dipandang sebagai masa rentan karena ibu hamil dianggap dalam kondisi "lemah". Maka, ibu hamil disarankan untuk beristirahat dan tidak melakukan hal-hal yang berbau "fisik" demi keselamatan ibu dan bayi. Padahal, di atas kertas, lebih dari 50 persen ibu hamil dengan diabetes gestasional dapat dikelola dengan modifikasi gaya hidup.

Bila cara-cara di atas ternyata tidak berhasil menurunkan kadar gula darah ibu ke level yang diinginkan, jalan lain yang bisa diambil adalah menggunakan obat-obatan. Sebuah penelitian melaporkan bahwa obat oral penurun kadar gula terbukti aman bagi ibu hamil. Meski demikian, hal ini masih menjadi perdebatan.

Pilihan lain yang dapat diambil adalah terapi insulin. Cara ini dipercaya aman dan efektif untuk pengelolaan kadar gula darah selama masa kehamilan. Jika kondisi kadar gula darah tinggi pada kehamilan ditangani dengan baik, ibu dan bayi dapat memperoleh manfaat kesehatan. Ibu dapat terhindar dari berbagai komplikasi kehamilan dan menurunkan risiko mengalami diabetes di masa depan.

Adapun bagi bayi, pengelolaan kadar gula darah ibunya dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kegemukan dan diabetes pada masa kanak-kanak. Langkah ini adalah tawaran "investasi" untuk kesehatan ibu dan anak Indonesia.

---

Artikel ini ditulis oleh Ririn Wulandari, mahasiswa doktoral di School of Healthcare, University of Leeds. Terbit pertama kali di The Conversation.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus