Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengapa Otak Kepala Besar

Produksi cairan otak yang berlebihan & alat penyerap yang tak bisa mengimbangi menyebabkan cacad kepala. Operasi yang besar biayanya & peralatan pompa buatan luar negeri menjadi hambatan bagi pasien.(ksh)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM cacad kepala tiba. Antara lain ia menyerang Yadi, 4 bulan dari Tasikmalaya yang menggelembung kepalanya seperti balon. Kemudian di Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, gadis cilik berusia 4 tahun, Nurlina, mendapatbenjolan di kepalanya yang tumbuh cepat. Benjolan itu menyamai besar kepalanya sendiri (TEMPO 13 Januari). Kini cacad itu hinggap pula di kepala Rokhmad Wahyudi, 3« tahun, asal Sleman, Yogakarta. Kepala anak petani ini sudah mencapai garis lingkar 85 cm atau 3 kali lebih besar dari anak normal. Ia sekarang terbaring menanti nasibnya di Rumah Sakit Universitas Gajah Mada Mangkubumen, Yogyakarta. "Rokhmad Wahyudi menderita hydrocephalus," kata dr Rusdi Lamsudin, ahli penyakit syaraf di rumahsakit tersebut. Penyakit ini terjadi karena cairan otak yang dibuat darah tak bisa diserap oleh kamar-kamar otak. Cairan ini jadi menimbun dan sanggup mendorong tulang otak, dan membuat kepala menggelembung. Pada organ otak yang sempurna setelah cairan tadi diserap kamar otak dan memberikan bahan kebutuhan di situ, cairan tadi diserap kembali oleh darah melalui permukaan otak. Hydrocephalus bisa terjadi karena produksi cairan otak yangberlebihan, sehingga alat penyerap tak bisa mengimbangi. Tapi juga bisa karena alat penyerap yang "mogok". Untuk menolong penderita para ahli hanya punya satu pilihan: operasi. Karena belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Operasi itu pada dasarnya mengembalikan cairan yang membanjir tadi kembali ke dalam darah. Melalui operasi kecil sebuah pompa sebesar kelingking di selipkan di bawah kulit kepala, dekat telinga. Cairan otak itu disedot melalui pipa kecil yang lengket di ujung pompa. Pada ujung bawah pompa itu ada pula pipa yang lebih panjang yang "ditanamkan" di bawah kulit belakang telinga, terus menyelusup masuk jantung. Sekat pompa tersebut disetel sedemikian rupa hingga cairan hanya terpompa ke luar dari rongga otak. Dan tidak akan kembali lagi ke sana. Jika kecepatan pompa ternyata masih kurang, pompa bisa pula dipercepat dengan menekannya dari luar. Selain dipompakan ke jantung, ada pula dokter yang memompakan cairan otak itu ke dalam perut, supaya diserap dinding rongga perut. Tapi yang begini jarang terjadi. Kecuali untuk kasus istimewa. Rokhmad Wahyudi mungkin juga bisa diselamatkan dengan operasi seperti itu. Tapi soalnya Yogyakarta belum punya ahli bedah syaraf. Ahli itu masih berada di Jakarta untuk mengambil spesialisasi bedah syaraf. Anak itu sebenarnya bisa dibawa ke Jakarta. Tapi orangtuanya tak mampu membiayai ongkos perjalanan dan pengobatan. "Kalau saja kita punya uang Rp 400.000 dia sudah dibawa ke sana," kata dr Rusdi Lamsudin. Koran Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, sejak 15 Januari membuka "dompet kemanusiaan" untuk membiayai Rokhmad. Pada kasus penyakit hydrocepbalus yang ditemukan akhir-akhir ini, masalah biaya memang menjadi hambatan besar. Maklum keluarga yang tertimpa musibah kebetulan orang miskin. Pompa cairan otak itu sendiri yang dari luar negeri berharga sekitar Rp 200.000. Dihitung dengan biaya perawatan, pasien harus menyediakan sedikitnya Rp 300. 000. Yadi, pasien dari Tasikmalaya yang sudah mulai pulih, hanya bisa tertolong di RS Hasan Sadikin, Bandung, berkat bantuan seorang dermawan. Dan karena pemberitaan Pikran Rakyat, Bandung. Metode pertolongan untuk penderita kepala besar ini baru ditemukan tahun 1963. Di Indonesia baru dilaksanakan sejak tahun 1970. Mula-mula hanya oleh RS Cipto Mangunkusumo. "Tapi sekarang Bandung, Surabaya, Medan dan sebentar lagi Yogya juga sudah bisa," kata dr Padmosantjojo, 41 tahun, dari bagian bedah syaraf RSCM. Asalkan para dokter di sini tidak terbentur pada masalah biaya bagi si pasien, pelaksanaan operasi itu sendiri tak akan banyak kesulitan, sebagaimana diceritakan oleh Padmosantjojo yang mendalami ilmu bedah syaraf di negeri Belanda pada wartawan TEMPO Martin Aleida. Pompa Lokal Untuk menolong pasien tak mampu Prof. Handoyo, kepala bagian bedah syaraf RSCM pada tahun 1976 mulai memperkenalkan pompa cairan otak yang murah. Harganya Rp 30.000. Alat tersebut ia rancang sendiri. Sedang pembuatannya diserahkan kepada Lembaga Instrumentalia ITB, Bandung. Pompa murah itu diberi nama "Po.mpa Jakarta" dan memperkaya khazanah pompa yang sudah ada, seperti buatan Holter, Pudenz, Hakim dan Wen. "Dia ini memakai Pompa Jakarta. Kira-kira seminggu lagi sudah bisa pulang," kata dr Padmosantjojo, seraya menunjuk seorang pasien. Sebegitu jauh pompa murah ini tetap dapat menolong. Sayang pembuatannya memakan banyak waktu, karena harus dibubut dengan keterampilan seorang tukang yang betul-betul mahir. Pasien yang berangsur-angsur sembuh, secara teratur harus memeriksakan pompa penolong itu. Ada kemungkinan kerjaannya tak beres. Dokter pun perlu memeriksa lagi apakah pipa pompa tadi masih cukup panjang. "Sebab persoalan semua jenis pompa adalah kependekan," kata Padmosantjojo. Maksudnya pipa bisa menjadi pendek kalau seorang anak sudah tumbuh sehat. Organ tubuhnya memanjang, sementara pipa tetap sebegitu saja. Pompa dan pipa itu dipasang secara permanen sampai tua. "Dari hasil penelitian, 30% anak yang menjalani operasi memiliki IQ di bawah normal. Sedang pengaruhnya terhadap panjangnya umur belum bisa dikatakan karena pompa cairan itu sendiri baru ditemukan tahun 1963," katanya. Tentang penyebab terjadinya cacad tersebut, Padmosantjojo menyebutkan beberapa kemungkinan, antara lain hamil minggu pertama sampai minggu ke 8 merupakan masa yang amat rawan. Berbahaya jika si ibu terserang flu berat, salah makan obat atau terserang virus encephalitis. Usaha pengguguran yang setengah-setengah dengan obat atau Jamu bisa Juga menyebabkan cacad. Sebab sejak minggu pertama sampai minggu ke delapan janin menjalani proses pembentukan syaraf pusat. Ganggu an pada pertumbuhan syaraf ini bisa mengakibatkan cacad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus