Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Orang tua bisa mendiskusikan penggunaan angpau Lebaran anak.
Jika jumlahnya banyak, ajak anak menyimpannya sebagian.
Uang itu milik mereka, bukan punya orang tua.
Banyu Pramudya, 10 tahun, dan Keenan Nugraha, 6 tahun, bergembira tak terkira saat menerima angpau dari nenek, paman, bibi, dan tantenya. Banyu memasukkan uang pemberian itu ke kantong. Sedangkan adiknya langsung meminta dompet yang disimpan ibunya. Dompet itu tampak sudah cukup penuh terisi uang Lebaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krisna Wati, ibu kedua anak ini, membebaskan kedua putranya itu menggunakan uang tersebut. Krisna tak banyak mengatur. Pada Lebaran sebelumnya, anak sulung warga Temanggung ini minta dibelikan telepon seluler dari uang itu. "Saya tinggal nambahi ketika kurang," ujar Krisna kepada Tempo, Kamis, 5 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krisna pun tak mewajibkan anak-anaknya menabung dari uang itu. Sebab, ia berprinsip bahwa menabung untuk anaknya adalah tanggung jawab orang tua. "Kalau menabung, itu tugas kami sebagai orang tua, tapi bukan dari uang dari anak-anak," ucap Krisna.
Soal angpau Lebaran ini ramai menjadi bahan candaan di media sosial. "Ini korban investasi bodong," demikian tertulis di sebuah akun Instagram. Akun itu menayangkan video seorang anak kecil sedang memegang banyak lembaran uang pecahan Rp 10 ribu dan Rp 20 ribu. Si anak kemudian menyerahkan uang itu ke tangan seorang ibu. Uang anak bisa berubah wujud menjadi minyak goreng atau barang lain alias dipakai orang tuanya.
Pada umumnya, anak yang masih berusia balita belum mengetahui arti uang. Karena itu, uang Lebaran tersebut biasa mereka titipkan kepada orang tuanya. Mereka menyimpannya agar uang tersebut tidak tercecer atau hilang ketika harus berkunjung ke sana-kemari. Adapun anak yang sudah mengetahui arti uang biasanya menyimpannya sendiri.
Anak menitipkan uang Lebaran kepada orang tuanya. TEMPO/ Nita Dian
Perencana keuangan dari Tatadana Finansial, Tejasari Asad, menjelaskan bahwa uang Lebaran yang didapat anak-anak dari keluarga dan kerabatnya itu memang milik mereka. Uang itu bebas mereka gunakan. Namun ia menyarankan orang tua mulai mendidik anak merencanakan keuangan mereka dengan lebih menyenangkan.
Orang tua sebaiknya mengajak anak mengobrol untuk mengelola uang tersebut. "Biar mereka yang menentukan. Orang tua kasih saran dan diskusi menurut mereka mau diapain uangnya," ujar Tejasari kepada Tempo, Jumat, 5 Mei 2022.
Orang tua bisa memberi beberapa saran atau pilihan, seperti ditabung, dibelikan barang, jajan, jalan-jalan, atau mungkin untuk sedekah. "Jangan paksakan apa yang baik buat kita orang tua. Coba juga berpikir ala mereka." Termasuk ketika, misalnya, orang tua mengarahkan seberapa besar bagian untuk keperluan-keperluan tertentu. "Sebenarnya perlu, tapi ini kan pikiran orang dewasa, ya," Tejasari melanjutkan.
Dengan diskusi ini, anak dan orang tua menjadi lebih akrab, lebih dekat, dan mendidik. Anak-anak pun bisa terarahkan tanpa paksaan. "Ini financial goal ala anak-anak." Bila ada yang mau ditabung, bisa ditanyakan tujuannya menabung. Orang tua pun bisa mengarahkan dengan mengajak anak membuka rekening bank atau tabungan emas. Jika sudah agak dewasa kelak, bisa juga anak diajari berinvestasi dengan membuka reksa dana.
Lain halnya jika anak ingin angpau Lebaran digunakan untuk jajan, orang tua perlu juga melihat jumlahnya. Bila anak mendapat uang banyak hingga jutaan rupiah, Tejasari menyarankan orang tua mengajak mereka menyimpannya sebagian. "Kalau cuma Rp 200 ribu, ya sudahlah (bebaskan saja). Jangan lupa bahwa itu rezeki mereka, bukan rezeki orang tuanya, ya. He-he-he."
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo