Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Obat rematik

Tentang obat-obat tradisionil cina (china tung shueh pills dan chuifong toukuwan) yang sering dipakai sebagai obat rematik.(ksh)

26 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REMATIK alias encok memang bisa menyerang di mana saja - dan umumnya awet. Bosan ke dokter, penderita beralih ke sinshe. Sehingga segala macam obat ditelan. Apalagi berbagai merk obat modern dan tradisonal - bebas dijual. Dr. P. Sidharta ahli saraf yang mempunyai rumah sakit saraf dan jiwa di bilangan Jakarta Kota khawatir karena banyak pasiennya yang semula mempunyai keluhan nyeri di sendi sebagai gejala rematik dini, kemudian tidak kembali lagi. Baru beberapa lama kembali lagi dalam kondisi yang lebih parah. Bahkan dengan tambahan penyakit lain. Ternyata pasien-pasien Sidharta yang "hilang" itu kemudian diketahui telah mengobati dirinya sendiri dengan berbagai obat yang disebutkan sebagai "obat tradisional Cina". Obat-obat yang dianggap mujarab dan banyak terdapat di los-los Pasar Pagi, Jakarta Barat, seperti China Tung Shueh Pills dari RRC, Tung Shueh buatan Taiwan dan Chuifong Toukuwan bikinan Hongkong, telah mereka lahap sebagai obat rematik. Obat-obat impor ini relatif murah, kalau dibandingkan dengan obat tradisional dalam negeri. Terlebih lagi, betul-betul cespleng, rasa nyeri kontan hilang. Dalam kertas petunjuk obat bermerk Chuifong Toukuan bahkan ada petunjuk "long life brand" untuk meyakinkan bahwa obat ini telah dipakai sejak zaman kaisar Tiongkok. Dalam Pil Tung Shueh bikinan RRC disebutkan khasiatnya: memperkuat ginjal dan jaringan mani, melancarkan peredaran darah, memperkuat saraf dan otot, dan masih banyak lagi. Sedangkan Tung Shueh: bisa menyembuhkan mulai dari tekanan darah tinggi, rematik sampai daya ingat yang semakin mundur. Ramuannya disebut mengandung tulang macan 15% dan berbagai macam akar seperti biasanya obatobat tradisional. Melihat keadaan pasiennya yang muncul kembali itu semakin parah bahkan dengan tambahan penyakit baru, Sidharta penasaran. Karena itu dia kemudian minta Bagian Farmakologi FKUI untuk meneliti ketiga obat tersebut. Penelitian dilakukan secara khromatografi lapisan tipis dan spektrofotometri selama 6 bulan. Hasilnya? Tong Shueh Pills eks Taiwan mengandung ramuan obat-obatan modern, yaitu chlordiazepoxide (tranquilizer, obat penenang), hydrochlorothiazide (yang bisa menghilangkan bengkak dan bera ibat banyak kencing) dengan tahanan 1,81 mg per pil. Selain itu, ada pula indomethacine (penghilang sakit) 4,80 mg per pil. Sisanya, pil hitam yang bagaikan tahi kambing itu mengandung dexamethasone, predmsone yang cukup tinggi dan masuk dalam kelompok kortt osterod. Pil merk yang sama, eks RRC, bahkan mengandung dexamethasone yang cukup tinggi. Chuifong Jookuwan Pills eks Hongkong, selain mengandung dexamethasone yang tinggi, juga berisi indomethacine sampai 4,53 mg per pil. Bisa dibayangkan berapa banyak penderita encok telah menelan"racun" kortikosteroid kalau setiap hari penderita harus menelan 3 x 5 pil (seperti ditentukan dalam petunjuk pemakaiannya) merk Tung Shueh bikinan RRC. Segala macam obat - modern dan tradisional - untuk rematik, biasanya cuma sekadar penghilang rasa nyeri saja - begitu pula obat-obatan buatan Cina tadi. Begitu khasiat obat itu habis penderita merasa penyakitnya kumat kembali. Akibatnya, penderita menjadi ketagihan akan obat tersebut. Menurut Sidharta menghilangkan sekadar nyeri saja memang mudah. Tapi tidak mungkin menghilangkan penyakit itu tanpa harus menelan obat lagi. Biasanya, obat yang populer dengan sebutan bisa menyembuhkan encok hanyalah obat penghilang nyeri (analgetik). Antara lain obat-obatan yang mengandung kortikosteroid, azathrorine, cyclophasphamide dan chlorambucil. Rasa nyeri bisa cepat hilang, tetapi celakanya kalau digunakan terlalu sering, apalagi dengan dosis yang besar, bisa menimbulkan efek sampingan. Ini yang terjadi pada pasien-pasien Sidharta yang telah menelan obat-obatan yang dikatakan buatan RRC, Taiwan dan Hongkong tadi. Efek sampingan obat yang mengandung kortikosteroid ialah tekanan darah meninggi, tulang kerangka menipis dan keropos, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun. Kortikosteroid dalam pil Tung Shueh bila terlalu sering dimakan juga bisa mengubah fisik seseorang. Bulu badan bertambah lebat, sementara kepala semakin botak. Raut muka juga semakin bulat bak bulan purnama. Gejala-gejala ini juga terdapat pada beberapa pasien Sidharta yang pernah memakai obat-obatan Cina. Sedangkan pil yang bermerk Aspirin, Conmel, Glifanan, Panadol, Ponstan, Tanderil dan sejenisnya termasuk dalam kelompok non-kortikosteroid. Ini juga dipakai sebagai penyembuh encok. Tapi kalau dipakai terlalu banyak bisa terjadi pendarahan di lambung dan usus, bengkak pada muka dan kaki, pusing, dan fungsi hati serta ginjal bisa terganggu. Jadi kalau ditelan dalam dosis yang tinggi bisa menimbulkan efek sampingan yang lebih berbahaya ketimbang penyakit rematik itu sendiri. Hingga kini, dunia kedokteran belum bisa menemukan penyebab timbulnya rematik. Obat yang kini ratusan jenisnya cuma sekadar menekan reaksi proses rematik di berbagai jaringan dan bangunan tubuh saja. Yang manjur, belum ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus