Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Menepis Maskulinitas Teknologi Lewat Pameran

Indonesia UFO Network menggelar festival yang meliputi pameran seni terkait dengan ilmu antariksa. Ekshibisi berlangsung sejak 23 Juli lalu dan ditutup pada hari ini.

30 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBILAH keris menancap pada bunga di piring, yang ditempatkan sebagai pusat seni instalasi. Gelas-gelas laboratorium beserta kabel meliliti rak berbahan besi dan kaca yang menopang keris itu. Tanaman kecil-kecil tumbuh di tanah dalam gelas. Ada juga bebatuan dan bulir-bulir mirip benih tumbuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karya berjudul Ingsun itu dipamerkan di galeri Institut Français Indonesia (IFI Yogyakarta)/Lembaga Indonesia-Prancis sejak 23 Juli lalu sampai pada hari ini. Seni instalasi ini menjadi salah satu karya yang mengisi pameran bertajuk Mission X, bagian dari Indonesia UFO Festival.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ingsun, yang bertarikh pada 2022, akan diboyong ke Korea Selatan untuk dipamerkan. Kurator Irene Agrivina mengatakan karya kolaborasi seniman itu menghubungkan pengetahuan, kearifan, mitologi, dan tradisi Jawa dengan teknologi. Irene merupakan salah satu seniman yang terlibat dalam proyek karya seni itu bersama Gisela Maria, Nona Yoanisara, Bio Andaru, Haryo Hutomo, dan Dhoni Yudhanto.

Keunikan pameran itu, antara lain, adalah panitia melibatkan ibu-ibu beserta anak-anaknya untuk memajang karya mereka setelah mengikuti workshop pada 16-17 Juli lalu di Sekolah Citra Alam, Bantul. Karya-karya yang dipajang sebagian besar juga menampilkan buatan seniman-seniman perempuan dan komunitas non-biner atau di luar orang dengan orientasi heteroseksual. Komunitas XXLab dan Perempuan Eksperimental atau Perek, misalnya, ikut dalam pergelaran ini. XXLab memamerkan video animasi dan patung tiga dimensi dari limbah plastik.

Karya berjudul Ingsun. Tempo/Shinta Maharani

Video itu berbicara tentang Andromeda, figur perempuan dalam mitologi Yunani yang dirantai pada sebuah batu untuk diumpankan kepada seekor monster laut. Dalam mitos itu, Andromeda kerap disalahartikan sebagai tokoh jahat. Padahal dia membawa pembaruan. Sama halnya dengan perempuan ataupun komunitas non-biner.

Orang juga mengenal Andromeda, galaksi spiral yang berjarak kira-kira 2,5 juta tahun cahaya dari bumi. Gugusan bintang ini merupakan satu galaksi di luar Bima Sakti yang dapat dilihat dengan mata telanjang pada malam yang cerah, tanpa bulan, dan tanpa polusi cahaya.

Irene menyebutkan pameran di IFI/LIP Yogyakarta ini berfokus pada gender dan teknologi. Gagasan itu muncul karena selama ini ada anggapan bahwa hanya laki-laki yang terampil dan menguasai teknologi. “Kami ingin mematahkan maskulinitas pada teknologi dengan melibatkan perempuan dan komunitas non-biner,” kata Irene, Kamis, 28 Juli 2022.

Selain memajang seni instalasi, peserta memamerkan lukisan dengan citraan UFO, bulan, dan alien. Ada juga yang membuat karya berbahan limbah plastik dan karya dalam bentuk sensor listrik.

Menurut Irene, pelibatan ibu-ibu dan anak-anak dalam pameran itu merupakan bagian dari membangun sikap kritis terhadap teknologi. Anak-anak sejak dini diperkenalkan dengan teknologi, sains, dan antariksa. Contoh teknologi sederhana adalah mereka mendapatkan pelatihan untuk membuat sensor listrik.

Karya seni yang dipajang juga bersifat interaktif. Tengoklah karya berjudul Cantile (Ilust) yang menggunakan benda mirip helm lengkap dengan sensor. Pengunjung diminta menghidupkan ponsel dan menggunakan kamera untuk memindai kode. Setelah itu, muncul keterangan di media sosial Instagram dan pengunjung bisa menggunakan filter pada kameranya supaya kelihatan bagus.

Rakitan dalam bentuk robot disusun dari mainan yang warna-warninya mencolok. R. Bonar Diat Senan Putro, yang menciptakan karya itu pada 2022, menggunakan bahan di antaranya bagian-bagian dari mainan dan lem. Robot-robot itu seperti dalam film Transformers.

Benda seni berjudul Adopting Imaginary dalam pergelaran Indonesia UFO Festival ini menggambarkan imajinasi manusia yang muncul dari rekaan, dugaan, dan sangat abstrak. Imajinasi itu kemudian menjadi kenyataan. “Hidup manusia kurang-lebih seperti mainan yang digenggam atau didiamkan,” kata Bonar.

SHINTA MAHARANI (YOGYAKARTA)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus