Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kesetaraan di Secangkir Kopi

Sunyi Coffee mempekerjakan penyandang disabilitas. Pengunjung terkesan oleh rasa kopi, suasana kedai, dan keramahan pelayan.

8 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sunyi Coffee di Jalan Barito I mempekerjakan para penyandang disabilitas, kebanyakan insan bisu dan tuli.

  • Pengelola menyediakan pelatihan barista gratis bagi penyandang disabilitas.

  • Pengunjung difabel juga disediakan akses, seperti lantai pemandu bagi penyandang disabilitas netra dan ramp untuk kursi roda.

Kedai kopi di Jalan Barito 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu sesuai dengan namanya: Sunyi Coffee. Saat Tempo tiba pada Selasa, 7 November 2023, pukul 11.00, ada tiga pengunjung yang sedang asyik menikmati kopi dan camilan sembari ngobrol. Kian sore, jumlah pengunjung makin banyak. Ada yang datang sendiri, ada yang ramai-ramai. Namun suasana tetap tenang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesunyian itu tak lepas dari ruangan luas berkapasitas 150 orang yang memungkinkan jarak antarmeja diatur berjauhan. Sedangkan pengunjung dengan serta-merta menjaga volume suara mereka setelah membaca poster bahasa isyarat yang menunjukkan Sunyi Coffee dijalankan oleh para pekerja insan tuli. "Cabang di Barito ini merupakan cabang kami terbaru. Konsep kami selalu sama, yaitu mempekerjakan teman disabilitas," ujar Mario Gultom, seorang pendiri Sunyi Coffee, kepada Tempo di lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sunyi Coffee berdiri pertama kali pada 2019 di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, hasil patungan enam sekawan lulusan jurusan Marketing Universitas Prasetya Mulya, Jakarta. Modalnya Rp 300 juta hasil patungan, yang 75 persennya habis buat sewa tempat.

Sunyi Coffee di Barito, Jakarta Selatan, 7 November 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti

Konsep pemberdayaan penyandang disabilitas ala anak-anak muda itu mendapat respons positif dari pengunjung. Saat itu, mereka tak hanya mempekerjakan empat penyandang disabilitas tuli dan dua penyandang disabilitas daksa, tapi juga menyediakan ruang yang terakses bagi pengunjung difabel. Misalnya lantai pemandu bagi penyandang disabilitas netra dan pengaturan meja yang memungkinkan manuver kursi roda.

Namun, seperti kebanyakan usaha makanan dan minuman lain, Sunyi Coffee terpaksa takluk oleh Covid-19. Mario mengatakan pandemi membuat angka penjualan mereka anjlok. Kadang cuma terjual 12 gelas, kadang nihil sekali-sekali. Pada pertengahan 2020, kedai itu gulung tikar.

Beruntung bagi Mario cs, mereka sebelumnya telah membuka cabang di Bekasi. "Di sana, biaya sewa lebih murah dan lokasinya ramai," kata Mario. Sunyi Coffee pun bertahan dan membuka gerai baru di Alam Sutera, Tangerang Selatan, pada akhir 2020, sehingga tetap bisa mempekerjakan para karyawan eks cabang Fatmawati.

Bertahan dengan dua cabang di barat dan timur Jakarta, Sunyi Coffee kembali ke Ibu Kota pada Maret 2023 di Jalan Barito I, tepat di seberang Taman Ayodya. Seperti konsep mereka bahwa penyandang disabilitas harus dipandang setara, warung kopi itu menyediakan akses bagi pengguna kursi roda berupa ramp menuju pintu masuk. Di balik pintu utama, terpampang cermin bertulisan "Seperti kami, kamu juga cantik".

Mario Gultom, salah satu pendiri Sunyi Coffee. Dok. Pribadi

Mario, 29 tahun, mengatakan telah berkeinginan membangun bisnis yang memperjuangkan hak penyandang disabilitas sejak masih kuliah. Dia lalu menyodorkan gagasan tersebut ke teman-temannya dan ikut menyetorkan modal hasil tabungannya bekerja empat tahun di perusahaan swasta untuk membangun Sunyi Coffee.

Selama empat tahun menjalankan usahanya, Mario tidak menemui kendala yang berarti. Kalaupun ada, sebatas penyesuaian metode pelatihan kepada karyawan. Saat ini, ada 30 penyandang disabilitas yang bekerja di tiga cabang Sunyi Coffee. Kebanyakan insan tuli dan bisu.

Maka, materi pelatihan perlu penyesuaian. Misalnya penambahan subtitle dalam video pelatihan. Lalu, Mario menekankan kepekaan pada tekstur saat barista membuat steam susu untuk kopi—barista lain biasanya berpatokan pada suara mesin.

Sama-sama Memberdayakan Kaum Difabel

Sunyi Group juga memiliki Sunyi Akademi, yaitu fasilitas pelatihan barista bagi penyandang disabilitas. Biayanya gratis dan peminat pelatihan itu berpeluang diajak magang di Sunyi Coffee. Mario dkk menyatakan tak main-main dengan pelatihan tersebut. Training tersebut, dia melanjutkan, membuktikan bahwa para penyandang disabilitas itu memiliki kemampuan setara dengan pekerja lain dan tidak mengandalkan belas kasihan. "Seandainya mereka mau pindah ke coffee shop lain, saya yakin mereka akan jadi lebih baik," kata dia. "Asalkan enggak didiskriminasi saja."

Kamila, barista di cabang Barito, mengaku memulai karier dari nol. Dia sedang menganggur enam bulan setelah lulus SMA saat membaca pamflet di media sosial. Kamila pun mendaftar ke Sunyi Coffee bermodal dengkul. "Lalu ikut pelatihan dan magang satu bulan di sini," kata insan tuli tersebut lewat komunikasi tertulis di secarik kertas.

Kini, Kamila telah delapan bulan bekerja. Dia tidak mengelak saat ditanyai soal tamu yang tak sabaran. "Saya tetap bersikap profesional," ujar Kamila. Sedari awal Tempo melangkah ke Sunyi Coffee, perempuan dengan rambut dikuncir belakang itu tampak sibuk mengolah kopi arabika di balik mesin espresonya. Sesekali, dia berkomunikasi dengan rekan difabel rungunya lewat gerakan tangan.

Di balik mesin kasir, Ryan juga melayani pengunjung dengan bahasa isyarat. Petunjuk di meja, plus transaksi yang full digital, memudahkan pengunjung awam saat berkomunikasi dengannya.

Ario Nugroho, seorang pengunjung, tahu Sunyi Coffee dari teman yang merekomendasikan kedai kopi yang enak dan nyaman. Dia sempat kaget saat pertama kali datang dan mendapati para pelayannya insan bisu dan tuli. Setelah komunikasi pertama, kekagetannya berubah menjadi kekaguman. Dia pun jadi pelanggan reguler karena menganggap ketenangan di warung itu mendukung tujuannya: ngopi sembari kerja.

"Kopinya juga enak," ujar Ario sembari menunjuk es kopi susu gula arennya. Itu adalah kunjungannya yang ketiga. Alasan lain dia terus datang ke Sunyi Coffee adalah lokasi yang strategis, cuma 400 meter dari Stasiun MRT Blok M.

Komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat antara pelanggan dan pekerja Sunyi Coffee di Barito, Jakarta Selatan, 7 November 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti

Beberapa meja dari Ario yang duduk sendiri pada siang itu, Nanetta Irwanto nongkrong beramai-ramai dengan teman kuliahnya. Mahasiswi London School itu lancar berkomunikasi dalam bahasa isyarat. "Tahu sedikit karena ada teman yang difabel wicara," kata Nanetta. Mereka datang bukan untuk sekadar ngopi, melainkan menggarap tugas kuliah berupa pemotretan bertema kesetaraan. Klop dengan moto kafe tersebut.

JIHAN RISTIYANTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus