Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Penyebab Ibu Sulit Berikan ASI Eksklusif, Kurang Dukungan sampai Stres

Dokter anak mengatakan dukungan keluarga penting dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi karena masih banyak ibu yang terkendala memberikannya.

2 Februari 2024 | 22.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemberian ASI eksklusif penting bagi kehidupan anak karena menentukan status gizi di masa depan. Spesialis anak dari Rumah Sakit Permata Depok, Agnes Tri Harjaningrum, mengatakan dukungan keluarga penting dalam pemberian ASI pada bayi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kurangnya dukungan dari pasangan dan juga keluarga serta mitos-mitos salah yang masih dipercaya masyarakat membuat ibu kadang menjadi tidak percaya diri, mendapat tekanan, tidak didukung dan diperhatikan kesehatan mentalnya sehingga membuat program ASI eksklusif terhambat," ujar Agnes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menambahkan dibandingkan susu formula, ASI sudah pasti yang terbaik dan merupakan zat gizi utama yang harus diberikan pada anak di masa awal kelahiran. Namun, diakuinya tidak semua ibu beruntung diberi kemudahan memberikan ASI. Ada beberapa keadaan yang membuat pemberian ASI terkendala, misalnya ibu harus mengonsumsi obat tertentu, mengalami pendarahan pascapersalinan yang membuatnya masuk ICU, atau mengidap penyakit tertentu yang bisa menular ke bayi, baik secara langsung atau melalui ASI.

Kondisi bayi pun kadang membuat proses menyusui terhambat, misalnya bayi yang lahir prematur dan harus dirawat di ruangan khusus atau NICU, bayi harus terpisah dari ibu atau memiliki penyakit metabolik sehingga pemberian ASI terkendala.

“Sebetulnya kita semua sepakat bahwa ASI adalah yang terbaik. Tetapi sekali lagi bahwa dunia ini tidak hitam putih, ada abu-abunya, ada kondisi tertentu di mana ibu memang tidak mampu memberikan ASI, yang juga harus kita maklumi dan diberikan solusi, bukan lalu mengatakan ibu tersebut bukan ibu yang baik," tambah Agnes.

Kurang dukungan keluarga
Dokter yang menamatkan spesialisasi di Universitas Indonesia dan juga alumni Charite Medical School (Berlin-Jerman) dan ISPED itu menjelaskan masalah pemberian ASI di Indonesia cukup kompleks. Di luar kondisi medis, tidak jarang pemberian ASI terhambat akibat kurangnya dukungan suami dan keluarga, kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan ASI, dan kepercayaan turun temurun yang masih diyakini padahal salah.

Contohnya, suami tidak mendampingi ibu sejak awal kehamilan sampai melahirkan sehingga ibu merasa sendirian atau bahkan ditinggal sendiri sehingga stres dan ASI tidak keluar. Mertua atau keluarga terdekat pun menuntut ibu harus sempurna atau terlalu banyak ikut campur sehingga membuat ibu tertekan.

Sering juga terjadi sindrom ASI dan ibu merasa ASI-nya kurang lalu mertua atau orang tua langsung meminta memberikan susu formula. Padahal, sangat normal ASI pada tiga hari pertama belum banyak keluar, lambung bayi pun masih sebesar kelereng. Selama tidak ada kondisi yang membahayakan bagi bayi seperti dehidrasi, hipoglikemia, atau bayi kuning berlebihan tidak perlu buru-buru diberi susu formula.

Situasi ibu bekerja juga menjadi penyebab pemberian ASI tidak optimal, terutama yang bekerja di sektor tenaga produksi atau buruh pabrik. Meski sudah ada peraturan semua anak berhak mendapatkan ASI eksklusif dan perusahaan wajib  memberikan cuti selama tiga bulan bagi ibu menyusui, kenyataannya masih banyak perusahaan dan pabrik yang mengabaikan. Karena itu, dia berharap pemerintah bisa lebih tegas dalam menegakkan aturan yang sudah dibuat demi masa depan ibu dan anak yang lebih baik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus