RATUSAN juta sel sperma meluncur masuk ke leher rahim untuk membuahi hanya satu sel telur. Serangan besar ini, seperti pendaratan di Normandia pada Perang Dunia II, hanya mengantar satu sel sperma untuk tugas pembuahan itu. Dan mengapa harus dilakukan dengan serangan akbar semacam itu? Pertanyaan itulah yang diburu oleh para ahli beberapa tahun belakangan. Penemuan paling akhir dari rangkaian penelitian tersebut dilaporkan dalam Journal of Nature terbitan bulan ini. Dr. Marc Parmentier dari Universitas Terbuka, Belgia, dalam laporan itu disebut telah menemukan salah satu "senjata" sel sperma: sejenis molekul penangkap bau. Penemuan Parmentier melengkapi penemuan Dr. David L. Garbers dari University of Texas, Amerika Serikat, tahun lalu. Garbers menemukan sel telur yang matang mengekskresikan semacam senyawa yang mengandung molekul bau. Kemudian sebuah teori baru dibangun, yaitu tentang sel sperma melacak sel telur melalui penciuman. Namun, Parmentier mengungkapkan, belum dilakukan percobaan yang memastikan hubungan molekul penangkap bau yang ditemukannya dengan molekul bau temuan Garbers. Parmentier mengutarakan pula bahwa molekul penangkap bau pada sel sperma hanya satu dari 20 molekul penangkap lain yang sudah ditemukan lebih dulu. Semua molekul ini bekerja sama untuk sebuah fungsi yang kompleks. Semua sel jaringan yang mempunyai peran penting dalam mekanisme tubuh memiliki molekul penangkap isyarat. Molekul ini menyimpan kemampuan mengenali tanda genetik suatu protein atau molekul lain. Pada sel-sel darah putih, misalnya, terdapat penangkap isyarat yang bertugas menangkap antigen bibit penyakit, lalu sel memerintahkan pembuatan antibodi. Pada sel saraf, molekul penangkap isyarat bertugas menerima perintah yang berasal dari pusat saraf. Molekul penangkap isyarat yang jumlahnya puluhan pada sel sperma menunjukkan sperma ternyata bukan sel sederhana. Pada tahun 1988 dua ahli biologi, Robin Baker dan Mark Bellis, dari University of Manchester, AS, mulai menelusuri kecanggihan mekanisme selsel sperma. Inilah awal pertanyaan sederhana tadi: mengapa diperlukan sampai 300 juta sel sperma untuk membuahi satu sel telur? Dari penghitungan berulang-ulang, kedua ahli menemukan hanya 200 sel yang akhirnya berhasil menempel di permukaan sel telur. Ke mana sel yang lain? Penelitian dengan binatang menunjukkan bahwa yang mencapai sasaran ini hanya sel-sel super. Selebihnya, yang lemah gugur dalam perjuangan. Baker dan Bellis menemukan, bahkan ada sel sperma yang mati sebelum mencapai leher rahim. Kedua biolog ini kemudian memperkirakan bahwa sel sperma yang jumlahnya ratusan juta itu sebenarnya kumpulan sel yang mempunyai hierarki. Organisasinya seperti lebah, ada kelompok prajurit, ada pekerja, dan ada ratu yang bertugas melakukan reproduksi. Maka, terdapat sel sperma yang fungsinya melindungi sel unggulan. Sel-sel pelindung ini sudah dikodratkan berumur pendek. Baker dan Bellis menyebutnya pasukan kamikaze. Jalan menuju sel telur memang penuh rintangan. Pada tahap pertama, sel-sel sperma harus menghadapi lapisan lendir pada dinding leher rahim. Ahli biofisiologi Richard Cone dari Universitas John Hopkins menemukan bahwa sebagian besar sel sperma mati konyol di lapisan lendir yang dikenal sebagai mucus ini. Kemudian masih harus berupaya masuk ke saluran indung telur yang sempit. Hanya ribuan sperma yang akhirnya dapat lolos. Pada binatang tertentu, penyerbuan ini dilakukan secara kolektif. Artinya, sperma dari beberapa ekor binatang jantan bersama-sama mengupayakan kehamilan pada seekor betina. Tanpa usaha ini pasukan sperma tidak cukup banyak. Karena itu, pada binatang seperti anjing, ular, tikus, dan kera, betinanya harus kawin dengan beberapa jantan agar dapat hamil. Molekul penangkap bau termasuk "radar" yang diperlukan pada tahap kedua setelah penyerbuan besarbesaran. Begitu sel sperma mencapai saluran indung telur, barikade sel telur menjadi longgar. Sebaliknya, sel telur malah memberi bantuan. Pada tahap ini saluran indung telur mengekskresikan semacam glukose, yang ditemukan Richard Cone menyuplai energi pada sel sperma yang mampu bertahan. Di sinilah kemungkinan sel telur melepas molekul bau untuk memandu sel sperma menuju sasaran. Berkat panduan ini sekitar 200 sel sperma berhasil mendarat di permukaan sel telur, yang terletak di dasar saluran indung telur. Perjuangan ternyata belum selesai. Sel-sel "komando" yang berhasil mencapai sasaran masih harus melakukan penembusan. Misinya, merangkaikan kode-kode genetik (spiral rangkaian asam amino yang dikenal sebagai DNA) yang dibawanya dengan sepasang kromosom sel telur. Usaha penembusan diawali dengan pengeboran yang dilakukan kepala sel sperma. Sel bergetar sambil menyodokkan kepala yang bentuknya menyerupai hulu ledak sebuah bom. Di bagian kepala ini terdapat enzim yang berfungsi membantu penembusan. Pada saat ini sel telur mengeluarkan semacam enzim untuk menyambut penembus pertama. Begitu kontak pertama terjadi, enzim sel telur ini mengeraskan seluruh permukaannya dan menggagalkan upaya penembusan lain. Toh semua kenyataan itu menambah misteri pembuahan. Kehamilan bukan hanya akibat usaha besar-besaran, tetapi terjadi melalui proses yang sulit dan rumit. Kenyataan ini membuat para ahli semakin tidak dapat menjawab: mengapa harus sesulit itu ? Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini