Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto, mengatakan sosialisasi protokol kesehatan perlu digalakkan kembali di media untuk menekan kasus COVID-19 yang akhir-akhir ini naik. Ia menjelaskan persepsi publik mengenai COVID-19 yang tidak seganas dulu, ditambah kurangnya sosialisasi, mengakibatkan sulitnya menerapkan upaya pencegahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Orang tidak banyak yang tahu persis COVID-19 ini kasusnya naik, itu sebenarnya tidak semua orang tahu," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, kenaikan kasus COVID-19 disebabkan banyaknya orang bergejala flu yang memeriksakan diri karena ada kekhawatiran mengenai merebaknya pneumonia. Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ditemukan ada yang ternyata positif COVID-19.
Budi mengatakan di masa sekarang banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan, seperti memegang benda di tempat umum macam lift, eskalator, dan lain-lain. Atau, ada juga yang memakai masker di kendaraan umum ketika ada banyak orang namun setelah turun dan berjalan di trotoar mereka mencopotnya dengan dalih tidak banyak orang di sekitar. Dia menjelaskan selama pandemi ada sosialisasi protokol kesehatan yang bersifat memaksa.
"Artinya, ketika mau masuk ke gedung, harus pakai masker. Ketika masuk ke ruang kerja pakai masker, diwajibkan. Itu sesuatu yang ada kewajiban dan kemudian ada sanksinya. Kalau itu sekarang dengan situasi saat ini, enggak mungkin untuk memaksakan, berarti harus pakai cara lain," jelasnya.
Sosialisasi lewat media
Menurutnya, sosialisasi bisa digalakkan kembali menggunakan media seperti televisi melalui iklan-iklannya. Salah satu contohnya dengan menyematkan pesan tersebut ke dalam iklan tentang multivitamin. Dia menilai TV menjadi pilihan karena menawarkan beragam saluran yang dilihat orang-orang yang berada di rumah. Selain itu, media sosial seperti Instagram yang kini tengah populer bisa juga digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.
"Jangan lupa cuci tangan harus mulai diaktifkan lagi karena bagaimana pun juga kita sudah terbiasa menyentuh lift, eskalator, dan sebagainya. Sekarang semaunya juga," ujarnya. "Akses ke tempat-tempat cuci tangan harus ada lagi. Atau penyediaan itu harus ada lagi, hand sanitizer. Hal-hal itu harus tersedia lagi."
Dia juga mengingatkan orang dengan gejala flu, yang dinilai mirip gejala COVID-19, untuk di rumah dulu hingga sembuh. Setelah sembuh boleh keluar namun tetap memakai masker.