Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap minggu pertama Agustus dijadikan Pekan Menyusui Sedunia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menjadikan Agustus ini sebagai bulan menyusui. Kemenkes pun mengadakan live streaming dengan tema “Dukung Ibu Bekerja Terus Menyusui” pada Selasa, 8 Agustus 2023 dengan moto ibu bekerja menyusui, pasti bisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, menyebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sangat menentukan keberhasilan pemberian air susu ibu (ASI). Ia menyatakan pemberian ASI eksklusif di usia 0-24 bulan bisa menurunkan risiko obesitas dan diabetes saat anak beranjak dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“ASI mengandung antibodi sehingga bisa membantu melawan infeksi dan mencegah penyakit tidak menular pada saat dewasa, karena risiko obesitas atau penyakit yang disebabkan oleh obesitas seperti diabetes bisa turun kalau minum ASI,” jelasnya.
Menurutnya, bila bayi tidak diberi ASI maka akan meningkatkan risiko terserang infeksi dan mengalami masalah gizi. Ia menyebut gizi paling lengkap ada pada ASI. Kalau tidak diberikan ASI, bayi berisiko mengalami alergi dan intoleransi laktosa.
Menurutnya, ada beberapa prinsip pemberian makanan bayi dan anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan atau 0-24 bulan. Yang pertama, setiap bayi lahir harus mendapatkan IMD karena sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI ke depannya.
“Ketika lahir, bayi harus diletakkan langsung di dada ibu, nanti ia bisa mencari puting ibu dan langsung menumbuhkan refleks mengisap yang baik. Jadi, perlu diletakkan minimal satu jam di atas dada ibu karena ini pertama kalinya bayi menyusu. Pengalaman pertama ini sangat berkontribusi pada keberhasilan pemberian ASI eksklusif,” ujarnya.
Berikan ASI Eksklusif
Pada enam bulan pertama, pemberian ASI eksklusif sangat penting dan bayi tidak perlu diberikan asupan lain, termasuk air putih. Asupan bayi sudah tercukupi dengan ASI. Pemberian ASI eksklusif bisa efektif jika diberikan sampai enam bulan dan tidak perlu diberikan yang lain, termasuk air putih. Alasannya, bayi akan merasa kenyang sehingga jarang menyusu sebab tubuhnya mempunyai feedback loop.
Kalau ASI jarang diberikan, kebutuhannya sedikit dan produksinya menjadi sedikit. Jadi ibu tidak perlu memberikan cairan selain ASI. Ia juga menyebut ada ibu yang merasa khawatir karena ASI tak kunjung keluar. Ini adalah hal normal karena sebetulnya semua ibu dapat memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi.
“Setelah melahirkan, tubuh ibu sudah menyiapkan untuk bisa menyusui. Jadi komposisi hormon di dalam tubuh ibu sebenarnya sudah siap untuk menyusui, dan bayi bisa menunggu sampai 48 jam, tetapi perlu juga ditentukan juga oleh posisi, peletakannya, dan frekuensi,” paparnya.
Selain itu, tugas untuk menjaga produksi ASI sesuai kebutuhan bukan hanya ada pada ibu tapi juga keluarga untuk memastikan agar kualitas ASI tetap terjaga. “Bukan tugas ibu saja tetapi tugas kita semua untuk memberikan dukungan, utamanya peran keluarga di rumah penting untuk memantau ibu cukup tidak istirahatnya, apakah ibu dalam kondisi psikologis yang baik, itu juga mempengaruhi produksi ASI,” tegas Maria.
Pilihan Editor: Dampak Positif Cuti Melahirkan Lebih Lama pada Ibu Menyusui