Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Saran BRIN untuk Cegah Penularan Mpox

Penerapan kembali disiplin protokol kesehatan seperti masa pandemi Covid-19 perlu dilakukan demi mencegah penularan Mpox.

4 September 2024 | 13.26 WIB

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi MPOX. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendrawan, menyarankan penerapan kembali disiplin protokol kesehatan demi mencegah penularan cacar monyet atau Mpox. Ia mengatakan pencegahan cacar monyet dapat diupayakan dengan pemberian vaksin cacar, penggunaan pelindung pribadi, dan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Prinsipnya kita harus kembali menegakkan disiplin protokol kesehatan untuk mencegah risiko penularan,” kata Hendrawan, Rabu, 4 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia juga menjelaskan pengobatan umumnya bersifat suportif dengan fokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan infeksi sekunder. Beberapa terapi antiviral mungkin digunakan dalam kasus-kasus yang parah atau berisiko tinggi.

Hendrawan menjelaskan hasil Penilaian Risiko Bersama (PRB) atau Joint Risk Assesment (JRA) Mpox di Indonesia menunjukkan hingga saat ini belum ditemukan kasus cacar monyet pada hewan. Namun karena cukup banyak masyarakat yang hidup berdampingan dengan hewan peliharaan dikhawatirkan terdapat potensi penularan balik (spill back) dan pembentukan reservoir hewan baru.

Sistem deteksi dini 
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular untuk mencegah importasi penyakit cacar monyet di dalam negeri. Upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama Clade 1b karena lebih berisiko lebih mematikan dari strain pendahulunya, Clade 2b.

"Strain 1b ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2b. Jadi, rupanya kekhawatirannya lebih karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen," katanya.

Metode Electronic Surveillance Card sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan selama pandemi COVID-19. Setiap orang yang datang dari luar negeri akan memindai kode batang yang merekam riwayat perjalanan dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah. Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala cacar monyet, masing-masing di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus