Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perimenopause bukan hanya tanda menuju menopause tapi juga tanda menstruasi tidak teratur dan berdampak pada usus seperti sembelit. Menrut laman Well and Good, sembelit adalah gejala yang umum terjadi pada perempuan perimenopause. Tidak ada statistik terkini namun sebuah studi tahun 1998 di Women & Health menemukan 14 persen orang melaporkan perubahan fungsi usus selama perimenopause.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alasan paling umum untuk perubahan kerja usus, khususnya sembelit, adalah karena menurunnya kadar hormon estrogen. Ketika kadar estrogen mulai menurun pada masa perimenopause, hormon lain yang disebut kortisol atau hormon stres dapat meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lonjakan kortisol dapat mempengaruhi pencernaan. Ini adalah hormon stres dan setiap kali stres kita akan melihat masalah motilitas usus semakin parah. Dengan kata lain, stres dapat memperlambat pencernaan," jelas Taniqua Miller, dokter di Evernow dan pendiri TaniquaMD.
Selain peningkatan kortisol, penurunan hormon progesteron (umumnya terlihat selama perimenopause) juga dapat menyebabkan kerja usus melambat, menurut ulasan di Physiological Research pada April 2022. Miller mengatakan perubahan pola makan juga memengaruhi sembelit pada masa perimenopause.
Anda lebih cenderung menginginkan karbohidrat atau makanan yang menenangkan selama masa ini untuk membantu mengatasi ketidaknyamanan fisik dan emosional akibat perimenopause. Tapi, makanan ini seperti makanan yang digoreng atau ultra-olahan, cenderung bertahan lebih lama di saluran pencernaan sehingga menyebabkan sembelit, katanya.
"Terkadang, ketika berat badan bertambah selama masa transisi ini, perempuan akan mulai berdiet,” jelas Miller.
Atau, mereka mulai melakukan puasa intermiten tetapi tidak dengan cara yang benar-benar meningkatkan metabolisme. Hal itu sebenarnya dapat memperlambat transit usus. Yang terakhir, perimenopause dapat menyebabkan komplikasi pada kelompok otot di panggul yang sering diabaikan, yang membantu mendukung fungsi tubuh seperti buang air besar, kencing, berhubungan seks, dan kehamilan, menurut Klinik Cleveland.
Dampak lainnya
Iritasi, kejang otot, jaringan parut, atau sesak pada dasar panggul dapat berdampak negatif pada fungsi usus besar yang menyebabkan potensi sembelit. Solusinya, konsumsi cukup serat, baik yang sedang dalam masa perimenopause atau tidak. Makanan berserat tinggi dan prebiotik misalnya oat, ubi jalar, bawang bombay, daun bawang, bawang putih, sawi putih, artichoke Yerusalem, asparagus, dan apel, kata Susie Garden, ahli gizi klinis di Australia.
Selain itu, sangat penting bagi yang mengalami perimenopause untuk berolahraga jika mengalami sembelit. Tetap terhidrasi dan gunakan obat pencahar sesuai resep dokter. Jika diperlukan minuman suplemen estrogen untuk meredakan sembelit.
Pilihan Editor: 5 Penyebab Payudara Terasa Gatal